Fahma Waluya Rosmansyah

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

ITU nama seorang anak SMP di Bandung yang berhasil menciptakan “Game Antikorupsi”. Karyanya luar biasa dan patut diacungi jempol. Semoga para pelaku tindak kejahatan korupsi sempat menonton hasil karya Fahma di acara Kick Andy di Metro TV Minggu, 7 Oktober 2012.

Jika sempat menonton acara itu dan sempat pula hasil karya Fahma “Game Antikorupsi” ditonton, tidak terbayang apa reaksi mereka. Kalau mereka sedih, menyesal dan malu, maka mereka adalah sosok manusia manusia yang normal. Tapi, kalau sikapnya acuh, malah tertawa sendiri cekikikan, dan bahkan ngakak, maka mereka adalah tergolong manusia yang urat malunya sudah mati.

Mengapa Fatma dan mungkin banyak dilakukan oleh anak-anak yang lain dalam bentuk ekspresi yang berbeda melakukan upaya seperti itu? Tentu banyak jawaban yang bisa diungkapkan dan opini Tubas dapat menjelaskannya, antara lain, sebagai berikut.

Pertama, mulai munculnya kesadaran di kalangan anak-anak bahwa perilaku korupsi adalah sebuah bentuk kejahatan yang harus diberantas, karena apa pun bentuknya, korupsi bersifat destruktif bagi kepentingan masa depan mereka dan tidak memberikan kegunaan apa-apa kecuali hanya kerusakan dan kehancuran.

Kedua, mereka, para anak-anak, remaja dan generasi muda tunas bangsa tidak rela kalau masa depannya dirusak dan hancur karena korupsi. Katakan jangan sampai mereka teracuni oleh gaya hidup koruptif atau bahkan kebutuhan hidupnya dicukupi oleh uang hasil korupsi. Mereka pasti akan menolaknya karena tidak ingin masa depannya diracuni, dimatikan moralitasnya dan kemudian mereka menjadi korban.

Ketiga, mereka akan semakin mengerti bahwa korupsi adalah predator yang mematikan, karena racunnya yang ganas. Sadar akan dampaknya yang sangat merugikan bagi harga dirinya, nama baik keluarganya dan dampak sistemik kejahatan korupsi bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Keempat, secara umum anak-anak dan generasi muda tidak akan mau/menolak menerima warisan barang busuk seperti sistem yang korup, dan kalau sekarang mereka melakukan aksi sosial menolak sesuatu yang dzalim, pemerintah dan DPR/DPRD wajib mendukung dan melindunginya, bukan malah acuh tak acuh. Segala bentuk gerakan moral untuk menolak korupsi pasti akan terus berlanjut, karena kita semua sudah muak dan jijik melihatnya.

Ingat Keluarga

Berkaitan dengan hal tersebut, maka para koruptor yang sekarang sudah diganjar hukuman, dan para koruptor yang belum tertangkap, serta yang sedang berusaha untuk korupsi, bertobatlah dan minta ampunan Illahi dan segera tinggalkan perbuatan yang tidak terpuji dan merugikan. Para koruptor atau yang sedang mencoba menjadi aktor korupsi sadarlah bahwa di belakang Anda ada istri, anak-anak dan kerabat. Mereka pasti galau, malu, pilu karena orangtuanya terjebak dalam perangkap predator korupsi.

Bapak Presiden jangan ragu dan sekali lagi jangan pernah sedikit pun ragu menjadi panglima pemberantasan korupsi di negeri ini. Bapak pasti pilu dan sedih dan harus malu kalau sosok Fatma Waluya Romansyah saja sangat prihatin dengan perilaku korup dari beberapa oknum elite bangsa yang melakukan tindak pidana korupsi. Bapak presiden tidak usah basa-basi politik lagi, karena masyarakat sudah muak dan mual. Yang ditunggu tindakan nyata. Jangan lagi mengatakan saya tidak mau melakukan intervensi.

Menurut Ketua Mahkamah Konstitusi Prof Dr Mahfud MD, yang tidak boleh adalah intervensi di lembaga peradilan. Kalau di luar lembaga peradilan tidak salah jika intervensi itu dilakukan. Rasanya ini harapan kita semua dan juga harapan dari putra-putri kita agar negara ini punya ketegasan dalam memberantas korupsi. Bapak presiden sebagai atasan langsung Kapolri dan Jaksa Agung jangan bersifat mendua untuk njewer mereka kalau mereka tidak proper menangani korupsi. Lakukanlah sesuatu yang konkret, lugas dan tegas tanpa keraguan sedikit pun.

Sekali ragu dan gamang, maaf masyarakat bisa berpersepsi lain. Ingatlah Fatma dan anak-anak bangsa yang yang lain. Selamatkan mereka dari kehancuran. Berikan teladan kepada mereka anak-anak bangsa, dan jangan kecewakan mereka. Waktu masih ada bagi Bapak untuk meninggalkan legacy dalam pemberantasan korupsi sebagaimana yang presiden janjikan sewaktu kampanye dulu.

Kalau hukum tidak bisa ditegakkan, maka gerakan rakyat antikorupsi jangan disumbat dengan alasan apa pun. Kekuatan koalisi yang diciptakan harusnya digunakan sebagai penggerak utama pemberantasan korupsi yang panglima perangnya presiden. Bukan malah panglima perangnya yang disandera, sehingga hanya bisa pasrah.

Maaf opini ini disampaikan dengan cara yang agak vulgar, tapi misi utamanya adalah mulia, yakni agar negeri ini bebas korupsi dan juga bebas polusi. Korupsi dan polusi adalah predator kehidupan. Selamat Fahma atas karya kreatifnya yang berupa “Game Antikorupsi”. ***

CATEGORIES
TAGS