Fakultas Farmasi USB Gelar Seminar Pengobatan Herbal

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

SOLO, (Tubas) – Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi (USB) Solo, pekan lalu, untuk kesekian kalinya menggelar seminar nasional dengan tema “Pengobatan Herbal Menuju Pelayanan Klinis dan Menjanjikan dalam Bisnis”. Seminar tersebut dilaksanakan karena melihat potensi Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati sekitar 30.000 jenis tanaman, 2.500 jenis di antaranya merupakan tanaman obat.

Selain itu, pangsa pasar obat tradisional di dalam negeri mencapai 210 juta dollar AS per tahun, prospek obat tradisional terbilang cerah. Indonesia mewariskan budaya pengobatan tradisional yang telah dikenal sejak dulu dan dilestarikan secara turun-temurun. Warisan budaya kebiasaan minum jamu dan ramuan tradisional (herbal) untuk pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Ketua Panitia Pelaksana Seminar, Ismi Rahmawati, M.Si, Apt menjelaskan dalam menghadapi ASEAN – China Free Trade Agreement (ACFTA) yang merupakan perwujudan dari perjanjian perdagangan bebas antara negara anggota ASEAN dengan Cina. Maka implementasinya di Indonesia akan semakin marak obat tradisional dari Cina yang dengan leluasa beredar di pasar obat tradisional Indonesia.

Wajar saja bila para pengusaha obat tradisional merasa was-was dengan masuknya secara bebas jamu asal Cina. Oleh karena itu Industri Obat Tradisional perlu mengetahui daya saing produk obat tradisional dan melakukan inovasi produk agar obat tradisional mampu dikuasai, sehingga mampu mengatasi pesaing yang ada.

“Banyak hasil penelitian ilmiah tentang obat-obat tradisional, termasuk jamu dan produk herbal yang belum dimanfaatkan secara optimal. Walaupun beberapa di antaranya sudah sampai uji klinik dan terungkap khasiat dan keamanan obat berbahan baku alami tersebut,” katanya.

Menurut Ismi dalam Permenkes No. 1109 tahun 2007 telah diatur praktek dokter dan tenaga kesehatan lain dalam bidang kedokteran komplementer dan alternatif, dapat dikombinasikan dengan program saintifikasi jamu dan program integrasi jamu dalam pelayanan kesehatan, sebagai upaya awal diberlakukannya sistem pelayanan jamu nasional sebagaimana diamanatkan UU Kesehatan No. 36 tahun 2009.

Pemerintah berupaya memperluas cakupan upaya pelayanan pengobatan tradisional secara bertahap ke pelayanan kesehatan formal. Misalnya Kementerian Kesehatan mencanangkan program jamu masuk Puskesmas. Kementerian Kesehatan telah mencanangkan program saintifikasi jamu dalam bentuk upaya penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Saintifikasi jamu adalah upaya dan proses pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian. Tujuannya memberikan landasan ilmiah penggunaan jamu secara empiris melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan.

Hal tersebut, tambah Ismi menggugah Program Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi (USB) melaksanakan seminar nasional agar dapat ikut menggali dan mengkaji bersama nara sumber untuk memajukan obat tradisional Indonesia dan menjadikan obat tradisional alternatif bisnis, pemeliharaan kesehatan dan pengobatan suatu penyakit.

Tujuan seminar ini ada tiga. Pertama memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang penggunaan dan penelitian obat tradisional dalam pemeliharaan kesehatan dan penanganan suatu penyakit. Kedua memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang potensi bisnis obat tradisional di Indonesia. Ketiga memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang penelitian dan pengembangan obat-obat tradisional di industri obat tradisional.

Seminar ini diharapkan Ismi dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang obat tradisional dilihat dari segi bisnis, pengobatan, pemeliharaan kesehatan, penelitian dan pengembangan obat tradisional di Indonesia, sehingga peserta seminar tergerak untuk ikut serta mengembangkan obat tradisional yang potensinya masih sangat tinggi, baik dari segi penelitian, pelayanan pengobatan maupun pengembangan bisnis obat tradisional Indonesia.

Seminar ini menghadirkan tiga narasumber, yaitu DR. Drs. Suprapto Ma’at, Apt, MS dengan tema “Pelayanan Pengobatan Herbal dan Pengembangan Poliklinik Herbal”. Suprapto Ma’at seorang praktisi Poliklinik Obat Tradisional RS dr Soetomo, Surabaya. Kemudian tema kedua “Pengembangan Obat Tradisional di Industri Obat Tradisional” dipaparkan Wahyu Widayani, S.Si, Apt, seorang praktisi Industri Obat Tradisional dari PT Sido Muncul. Sedangkan tema “Penelitian Obat Tradisional di Indonesia” disampaikan Prof. Dr. Suwijio Pramono, Apt, akademisi dari Universitas Gadjahmada, Yogjakarta.

Hadir dalam seminar itu berbagai kalangan di antaranya mahasiswa, dosen, praktisi rumah sakit, praktisi industri kecil obat tradisional (IKOT), praktisi industri obat tradisional (IOT) dan masyarakat umum. (anita/rel)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS