Gaya Solo

Loading

Oleh: Edi Siswojo

Ilustrasi

Ilustrasi

MENARIK, ketika tampil sebagai pembicara dalam seminar “Menegakan Negara Hukum dan Kedaulatan Rakyat” di Universita Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, pekan lalu, diberitakan (Kompas, Kamis,1 Desember 2011) Wali Kota Solo Joko Widodo merasa heran banyak kepala daerah yang kerap minta mobil dinasnya diganti dengan mobil baru sementara mobil lama masih bagus.

Wali kota Solo yang biasa dipanggil Pak Joko Wi itu sudah 6,5 tahun menjadi wali kota, masih menggunakan mobil dinas lama yang sudah 10 tahun dipakai wali kota sebelumnya.

Mobil itu dirasakan masih nyaman, hanya pernah mogok enam kali. Kalangan DPRD Kota Solo telah minta wali kota supaya mengganti mobil dinasnya dengan mobil baru. Tapi, Pak Joko Wi masih bersikeras menolak permintaan itu.

Alasanya, Pak Joko Wi bilang ganti mobil dinas dengan mobil baru tak akan menambah kinerja menjadi lebih baik. Kecuali jika hasil kerja bisa lebih baik kalau mobil dinas diganti, tak apa-apa. Namun, kalau tidak untuk apa ? Mobilnya masih enak kok, mengapa harus diganti!

Wali Kota Joko Widodo juga mengungkapkan rasa rindu kepada demonstran yang tak pernah datang ke kantornya lagi seperti pada awal masa jabatannya dulu. “Saya jadi kangen didemo. Bukan apa-apa, bagaimanapun pemerintah itu perlu kontrol dari masyarakat dan media ” katanya.

Lho, kenapa heran ? Bukankah jabatan baru mobil dinas baru kini sebagai gaya hidup pejabat pemerintah pusat dan daerah. Ganti mobil dinas baru sebagai urusan selera pribadi, tak ada hubungannya dengan kinerja sebagai pejabat publik. Juga tak ada hubungannya dengan ideologi Pancasila dan UUD 1945. Mobil dinas itu urusannya Anggaran Pendapat dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Kenapa Pak Joko Wi kangen dengan demonstran? Lho, sekarang ini banyak saluran aspirasi masyarakat di daerah yang tersumbat gara-gara gubernur, bupati, wali kota tidak bersesia menerima perwakilan massa pengunjuk rasa. Akibatnya, bagai air bah yang telah banyak menghantam dan menjebol pagar kantor Pemda.

Apa yang diungkapkan Wali Kota Solo Joko Widodo itu unik di dalam semangat “materialisme” yang telah merasuki birokrasi pemerintah. Mobil dinas baru dan mewah ditampilkan sebagai gaya hidup hedonis pejabat publik. Pak Joko Wi tidak bergaya itu, tapi menampilkan gaya kepemimpinan yang khas, gaya Solo.

Gaya kepemimpinan yang berbudi pekerti. Sebuah gaya kepemimpinan yang didasari panca watak–watak utama–rela, narima, jujur, sabar dan berbudi luhur untuk kebaikan bersama. Maju terus, Pak Wi ! ***

CATEGORIES
TAGS