Harus Bangga Jadi Petani Indonesia

Loading

Laporan : Bambang Sutiyono

Suko Budi Prayogo

Suko Budi Prayogo

SEMARANG, (Tubas) – Kita harus dapat menciptakan keadaan di mana petani kita bangga terhadap profesinya. Kondisi itu dapat terwujud, bila pemerintah konsisten membuktikan, kasunyatan sing ora cidro (kenyataan yang tidak ingkar, red).

Filosofi sekaligus sindiran halus itu, datang dari Suko Budi Prayogo. Pria 49 tahun ini telah malang-melintang di belantara tanaman buah-buahan. Tidak saja melakukan berbagai upaya budi daya buah di dalam negeri. Tetapi perjalanan untuk memahami soal buah-buahan, membawanya hampir ke seluruh negara Asia, Australia, Amerika dan Eropa. Sarjana strata tiga yang enggan menggunakan titelnya ini, selalu bangga memperkenalkan diri sebagai petani Indonesia.

Bercerita soal buah, menurutnya, adalah semacam kewajiban. Enak, runtut dan masuk akal. Panggilan jiwanya, menyatu dengan tekadnya, mengambil peran untuk turut mendorong kemajuan petani Indonesia. Pengakuan itu tertangkap, ketika pagi (29/3), kami berbincang dengannya.

Ditemui di kebun bibitnya di kawasan selatan Kota Semarang, dia mengatakan, “Kita tidak perlu khawatir masuknya buah impor dari Cina. Kondisi geografis kita lebih baik dari mereka. Tapi, diakui, suasana iklim bertani kita-lah yang memberi peluang bagi Cina, untuk masuk ke pasar domestik kita.”

Betapa tidak. Menurutnya, iklim tropis dan pola kemarau-hujan kita adalah kondisi terbaik untuk tumbuhnya buah apa saja. “Kami di sini mempunyai bibit buah unggulan, dari yang bisa ditanam di titik satu meter di atas permukaan laut, sampai dengan dataran tinggi di pegunungan. Ambil contoh, buah jambu air citra, adalah buah unggulan asli Indonesia. Mudah ditanam. Buah ini dicari oleh pasar. Andai dalam sehari tersedia 10 ton pun, pasar akan menyerapnya. Harganya bagus, tidak kurang dari Rp 18.000/kg.” tuturnya. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS