Site icon TubasMedia.com

Gage, Mampukah Memperlancar Jalan?

Loading

Oleh: Sabar Hutasoit

 

SISTEM ganjil genap disingkat dengan gage yang sudah diterapkan di beberapa ruas jalan di Jakarta, efektifkah mengurangi kemacetan ? Jawabnya lebih tepat tidak!

Menurut pandangan mata, hiruk pikuk dan padatnya badan jalan raya di seputar Jakarta, tiada berubah. Kemacetannya sama saja, tanpa gage atau dengan gage.

Volume kendaraan roda empat yang berseliweran di jalan raya tidak pernah surut,tapi  tetap padat. Yang terjadi adalah, saat hari ganjil, kendaraan bermotor berpelat genap yah….main kucing-kucingan dengan aparat atau paling banter mencari jalan pintas, jalan yang belum dijamah aturan gage. Hasilnya ? Yah…jalanan tetap saja padat kalau tersinggung

Jika disebut macet.

Hal lain lagi membuat gage tidak efektif adalah sangat membuat kesal dan tidak enak bagi para wisatawan atau bagi turis lokal.

Sebutlah misalnya, ada turis lokal datang dari Medan mau melancong di ibukota Jakarta. Sudah pasti si turis lokal dari Medan itu membawa satu unit mobil. Tidak mungkin si turis itu membawa dua unit mobil kan? Pasti satu dan apakah itu berpelat ganjil atau genap tidak kita persoalkan.

Setibanya dia di Jakarta, turis itu bingung sebab kendaraan  bermotor yang dia bawa sebut saja pelat ganjil sementara dia hanya punya waktu tiga hari berlibur di Jakarta. Kalau demikian adanya, itu artinya, si turis itu hanya bisa jalan-jalan satu hari saja sebab dua hari lainnya sudah terjebak oleh peraturan gage.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo pernah mengatakan alasannya kenapa diberlakukan ganjil genap di 25 titik di ruas jalan Jakarta adalah karena meningkatnya volume kendaraan yang ada di Jakarta.

Katanya diberlakukannya aturan tersebut karena beberapa titik jalan di Jakarta sudah semakin mengalami kepadatan. Ditambah lagi adanya penumpukan di beberapa ruas jalan alternatif.

Tentu bagi dia, di beberapa ruas jalan yang saat ini tidak diterapkan gage terjadi peningkatan volume itu menimbulkan beberapa ruas jalan alternatif di pusat kota menjadi padat.

Syafrin sangat yakin bahwa dengan diberlakukannya gage di 25 ruas jalan, akan dapat menunjukkan adanya penurunan kepadatan jika berdasarkan pengalaman titik gage sebelumnya.

Tidak Mungkin

Keyakinan ini berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, sangatlah tidak  mungkin terwujud. Pasalnya, masyarakat Jakarta yang hanya memiliki satu unit kendaraan bermotor roda empat, sementara kegiatannya di pagi hari sangat sibuk sebutlah misalnya mengantar anak-anak ke sekolah dan belanja barang dagangan ke pasar, pasti si warga itu tidak mau kalah dengan peraturan gage.

Sudah pasti para warga yang serupa akan mencari jalan alternatif, agar seluruh kegiatannya bisa terlaksana di pagi hari itu. Sudah barang tentu aksi para pemilik kendaraan yang hanya memiliki satu unit akan menimbulkan kemacetan di ruas jalan lain.

Jadi singkatnya sesuai pengalaman dan penglihatan di jalan-jalan raya sejak diberlakukannya kebijakan gage, kebijakan tersebut tidak akan dapat memenuhi harapan pemerintah untuk melancarkan jalan.

Selain karena masyarakat yang memiliki hanya satu unit kendaraan main kucing-kicungan dengan petugas, warga yang punya uang langsung membeli satu atau dua lagi mobil yang satu nomor genap yang satunya lagi nomor ganjil. Jadi volume kendaraan di jalan raya jangan-jangan semakin bertambah. Macet lagi kan? (penulis adalah seorang wartawan tinggal di Jakarta)

 

 

 

 

 

 

 

Exit mobile version