Industri Alami Penurunan Produksi

Loading

Laporan : Sabar Hutasoit

Agus Tjahyana

Agus Tjahyana

JAKARTA, (Tubas) – Sejumlah industri mengalami penurunan produksi, penurunan penjualan, penurunan keuntungan dan pengurangan tenaga kerja sebagai dampak dari diberlakukannya Asean-China Free Trade Agreement (ACFTA), demikian Dirjen Kerjasama Industri Internasional (KII) Kementerian Perindustrian, Agus Tjahyana kepada pers di Jakarta, Rabu silam.

Menurutnya, kenyataan ini merupakan hasil survei yang dilakukan Kementerian Perindustrian serta berdasarkan pembagian kuesioner kepada 2.738 penjual, 3.521 pembeli dan 724 perusahaan. “Survei dilakukan di 11 kota besar di Indonesia,” kata Agus dalam jumpa pers perkembangan pelaksanaan ACFTA.

Dampak negatif ACFTA juga berupa peningkatan impor bahan baku. Selain itu survei juga menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan penurunan pangsa pasar domestik untuk produk-produk buatan dalam negeri. Hal itu disebabkan karena pedagang lebih suka menjual barang-barang impor asal Republik Rakyat Tiongkok (RRT) karena keuntungannya lebih besar.

Di sisi lain produsen dalam negeri sebenarnya merasa mampu bersaing dengan produk impor asal RRT terutama bila didukung dengan penerapan SNI yang konsisten dalam menjamin mutu produk yang beredar. Hasil survei menunjukkan bahwa kualitas barang Indonesia lebih baik dari barang RRT. Barang RRT yang beredar di Indonesia adalah barang yang tidak berstandar atau di bawah standar dan berkualitas rendah.

Semakin meningkatnya peredaran barang-barang asal China sudah dirasakan bagaikan ancaman sehingga perlu segera diantisipasi.

Menjawab pertanyaan, Agus mengatakan faktor utama yang dianggap sebagai penyebab kekalahan daya saing terhadap produk asal Cina adalah mahalnya bahan baku, kurangnya pasokan komponen, ketidakstabilan dan masih mahalnya energi, dan faktor pemodalan yang masih sulit. Ditambah lagi infrastruktur yang tidak mendukung. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS