BANDUNG, (tubasmedia.com) – Direktur Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) Bandung, Tina Martina berniat mendirikan Pusat Tekstil Tradisional guna melestarikan tekstil-tekstil tradisional seperti kain tenun misalnya.
Hal itu diungkapkan Tina Martina kepada wartawan saat berkunjung ke kantornya di Bandung pekan silam. ‘’Tapi itu masih cita-cita loh, masih dalam rencana…,’’ lanjut Tina.
Kendati demikian, kata Tina, rencana mendirikan Pusat Tekstil Tradisional dimaksud sangat diharapkan segera terwujud agar industri pertenunan yang tersebar di hampir seluruh pelosok tanah air dapat dilestarikan.
Menurut catatan Tina Martina, semua suku di seantero negeri ini dari Sabang sampai Merauke pasti memiliki industri pertenunan yang sangat tradisional. Namun lanjutnya, kelangsungan hidup industri pertenunan itu diperkirakan sulit dipertahankan. Pasalnya, hampir semua tenaga penenunnya sudah memasuki usia lanjut sementara generasi penerusnya hampir bisa dipastikan, tidak ada lagi.
‘’Generasi penerus penenun, secara pelahan semakin sirna karena tersingkir oleh teknologi modern,’’ jelasnya.
Kenapa generasi penerus tenun semakin sirna, kata Tina karena mengerjakan tenun tidak segampang membuat tekstil biasa tapi dibutuhkan tenaga yang super teliti. Satu per satu benang harus ditangani sehingga untuk mengerjakan satu helai kain tenun, butuh waktu bisa tiga bulan sehingga tidak efisien dan tidak ekonomis.
Untuk mengantisipasi hal itu, kata Tina, melalui Pusat Tekstil Tradisional dimaksud akan dipadukan tenun tradisional dengan teknologi modern.
Tenun katanya tetap dipertahankan tapi akan dipadukan dengan teknologi modern sehingga untuk memproduksi helai demi helai kain tenun, tidak lagi seperti selama ini membutuhkan waktu berbulan-bulan.
‘’Nanti di Pusat Tekstil Tradisional itulah teknologi tenun tradisional kami kawinkan dengan teknologi modern sehingga generasi-generasi muda akan tertarik meneruskan industri tenun tradisional yang sudah dimodernisasi,’’ katanya. (sabar)