Impor Bahan Pangan, Aneh

Loading

Oleh: Enderson Tambunan

Enderson Tambunan

MENARIK pernyataan Gubernur Kalimanatan Barat, Cornellus MH, yang menegaskan keinginan untuk menghentikan impor bahan pangan. Pernyataan itu jelas memihak petani dalam upaya kita mendirikan kedaulatan pangan. Tatkala memberikan sambutan pada penandatanganan perjanjian kerja sama pendirian Alsintan Center di Pontianak, baru-baru ini, Gubernur Kalbar berkata, “Kita harus hentikan impor bahan pangan.”

Menurut dia, aneh Indonesia menjadi negara pengimpor bahan pangan yang seharusnya jadi pengekspor. Lahan kita luas, tanah subur, dan penduduk banyak. Tapi, nyatanya, kita dikenal sebagai negara pengimpor bahan pangan.

Berkaitan dengan itu, kita teringat akan data yang disajikan Bappenas, belum lama ini, yakni impor pangan kita cenderung meningkat sejak 2004 sampai 2013. Misalnya, pada 2004 besaran impor 236.000 ton dan pada 2006 melonjak tajam menjadi 1,4 juta ton. Memang sempat turun pada dua tahun, yakni 2010, 2011, dan 2912, dengan angka 687.000 ton, 2,7 juta ton, dan 1,7 juta ton. Data itu juga menunjukkan, khusus komoditas cabai, impor kita meningkat, terutama periode 2004 sampai 2010. Tahun 2004 kita mengimpor cabai 7.000 ton dan pada 2010 angka impor itu menjadi 24.000 ton. Pada 2012 dan 2013 angka impor menurun, menjadi 17.000 ton dan 12.000 ton.

Pernyataan Gubernur Kalbar di depan sejumlah pejabat, di antaranya, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT), Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi, Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan, Deputy Bidang Koordinasi Pangan dan Sumber Hayati Menko Perekonomian, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian IPB, dan Direktur Politeknik Negeri Pontianak, terasa pas, baik situasi maupun acaranya. Itu akan bergaung ke beberapa kementerian.

Keberpihakan kepada petani, melalui kebijakan dan regulasi yang mendukung peningkatan produksi pangan, harus menjadi prioritas pemerintah mendatang, sehingga impor dapat diperkecil. Idealnya, kita menjadi pengekspor, mengingat, persyaratan yang dibutuhkan untuk itu, benar-benar kita miliki. Tinggal, bagaimana mendorong agar sektor pertanian makin diminati tenaga produktif, lebih menarik dan lebih menjanjikan.

Terkait dengan itulah kita melihat betapa penting keberadaan Alsintan Center. Lembaga itu kita harapkan dapat memecahkan masalah yang dihadapi petani, baik dalam hal penyediaaan alat dan sarana produksi maupun peran sebagai penyuluh. Kita berharap Alsintan Center berkemampuan menjawab permasalahan yang dihadapi oleh para petani. Dan dari Pontianak, kita berharap menyebar Alsintan Center lain hingga tersebar luas di pelosok persada.

Jika Alsintan Center tersebar luas serta pupuk dan benih unggul tidak ada masalah lagi, kita yakin gairah bertani bakal meningkat. Selanjutnya kita berharap tersedia lebih banyak laboratorium pertanian untuk menjawab masalah pertanian di masa mendatang. Dengan kerja keras itu kita mengharapkan dapat memasuki kedaulatan pangan. Elok sekali, bila kita menjadi pengekspor bahan pangan.

CATEGORIES
TAGS