Site icon TubasMedia.com

Industri Berbasis Teknologi Cerah

Loading

Laporan: Redaksi

Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi

Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Industri berbasis teknologi, antara lain, permesinan, otomotif, dan elektronik, pada 2013 cerah. Kondisi itu ditopang oleh makin luasnya pasar, baik di dalam maupun luar negeri. Capaian tahun mendatang diprediksi lebih baik dari yang diperoleh tahun ini, tentu didorong oleh pertumbuhan ekonomi.

Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi, dalam wawancara khusus akhir tahun dengan Tim Redaksi tubasmedia.com mengemukakan, prospek cerah itu adalah kelanjutan kondisi tahun sebelumnya.

Dalam wawancara itu, Dirjen IUBTT yang didampingi stafnya, Budi Hartoyo, menyebutkan, berkembangnya industri-industri lain dan pertambangan akan lebih banyak membutuhkan pabrik dan atau smelter. Kebutuhan akan mesin-mesin itu akan dipenuhi oleh industri permesinan yang berbasis teknologi.

Apalagi, dikaitkan dengan program Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Kluster-kluster industri yang tergabung dalam MP3EI akan membutuhkan banyak mesin. Itu baru untuk memenuhi pasar di dalam negeri, belum keperluan ekspor.

Pada sektor otomotif, menurut Budi Darmadi, capaian kita selama ini amat menggembirakan, mengingat adanya program konektivitas. Keberhasilan program konektivitas tentu harus didukung oleh tersedianya produk otomotif. Dan belakangan ini, Indonesia sudah mengantungi bukti keberhasilan dalam meningkatkan produk kendaraan bermotor (mobil dan sepeda motor) serta industri perkapalan, baik itu alat angkutnya maupun galangan kapal. Pasar otomotif di dalam negeri masih terbuka lebar, sementara pasar di luar negeri terus bertambah.

Ia mengatakan, untuk pembuatan mobil 1.500 cc ke bawah bagi produsen kita tidak ada masalah lagi. Sumber daya manusia dan bahan baku tidak ada masalah. Kita sudah unggul pada level ini. Oleh karena itu, kita pun memantapkan posisi untuk memproduksi mobil murah, yang benar-benar buatan sendiri.

Budi Darmadi menekankan, yang lebih kita kejar selama ini adalah posisi sebagai pembuat otomotif atau produk berupa mobil dan sepeda motor buatan Indonesia dan bukan mobil bermerek Indonesia. Sebab dengan membuat sendiri mobil berarti berkembang pula industri komponen lainnya yang terkait dengan industri otomotif. Pembuatan otomotif itu menimbulkan efek ganda yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi. Salah satu di antaranya terbukanya banyak lapangan kerja. Itu antara lain yang kita capai dalam posisi sebagai pembuat otomotif, katanya.

Sebagai gambaran, Dirjen IUBTT mengatakan, industri komponen otomotif terus berkembang. Saat ini sudah sekitar 1.400 industri komponen yang berkembang. Kita butuhkan paling tidak 2.000 industri komponen, supaya lebih banyak lagi terbuka lapangan kerja.

Capaian lainnya, dari sekitar 30 merek sepeda motor yang beroperasi di Indonesia, sekitar 15 merek adalah buatan Indonesia. Sebagian dari produksi itu diekspor. Posisi sebagai produsen akan terus dikembangkan, tentu dengan prinsip lebih efisien.

Sesuai Kebutuhan

Mengenai posisi sebagai produsen kapal laut, Budi Darmadi mengatakan, Indonesia memantapkan posisi sebagai produsen kapal di bawah 50.000 dwt (deadweight tonnage). Kita fokus pada kapal sekitar 30.000 dwt, karena jenis itu memang yang sangat dibutuhkan di daerah-daerah. Pertimbangannya kembali pada segi keefektifan. Buat apa kita membangun kapal-kapal besar kalau ternyata proses produksi dan pemasarannya tidak efisien. Untuk jenis kapal di atas 50.000 dwt, lebih baik kita datangkan dari negara lain. Itu lebih menguntungkan.

Sebagai negara kepulauan, kita membutuhkan banyak armada kapal. Sebagian besar daerah itu membutuhkan kapal yang lebih kecil. Pilihan untuk memproduksi kapal yang lebih kecil juga berdasarkan pertimbangan ketersediaan galangan kapal, baik untuk perawatan kapal maupun pembuatannya. Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan di dalam negeri. Yang paling banyak diminta, kapal berbobot 20.000 dwt.

Yang menjadi kendala dalam pengembangan sektor otomotif, menurut Budi Darmadi, menyangkut bahan baku, baja. Produksi baja kita masih terbatas. Diharapkan, pada masa mendatang masalah baja ini akan dapat diselesaikan.

Mengenai perkembangan sektor industri elektronik, menurut Dirjen IUBTT, sejak sekitar lima tahun lalu kita memastikan langkah-langkah terus maju. “Terutama untuk produksi elektronik konsumen, pasar ekspor kita jauh lebih tinggi dari di dalam negeri. Sebagai contoh, perolehan dari ekspor elektronik komsumen ini mencapai sekitar Rp 70 triliun. Angka itu jauh lebih tinggi dari perolehan dari pasar di dalam negeri, sekitar, Rp 30 triliun . Kita pun yakin pasar ekspor ini akan terus meningkat,” katanya.

Yang juga berkembang, industri yang terkait dengan teknologi informasi, baik itu menyangkut base station, software maupun chips. Base station sudah buatan kita. Begitu juga dengan software-nya, tentu berdasarkan agreement dengan pemilik merek di luar negeri. Kemudian, chips sudah bisa dibuat di Indonesia. Targetnya, peralatan untuk komunikasi wireless ini semuanya dibuat di Indonesia. Tetapi, tetap berpedoman pada efektivitas. (sabar, ender, apul)

Exit mobile version