Gerakan Program P3DN, Memudar

Loading

PERAN.jpg2

Oleh: Fauzi Aziz

 

MENGIKUTI perkembangan ekonomi pasca pidato kenegaraan yang disampaikan presiden di depan sidang gabungan MPR-DPR-DPD 16 Agustus 2016, nampaknya pertumbuhan ekonomi tahun 2017 yang diproyeksikan 5,3%, capaian ini diharapkan dapat digerakkan dari pertumbuhan domestik.

Ini berarti roda perputaran ekonomi harus tumbuh tanpa ada hambatan dan terkelola dengan baik. Fungsi-fungsi produksi dan distribusi di dalam negeri harus dioptimalkan agar pertumbuhan domestik yang terjadi benar-benar berguna bagi pemanfaatan kapasitas produksi nasional, sehingga daya beli masyarakat dapat tetap terjaga.

Pembelajaan di dalam negeri, baik untuk memenuhi kebutuhan investasi, konsumsi dan pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur dan properti diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan kapasitas nasional terpasang.

Relaksasi prosedur tender sebaiknya dilakukan karena apapun kesempatan yang tersedia hampir semua peserta lelang mengatakan hambatan terjadi pada prosedur dan administrasi lelang. Konsumsi domestik yang berasal dari belanja masyarakat dan pemerintah seharusnya berkorelasi positif terhadap pertumbuhan produksi.

Tetapi faktanya tidak serta merta terjadi. Tahun 2015, pertumbuhan industri hanya 4,25%. Semester1 tahun 2016 industri hanya tumbuh 4,54%, di bawah pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,05%.

Diharapkan sampai akhir tahun 2016, pertumbuhan industri dapat mencapai 5,40%, di atas pertumbuhan ekonomi sekitar 5,2% yang ditargetkan pemerintah. Oleh sebab itu, pengamanan pasar dalam negeri menjadi penting karena peluang ini satu-satunya yang bisa menolong agar pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan pemerintah 5,2% pada tahun 2016 dapat tercapai, begitu pula yang diproyeksikan tahun 2017 sebesar 5,3% dapat terkawal oleh seluruh pemangku kepentingan ekonomi nasional, yaitu pemerintah, du nia usaha dan masyarakat.

Indonesia sangat mempunyai sumber pertumbuhan yang bersifat ganda, yakni pertumbuhan domestic dan eksternal dimana Indonesia dapat menikmati benefit ketika kondisi ekonomi regional dan global  mengalami pertumbuhan.

Manakala ekonomi global mengalami pelambatan, dimana ekonomi domestik masih bisa tumbuh sekitar 5% seperti sekarang ini, Indonesia masih tetap mendapat benefit karena daya beli masyarakat di dalam negeri masih bisa menopang kegiatan dan proses ekonomi domes tik sehingga pabrik-pabrik masih mampu bekerja tanpa ada tindakan PHK.

Ini tentu berkah bagi Indonesia karena kita memiliki pasar domestik yang besar dengan populasi penduduk yang hampir 50% dari jumlah penduduk Indonesia tergolong sebagai kelas menengah baru. Oleh sebab stabilitas nilai tukar dan inflasi harus benar-benar terjaga agar momentum tersebut mempunyai daya ungkit bagi pertumbuhan produksi nasional baik di sektor pertanian dan produksi manufaktur yang padat karya, serta kegiatan produksi IKM.

Proyek-proyek pembangunan infratruktur dan proyek listrik 35.000 megawatt harus dioptimalkan menggunakan produk lokal, termasuk yang proyeknya dilakukan melalui putar kunci (turn key project).  Selain itu, penanganan penyeludupan diefektifkan karena bagaimanapun dampak ekonominya buruk yakni menimbulkan persaingan yang tidak sehat juga menggerus penerimaan pajak dan bea masuk yang sekarang ini kita sedang menghadapi masalah APBN di sisi penerimaan negara.

Momentum pertumbuhan domestik harus dikelola dengan baik agar sumber daya nasional tetap dapat dimobilisasi merespon dinamika di dalam negeri, dimana pertumbuhan ekonomi pada semester1 2016 sebesar 5,05 % menurut presiden paling tinggi di Asia.

Progam P3DN harus tetap digelorakan karena akhir-akhir ini gerakannya memudar. Industri nasional yang TKDN lebih dari 40% patut diberikan reward, misalnya yang terkait dengan pengadaan barang dan jasa pemerintah di masukkan ke e-catalog dan pengadaan barangnya tidak perlu tender, tetapi bisa melalui penunjukan langsung.

Selain itu, bila perlu diberikan pemotongan pajak, atas capaian yang sudah dilakukan. (penulis adalah pemerhati masalah sosial ekonomi dan industri).

CATEGORIES
TAGS