Industri Produk Kulit Terperangkan Dilema “Hidup Segan Mati Tak Mau”

Loading

20141111Pameran-Kulit-25

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Ketua Deputi Bahan Baku Kulit Asosiasi Industri Penyamak Kulit Indonesia (APKI), Agit Punto Yuwono, mengatakan, perkembangan industri produk kulit nasional saat ini terperangkap dilema “Hidup Segan Mati pun Tak Mau” menjadi stagnas.

Masalahnya, sumber muasal industri produk kulit berada pada posisi stagnas karena kebijakan pemerintah membatasi impor bahan baku kulit hanya diijinkan dari 60 negara.
Akibatnya, capaian kapasitas produksi per tahun hanya 20 persen dari total permintaan rata-rata 300 juta square feet per-tahun.

Menurut Agit, produsen produk kulit nasional selama ini tidak bisa menjadi tuan di negeri sendiri karena terkekang oleh kebijakan pembatasan impor oleh pemerintah.

APKI menuding kebjakan pemerintah membatasi impor bahan baku kulit hanya dari 60 negara yang menjadi penyebabnya. “Sudah 10 tahun kami hidup segan mati tak mau,” kata Agit dihadapan pers baru-baru ini di Jakarta.

Menurut Agit, produk kulit merupakan barang mewah yang tingkat permintaannya cukup tinggi di Indonesia. Saat ini ada sekitar 100 perusahaan penyamak kulit dengan kapasitas produksi total berkisar 250 square feet hingga 300 square feet per-tahun.

Namun karena pasokan bahan bakunya terbatas, hanya bisa diimpor dari 60 negara maka hanya bisa mengolah 20 persen dari kapasitas yang ada. (marto tobing)

CATEGORIES
TAGS