Hadapi MEA, Indonesia Harus Tingkatkan Daya Saing

Loading

060615-pagi

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dengan perdagangan bebasnya, akan digulirkan akhir 2015. Kesiapan Indonesia menghadapi MEA diragukan, antara lain, terkait daya saing yang masih rendah dibandingkan dengan negara lainnya di ASEAN. Kondisi itu akan mengancam pasar barang dan tenaga kerja Indonesia. Namun, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, kita harus segera meningkatkan daya saing.
Hal itu dikemukakan Dr Mangasi Panjaitan, dosen dan peneliti Focus Group Discussion pada perayaan ulang tahun pertama Forum Bangso Batak Indonesia (FBBI) di Gedung Sinar Kasih, Jakarta, belum lama ini.
Dikatakan, pasar kita akan diserbu produk negara lain, karena lebih murah dan lebih berkualitas. Pasar tenaga kerja kita akan diisi tenaga kerja asing. Investor akan lebih memilih negara lain, karena lebih kondusif.
Dalam siaran pers FBBI, yang diterima tubasmedia.com, Jumat (5/6), disebutkan, mengutip World Economic Forum 2014, Mangasi menyebutkan, peringkat daya saing Indonesia di tingkat dunia di posisi ke-34 atau ke-4 di ASEAN, masih di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Brunei Darussalam. Daya saing tersebut mencakup ketersediaan infrastruktur, sumber daya manusia (SDM), dan stabilitas politik.
Dikatakan, indikator daya saing juga dirujuk pada peringkat universitas terkemuka di Indonesia. Untuk tingkat Asia, peringkat universitas terbaik di Indonesia masih kalah dari universitas di Singapura, Thailand, dan Malaysia.
Indikator lainnya, Indeks Pembangunan Manusia atau IPM, yang mengindikasikan sejauh mana pembangunan berhasil meningkatkan kualitas penduduk dalam hal ukuran harapan hidup, tingkat pendidikan, dan hidup layak. Mangasi mengatakan, kehidupan penduduk Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand, relatif lebih berkualitas dibanding penduduk Indonesia.
“IPM Indonesia berada pada ranking 124 dari 174 negara di dunia. Posisi ini, berada di bawah IPM Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Filipina” jelasnya.

Kesiapan Sumut
Kesiapan Sumatera Utara dan bona pasogit (kawasan Tapanuli, Simalungun, Karo, Pakpak Bharat, dan Dairi) juga dibahas dalam diskusi itu. Menurut Mangasi, daya saing Sumut berada pada peringkat kesepuluh secara nasional. Laju pertumbuhan ekonominya juga lumayan, 6,1 persen, di atas rata-rata nasional 5,78 persen. Demikian juga halnya IPM Sumut, berada pada peringkat kedelapan. Yang mengkhawatirkan, kesiapan SDM termasuk pendidikan angkatan kerja.
Dikatakan, saat ini Sumut memiliki 189 perguruan tinggi, terdiri atasi 28 universitas, 79 sekolah tinggi, 69 akademi, 10 politeknik, dan 3 institut. Namun, dari 18 perguruan tinggi terakreditasi A di Indonesia, tidak satu pun di antaranya dari Sumut.
“Peringkat universitas dipakai sebagai salah satu indikator daya saing. Dalam hubungan ini, daya saing Sumut di kancah nasional tidaklah terlalu menggembirakan,” katanya.
Melihat posisi bona pasogit, Mangasi menggunakan IPM dan tingkat Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. Merujuk pada BPS Sumatera Utara (2014), hanya tiga kabupaten yang IPM-nya di atas rata-rata IPM Sumut sebesar 75,55, masing-masing Toba Samosir (77,49), Karo (76,76), dan Tapanuli Utara (75,81).
Indikator berdasarkan PDRB per kapita, hanya dua kabupaten di bona pasogit yang PDRB per kapitanya lebih tinggi dari rata-rata Sumut, sebesar Rp 10.488.190, yaitu Toba Samosir Rp 11.598.094 dan Karo Rp 10.646.492.
Melihat data tersebut, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, masyarakat Indonesia harus segera meningkatkan daya saing. Setiap unsur dalam masyarakat harus berperan aktif. Kesiapan itu tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah, juga oleh masing-masing individu, keluarga, dan organisasi sosial budaya. “Sebenarnya agak terlambat, tetapi tidak boleh tidak, harus dilakukan,” katanya.
Kepedulian FBBI
Perayaan HUT pertama FBBI dihadiri sekitar 150 orang, perwakilan marga, puak, organisasi massa seperti Kerabat (Kerukunan Masyarakat Batak) dan Nabaja (Naposo Batak Jabodetabek), akademisi, pengusaha, tokoh masyarakat, seniman, dan kalangan muda. Selain diskusi, acara dirangkai dengan pelantikan reorganisasi FBBI periode 2014-2017 oleh Ketua Umum Kerabat, Dr HP Panggabean SH MS, dan peluncuran buku 1 Tahun FBBI.
Ketua Umum FBBI Dr Ronsen Pasaribu SH, MM., memohon dukungan agar FBBI mampu mewujudkan visi dan misinya, membangun bangsa melalui kepedulian meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Batak, terutama di kampung halaman. Terhadap kesiapan memasuki zona perdagangan bebas ASEAN atau MEA, pihaknya akan berperan aktif dalam pengembangan SDM dan pertanian, serta pelatihan bagi angkatan kerja. (ril/ender)

CATEGORIES
TAGS