Fenomena Lima Tahunan

Loading

Oleh: Sabar Hutasoit

Ilustrasi

Ilustrasi

MENJELANG pemilihan umum (pemilu) beragam cara dilakukan oleh partai politik termasuk juga oleh para pelaku politik itu sendiri dengan harapan dirinya bersama partainya bisa tampil jadi pemenang. Apakah itu mengunjungi orang-orang miskin, yang terpenjara, yang terpinggirkan, korban bencana alam bahkan membersihkan ingus anak kecil di pedalaman sampai menggendongnya, mereka lakoni.

Tidak ada rasa segan dan tak akan pernah jijik membersihkan ingus anak kecil serta tidak mengeluh melakukan kunjungan demi kunjungan ke kantong-kantong warga yang teramat menderita sekalipun. Tujuannya hanya satu agar memenangkan pemilu. Inilah yang disebut fenomena lima tahunan.

Tidak berhenti sampai disitu. ini perekrutan artis secara besar-besaran oleh partai politik juga menjadi hal biasa yang terus berulang setiap lima tahun sekali Artis-artis papan atas yang namanya sudah merakyat, sering menjadi rebutan parpol dengan berbagai cara dan alasan.

Salah satu pertanyaan menggelitik yang kerap muncul terkait dengan hal itu adalah apakah perekrutan artis menjelang pemilu merupakan eksploitasi oleh parpol atau malah menjadi kesempatan bagi para artis untuk kian mengembangkan popularitas mereka melalui panggung politik?

Setiap artis pasti punya jawaban dan pandangan yang berbeda-beda. Ada yang mengaku terjun ke dunia politik karena merasa ada kegamangan psikologis di panggung hiburan (pelawak). Di sisi lain, ada yang ingin menunjukkan bahwa artis mampu berkiprah di dunia politik.

Tapi tidak sedikit di antara artis yang menolak ajakan partai politik bersangkutan. Alasannya, mereka tidak mau ketenaran mereka di panggung hiburan dimanfaatkan partai politik hanya untuk sebagai vote gatter (pengumpul suara).

Memang harusnya demikian. Pimpinan partai-pun harus berpikir seperti artis yang menolak tadi. Kenapa ? Kalau hanya mengandalkan ketenaran di panggung hiburan saja tanpa dibarengi ketrampilan berpolitik dan kemampuan berorganisasi serta kepiawaian mengelola bangsa, buat apa mereka harus didudukkan di kursi DPR.

Jika hanya karena ketenarannya, nanti dia terpilih dan partai yang jadi kendaraannnya memenangkan pemilu dan kemudian menjadi berkuasa tapi tidak memiliki keahlian di panggung politik, mau dibawa kemana nanti negeri ini ?

Apa yang bisa dilakukan artis yang non ketrampilan politik itu jika sudah tampil menjadi wakil rakyat ? Hasilnya kan hanya menuai kritikan bahkan jadi bumerang dan tidak akan membawa maju negeri ini.

Oleh karena itu, ada baiknya kepada para artis yang akan bergabung dengan partai politik agar tidak hanya mengandalkan popularitasnya di panggung hiburan saja. Akan tetapi harus benar-benar menunjukkan kemampuan intelektual, emosional dan spiritual.

Partai pun harus menjadikan mereka tidak hanya berperan sebagai vote gatter walau sebenarnya tidak bisa dimungkiri bahwa partai melakukan hal itu karena partai menilai popularitas artis bersangkutan pasti mampu menyedot banyak suara. Itu betul dengan catatan kalau hanya ingin menang.

Ikut bertarung dalam pemilu kan sebenarnya tidak cukup hanya merebut kemenangan. Tapi setelah menang mau apa ? Apakah hanya mau tampil sebagai pemenang belaka lalu kemenangan itu kita bangga-banggakan tapi tidak bisa berbuat apapun untuk kepentingan rakyat.

Tampaknya, untuk meraih kemenangan di pemilu jauh lebih gampang dibanding berbuat setelah menang. Upaya menarik sebanyak mungkin artis top terkenal lalu digadang-gadang pada setiap kampanye, rasanya bisa menjaring banyak suara dan kemudian partai tersebut jadi pemenang.

Belum lagi kalau pelaku-pelaku politiknya mau dan bersedia turun ke lokasi orang-orang miskin kemudian membersihkan ingus anak kecil yang budukan, suara konstituen hampir dipastikan mengalir deras ke arah mereka.

Tapi setelah itu mau kemana? Pemenang pemilu kan bukan untuk duduk enak-enak menikmati kemenangan kemudian merencakan proyek untuk dikorupsi, tapi harus siap capek dan harus pintar pula mengelola negeri ini. Jadi yang perlu dipikirkan bukanlah memenangkan pemilu tapi bagaimana setelah menang. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS