Indonesia Mengekspor dan Mengimpor Naphta

Loading

Laporan: Sabar Hutasoit

Ir Panggah Susanto MM

JAKARTA, (Tubas) – Industri petrokimia merupakan industri strategis yang menjadi tulang punggung industri hilirnya seperti tekstil, plastik, karet sintetik, kosmetik, pestisida, bahan pembersih, bahan farmasi, bahan peledak, bahan bakar, kulit imitasi dan lainnya.

Demikian Dirjen Basis Industri Manufaktur (BIM) Kementerian Perindustrian Ir Panggah Susanto MM kepada Tubas di ruang kerjanya pekan silam.

Namun dikatakan, beberapa industri mengalami shortage bahan baku akibat ketersediaan bahan baku dari produk migas yang makin terbatas dan mahal terutama naphta dan kondensat. Karenanya industri-industri bersangkutan perlu melakukan pencarian bahan baku pengganti, diantaranya gas etana, batubara, gas dari coal bed methane dan limbah refinery (coke).

Selanjutnya diungkapkan bahwa bahan baku industri petrokimia, khususnya naphta dan kondensat masih diimpor, sementara industri migas nasional mengekspor naphta dan kondensat.

Ini juga menurut Panggah merupakan masalah yang terus menghadang industri kimia di dalam negeri ditambah lagi belum terintegrasinya industri migas dengan industri petrokimia hulu, industri petrokimia antara dan industri petrokimia hilir.

Di bagian lain masalah katanya adalah dukungan infrastruktur kurang memadai, antara lain pelabuhan, jalan akses dan pipanisasi masih terbatas. Demikian pula penguasaan riset dan pengembangan teknologi industri petrokimia masih terbatas.

Ditanya apa saja program ke depan di bidang industri kimia dikatakan ketersediaan bahan baku naphta dan kondensat menjadi program utama serta jaminan ketersediaan bahan baku crude oil untuk 3 refinery baru @ 350 ribu barrel/hari. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS