Indonesia Krisis Tukang Las Kapal

Loading

Oleh: Efendy Tambunan

ilustrasi

ilustrasi

TRANSPORTASI laut memegang peranan penting dalam sistem transportasi di Indonesia. Akhir-akhir ini pertumbuhan kapal laut meningkat sejalan dengan tingginya kebutuhan kapal untuk angkutan logistik, komoditas pertanian dan pertambangan. Ironisnya, SDM di sektor transpotrasi laut sangat lemah. Kekurangan tenaga SDM di sektor ini dikuatirkan dapat menekan pertumbuhan ekonomi.

Ketika Azas Catabotage kapal diberlakukan, pertumbuhan jumlah kapal dalam negeri meningkat. Pada 2005, terdapat sekitar 6.000 kapal dan sekarang meningkat menjadi 11.000 kapal, belum termasuk kapal dari luar dan kapal pariwisata. Alhasil, jumlah kapal berbendera Indonesia sudah naik 54 %

Menurut data dari Kementerian Perhubungan, Indonesia kekurangan sumber daya manusia di bidang transportasi laut yang meliputi nahkoda kapal, perwira mesin dan tenaga pandu. Kementerian Perindustrian juga mengakui bahwa kekurangan tenaga las (welder) di galangan kapal sangat berdampak serius terhadap pertumbuhan armada kapal.

Pertumbuhan kapal baru tidak seimbang dengan pertumbuhan SDM pelaut. Indonesia hanya mampu menciptakan 1.500 pelaut sementara permintaan tenaga pelaut di atas jumlah tersebut. Tidak seimbangnya pertumbuhan kapal dengan SDM pelaut dapat menganggu kelancaran distribusi logistik melalui jalur laut.

Tenaga Las

Penerapan Azas Cabotage dan pertumbuhan ekonomi sekitar 6% berdampak positif terhadap meningkatnya pemesanan pembangunan kapal baru pada galangan kapal di Indonesia. Tingginya permintaan pembuatan kapal baru di galangan nasional membuat pelaku industri galangan kapal mulai khawatir kekurangan tenaga las (welder).

Saat ini, rata-rata perusahaan galangan kapal di Indonesia masih kekurangan tukang las kapal (welder). Menurut Ketua Umum Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo), Kuntjoro Roesdianto, jumlah welder yang tercatat adalah 1.250 orang dari total 250 perusahaan galangan kapal di Indonesia.

Setiap galangan kapal membutuhkan 100 orang welder. Artinya, dengan jumlah 250 galangan kapal, Indonesia membutuhkan 25.000 tenaga las kapal. Padahal jumlah tenaga las kapal yang tersedia hanya 1.250 orang. Kekurangan SDM tenaga las kapal ini sungguh ironis dan sangat mengkhawatirkan dan mengancam industri perkapalan di Indonesia.

Pada umumnya perusahaan galangan kapal membutuhkan 3 komponen pokok dalam perusahaan kapal, yaitu ketersediaan pelat baja, tenaga welder dan kolam. Persediaan pelat baja dapat di atur perusahaan galangan kapal secara fleksibel. Demikian juga kolam pelabuhan dapat dibangun tanpa kesulitan berarti. Tetapi jika suatu perusahaan galangan kapal kekurangan SDM tenaga las kapal, baik dari segi jumlah maupun kualitas, kekurangan SDM ini akan berpengaruh besar terhadap kinerja dan masa depan perusahaan galangan kapal.

Membangun dan mendidik SDM tenaga las kapal tidak semudah membalik tangan. Tingkat keahlian tenaga las kapal jauh lebih tinggi dari tenaga las pagar atau sejenisnya. Padahal untuk mendidik tenaga welder las kapal, dibutuhkan kerjasama yang melibatkan tiga unsur, yakni pemerintahan, perusahaan, dan asosiasi. Tenaga las kapal tidak cukup hanya memiliki sertifikat tetapi juga mereka harus di up skill setiap enam bulan sekali.

Mendidik tenaga las kapal dengan jumlah dan kualitas yang memadai membutuhkan banyak waktu, sementara pemesanan kapal baru dan perawatan kapal terus meningkat. Kekurangan tenaga las kapal berpengaruh besar terhadap perbaikan kapal. Jumlah tenaga las kapal tidak memadai sementara permintaan tenaga las kapal terus meningkat. Akibatnya terjadi bajak membajak SDM las kapal dan kapal yang di rawat tidak selesai sesuai waktunya.

Karena perawatan kapal tidak tepat waktu, pemilik kapal terpaksa menarik kapalnya untuk dirawat di luar negeri. Hal ini memperburuk citra Indonesia diluar negeri dan menunjukkan betapa lemahnya tenaga SDM di sektor perkapalan. Kekurangan tenaga las kapal tidak hanya berdampak pada pembangunan dan perawatan kapal tetapi mempunyai efek berganda pada sistem logistik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Mengingat betapa kritisnya SDM perkapalan di sektor transportasi laut, pemerintah bersama perusahaan kapal dan asosiasi tenaga las kapal harus bekerja keras untuk mendidik dan menciptakan SDM tenaga las kapal yang memadai. Pendidikan SDM tenaga las kapal harus dilakukan secara terencana, berkesinambungan dan konsisten.

Peningkatan SDM pelaut dan tenaga las kapal dapat mendukung peningkatan pertumbuhan kapal yang akan berdampak pada konektivitas sejumlah pelabuhan di Indonesia. Meningkatnya konektivitas antarpelabuhan akan mendukung program sistem logistik nasional dan masterplan percepatan dan perluasan pembanguan ekonomi Indonesia (MP3EI). ***

(penulis adalah Dosen Teknik Sipil UKI dan Direktur Toba Borneo Institute)

CATEGORIES
TAGS