Gakin di Tasikmalaya Dambakan Hidup Layak

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

TASIKMALAYA, (TubasMedia.Com) – Nasib Adang merasa belum mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah setempat. Bantuan yang terima hanya beras keluarga miskin (raskin). Santunan untuk mendukung kehidupan yang layak sampai kini belum pernah diterima. Begitupula nasib keluarga Oyo (alm) berserta tiga anaknya Nana (60), Dayat (50) dan Oman (35) yang rumahnya tidak jauh dari rumah Adang, di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. (TUNAS BANGSA, edisi 162)

Tiga kakak beradik itu, kini tinggal dalam satu rumah panggung, di Kampung Mandalahening, Desa Bugel, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Ayah dan tiga anaknya itu, mengalami kebutaan secara tiba-tiba Ketiga saudara ini, menderita penyakit mata secara misterius. Mau berobat, tidak memiliki biaya hingga ajal menjemputnya.

Masih banyak warga masyarakat daerah terpencil di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Tasikmalaya yang buta hurup karena kemiskinan. Seperti dialami keluarga Adang (55) yang beristerikan Anah (60) yang mempunyai 3 anak dan 2 cucu, warga lereng gunung Galunggung di Kampung Ciparapat Desa Citamba Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya, sekitar 40 kilometer dari Pusat Kota Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Adang yang ditemui tubasmedia.com di rumah gubuknya 3 x 4 m di kaki gunung Galunggung, sekitar 35 kelometer dari pusat Kota Tasikmalaya, pekan lalu, mengatakan sudah puluhan tahun dia hidup dalam kemiskinan, sehingga anak dan cucunya tidak dapat bersekolah. Kemiskinan telah membuat satu keluarga ini buta huruf. Adang (55) bersama istrinya Anah (60), serta anaknya Icah (30) dan suami Icah, Dede Zahidi (35) yang kini tinggal dalam satu rumah, semuanya tak bisa membaca. Bahkan dua cucu Adang, anak Icah dan Dede hingga kini belum sekolah, seharusnya dia sudah mengikuti wajib belajar 9 tahun.

Adang mengaku, sehari-harinya hanya mencari nafkah sebagai penjual kayu bakar yang dicari dari hutan dan terkadang jadi buruh tani di kampungnya.. Kayu dari hutan dijual Rp 10.000 per ikat. Sehingga keluarga itu hanya mampu membeli beras tiga kali dalam seminggu. Mereka tidak menerima jatah raskin.

Anggota DPRD Komisi IV, Asop Soprudin mengaku prihatin dengan masih ada warga masyarakat yang tertinggal (buta hurup) di Kabupaten Tasikmalaya. “Saya berharap Pemkab lebih proaktif dalam mendeteksi masyarakat miskin, di berbagai daerah di Kabupaten Tasikmalaya agar keluarga seperti itu mendapat perhatian serius” katanya. (hakri/dadang)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS