Hospital Umum Sarawak Tolak Uang Muka

Loading

LAPORAN WARTAWAN TUBAS DARI KUCHING, MALAYSIA

Ilustrasi

JEMPUT PASIEN- Helikopter milik rumah sakit sedang landing di helipet persis di halaman muka rumah sakit untuk mengantar pasien (tubasmedia.com/sabar hutasoit)

KUCHING, (TubasMedia.Com) – Rumah Sakit Umum Sarawak yang berada di Kuching, Malaysia itu diberi label dengan nama Hospital Umum Sarawak atau gabungan dua bahasa Indonesia atau Melayu dengan Inggris. Tidak jelas apa alasannya kenapa nama rumah sakit itu harus digabung dengan dua bahasa. Yang pasti, rumah sakit tersebut adalah salah satu rumah sakit yang kesibukannya amat tinggi di kota Kuching.

Tata letak rumah sakit tersebut tidak terlalu beda dengan rumah-rumah sakit di beberapa kota atau di beberapa negara. Standar saja. Ada ruang tunggu, ruang pendaftaran pasien, klinik dan sebagainya.

Namun rumah sakit yang disebut rumah sakit Kerajaan dan terletak di Jalan Tun Ahmad Zaidi Adruce, Kuching, Sarawak, Malaysia itu selalu ramai dikunjungi, bukan saja oleh warga negara Malaysia, akan tetapi orang asing termasuk Indonesia. Maka tidak heran jika kita berada di rumah sakit tersebut, rasanya tidak sedang berada di luar negeri, tapi di Indonesia karena memang orang Indonesia banyak berobat ke rumah sakit itu.

Mungkin karena bertetangga, warga Pontianak Kalimantan Barat (Kalbar) lebih suka dan lebih banyak berobat ke Kuching Sarawak, Malaysia. Alasan mereka karena pelayanan medis di Kuching lebih berkualitas dari pada di dalam negeri.

Beberapa warga Pontianak yang ditemui Wartawan tubasmedia.com, Sabar Hutasoit, yang berada di Kuching dalam rangka perjalanan jurnalistik belum lama ini mengaku sebenarnya secara kebangsaan, mereka tidak terlalu suka berobat ke luar negeri karena harus mengurus berbagai persyaratan administrasi seperti pasport misalnya. Namun karena pelayanan tenaga medisnya lebih baik ditambah lagi biaya berobat lebih murah, maka mereka memilih berobat ke sana.

Salah seorang pasien dari Pontianak yang menolak disebut namanya kepada tubasmedia.com menceritakan pengalamannya berobat ke Rumah Sakit Umum Sarawak. Menurutnya, dari Pontianak dia naik bis malam hari dan tiba di Kuching besok paginya, langsung mendaftar di ruang penerimaan pasien baru dan seterusnya diperiksa. Usai pemeriksaan medis, atas saran petugas rumah sakit, dia disuruh menunggu dan sekitar pukul 15.00 waktu setempat, namanya dipanggil dan seterusnya diserahkan hasil pemeriksaan lengkap dengan obat untuk persediaan satu bulan. Harga yang dibayarkan oleh dia RM 200 atau setara dengan Rp 600.000.

Harga itu teramat murah jika dibandingkan dengan Indonesia. ‘’Tapi tidak hanya karena murah, kecepatan dan ketepatan para medis itu yang saya kagumi dan setelah itu kami langsung kembali ke Pontianak dan tidak perlu bermalam di Kuching. Ini juga kan mengurangi biaya,’’ jelasnya.

Lain lagi cerita keluarga yang datang dari Jakarta membawa orangtuanya berobat. Setelah semuanya diperiksa dan dokter memastikan penyakit yang diderita, salah seorang zuster menjelaskan terapi pengobatan dengan biaya RM 30.000 atau setara dengan Rp 9 juta.

Ketika keluarga pasien menyatakan kesanggupannya dan ingin memberi uang muka, si zuster menolak sembari menjelaskan kalau rumah sakit tersebut tidak pernah menerima uang muka dari pasien. ‘’Nanti saja bayar lunas setelah seluruh tindakan pengobatan selesai,’’ kata zuster dengan aksen Melayu-nya.

Jelas saja keluarga pasien heran dan takjub. Seketika itu langsung dibandingkan dengan tata cara berobat di rumah sakit di Jakarta dan kota lainnya di Indonesia. Tanpa uang muka jangan harap pasien mendapatkan tindakan medis, sekalipun pasien sudah sekarat. Paling tidak keluarga pasien harus menyerahkan uang muka kepada kasir, untuk sepuluh hari perawatan baru kemudian pasien mendapat pertolongan medis.

Informasi lain yang dikumpulkan tubasmedia.com adalah warga Indonesia senang berobat ke Kuching karena akses transportasi darat dan udara dari Pontianak ke Kuching semakin lancar ditambah lagi kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan medis di Indonesia masih buruk. Masyarakat masih kurang puas dengan layanan dari dokter dan tenaga medis di Indonesia. Oleh sebab itu tenaga medis di Indonesia harus memperbaiki kinerja dan meningkatkan keahliannya. ***

CATEGORIES
TAGS