Site icon TubasMedia.com

Indonesia, Surga Bagi Koruptor

Loading

Oleh: Sabar Hutasoit

Ilustrasi

Ilustrasi

TERNYATA sangat enak hidup di Indonesia, khususnya bagi para koruptor. Tidak salah kalau ada rumors yang menyebut kalau Indonesia itu surga bagi para koruptor. Loh koq surga? Ya yalah,… Apa endak surga namanya, wong hukuman bagi koruptor sangat ringan, jauh lebih ringan dibanding hukuman kepada pencuri sandal jepit. ‘’Jadi enak kan koruptor,’’ demikian penggalan dialog warung kopi pasca dijatuhkannya hukuman kepada seorang koruptor, kader Demokrat, Angelina Sondakh.

Hukuman kepada Angelina Sondakh banyak menuai kritik karena ditengarai tidak memenuhi keadilan. Bahkan Ketua MK, Mahfud MD-pun menyatakan kekecewaannya atas hukuman ringan itu.

Dan ternyata tidak hanya mendapat hukuman ringan. Uang rakyat yang dirampok Angie (nama panggilannya)-pun aman di pelukan Angie karena majelis hakim menyatakan tidak perlu dikembalikan ke Negara yang artinya, uang haram itu tetap menjadi milik terpidana Angie.

Tidak hanya itu, gaji Angie sebagai anggota DPR juga tetap mengalir Sudah merampok uang rakyat, dapat gaji pula serta hukumannya-pun amat ringan. ‘’Itu namanya apa kalau bukan enak. Coba deh tanya dirimu,’’ sambung pengobrol kepada lawan bicaranya di warung kopi tadi.

Dan menurut hitungan dan sesuai yang terjadi di Indonesia, seseorang terdakwa kelas kakap, tidak akan menempati kamar penjara sesuai lama hukuman yang dijatuhkan hakim. Paling tinggi sepertiganya dengan pertimbangan macam-macam, ya remisilah, kelakuan baiklah dan banyak lagi tetek bengek yang membuat terdakwa kelas kakap itu segera meninggalkan ruang tahanan.

Ada lagi fasilitas lain yang dinikmati para terpidana kelas kakap. Selama dalam tahanan, si kelas kakap juga mendapat perlakukan istimewa. Lihat peristiwa Ayin yang kamar tahanannya disulap menjadi ruang modis, lengkap dengan lemari, sofa, alat pendingin (AC) dan segala rupa alat-alat kecantikan serta meja kerja. Nah, apa lagi namanya, surga kan??? Jangan-jangan kalau malam hari tiba, si terdakawa kelas kakap itu pun keluar dari kamarnya dan bebas kembali ke rumahnya dan menjelang pagi, masuk lagi ke kamar tahanan yang sudah disulap menjadi kamar hotel berbintang.

Ada lagi yang aneh. Soal mutu makanan diprotes para tersangka korupsi. Katanya tidak bermutu dan tidak bervitamin sehingga makanan minta didrop dari rumah sendiri. Belum lagi alat-alat canggih seperti komputer, IPad dan sebagainya minta dimasukkan ke kamar tahanan. Coba kalau pencuri sandal jepit, jangankan protes makanan, dapat jatah makan saja secara rutin dan tepat waktu, sudah syukur.

‘‘Emang begitu ya kotornya potret hukum di negeri?. Wah…kalau begitu, saya juga mau dong jadi koruptor.’’ lanjut para pengobrol warung kopi.

Masyarakat banyak, kecuali gank-nya Angie sudah sangat jelas kecewa atas rendahnya vonis majelis hakim tehadap terdakwa kasus suap Angelina Sondakh tersebut. Kita jangan buru-buru dulu menaruh curiga kepada para hakim yang memvonuis Angie dengan hukuman ringan. Pasalnya kalau kaat debat, para hakim itu jauh lebih pintar berdebat dengan kita, alias kita akan kalah.

Tapi secara hati nurani dulu deh, masa uang rakyat yang dirampok koruptor tidak wajib dikembalikan ke negara. Ibarat barang curian dicuri pencuri dan kemudian ditangkap berikut barang bukti dan diadili lalu dijatuhi hukuman karena terbukti bersalah, apakah barang bukti itu tidak segera dikembalikan kepada pemilik yang sah?

Maka itu tidak heran kalau Angie usai divonnis petantang petenteng, cengar cengir seakan-akan tidak ada yang salah dengan tindak korupnya. Apa beratnya bagi Angie hukuman 4,5 tahun dan paling lama dia di penjara satu tahu setelah nanti dipotong segala macamnya? Status-pun masih tetap anggota DPR. Mestinya dalam amar putusan, hakim memberi penegasan juga soal gaji dan hak Angie sebagai anggota DPR dan mestinya dicabut haknya sebagai wakil rakyat.

Kalau tidak, saat koruptor tidak diberi hukuman berat dan malah diberi reward melalui hukuman ringan sementara orang baik diasingkan, maka para koruptor bersama solmetnya akan koor; “berjayalah koruptor”. ***

Exit mobile version