Industri TPT Indonesia Naik Kelas di Pasar Dunia

Loading

Laporan: Redaksi

Direktur Industri Tekstil dan Aneka, Ditjen Basis Industri Manufaktur, Kemenperin Ramon Bangun

Direktur Industri Tekstil dan Aneka, Ditjen Basis Industri Manufaktur, Kemenperin Ramon Bangun

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Industri tesktil dan produk tekstil (TPT) nasional dipastikan akan naik kelas di pasar dunia menyusul telah dijalinnya kerjasama antara Indonesia dengan Itema, supplier mesin tekstil terbaik di dunia dari Italia.

Hal itu dikatakan Direktur Industri Tekstil dan Aneka, Ditjen Basis Industri Manufaktur, Kemenperin Ramon Bangun kepada TubasMedia.Com di ruang kerjanya, pekan silam. Penandatangan naskah kerjasama (MoU) dengan Itema, kata Ramon dalam proses finasilasi.

Ramon yakin kerjasama RI dengan Itema Italia itu akan berdampak positif terhadap pertumbuhan industri TPT secara nasional. Bahkan di pasar dunia, TPT nasional akan naik kelas, malah diperkirakan dapat mengalahkan rivalnya.

Saat ini segmen pasar TPT Indonesia di pasar internasional melayani kebutuhan konsumen kelas menengah ke atas dan bersaing dengan Cina dan Vietnam. ‘’Dengan kedua negara itulah Indonesia saling berebutan di pasar dunia, khususnya di pasar Amerika Serikat,’’ katanya.

Menjawab pertanyaan, Ramon menyebut tidak khawatir menghadapi rival Cina dan Vietnam di pasar dunia. Pasalnya, mutu produk TPT nasional tidak kalah dibanding mereka, malah produk Indonesia diklaim lebih teruji.

Keunggulan Cina dan Vietnam selama ini kata Ramon hanya di bidang tenaga kerja yang harganya lebih murah dibading tenaga kerja Indonesia yang akhirnya bisa menekan biaya produksi. Namun kini, buruh di kedua Negara saingan itu harghanya sudah merambat mahal.

Namun untuk semakin memperkuat posisi tawar di pasar dunia, TPT nasional perlu terus diperbaiki kinerjanya dan untuk itulah dijalin kerjasama dengan Itema Italia dan kemudian mesin-mesin Itema akan kita operasikan di industri-industri TPT di dalam negeri..

Dalam kerjasama tersebut, Itema akan membuka pelatihan di Indonesia untuk melatih para operator pabrik tekstil di Indonesia. Melatih operator industri tekstil di dalam negeri kata Ramon masih sangat perlu dan jika pelatihan itu diselenggarakan secara rutin dan maksimal di Indonesia, kebutuhan tenaga kerja di bidang tersebut yang selama ini menjadi salah satu kendala pertumbuhan industri TPT, akan dapat teratasi.

‘’Jika itu berlangsung maksimal, tenaga kerja kita tidak perlu lagi harus impor dari India, tapi sudah bisa kita sediakan sendiri dari dalam negeri,’’ tegas Ramon.

Masih Lemah

Di bagian lain keterangannya, Ramon mengakui kalau industri TPT nasional masih tergolong lemah, khususnya di bidang industri pemintalan benang untuk membuat kain. ‘’Kita akui masih lemah di sektor ini dan inilah titik kelemahan kita,’’ katanya menambahkan kelemahan tersebtu akan segera teratasi menyusul kerjasama Indonesia dengan Itema. ‘’Mesin pemintalan Itema adalah mesin terbaik saat ini di dunia,’’ lanjutnya.

Sebagaimana diketahui, industri TPT salah satu komoditi andalan industri manufaktur dan menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dikarenakan kontribusi industri TPT cukup signifikan dalam perolehan devisa ekspor, penyerapan tenaga kerja dan peranannya yang strategis dalam proses industrialisasi.

Sektor industri TPT hingga kini bisa menyumbang 7 persen dari total ekspor nonmigas sementara dari sisi penyerapan tenagak kerja, TPT nasional cukup besar. Setiap tahun sektor industri TPT bisa menyerap paling sedikit 100.000 tenaga kerja. Ini artinya, industri TPT nasional ikut serta mendongkrak tingkat kemampuan daya beli masyarakat sebab uang beredar dengan perekrutan 100.000 tenaga kerja, mencapai Rp 1,2 trilun setiap tahun.

‘’Maka itu, sektor ini cukup menjanjikan dan tidak salah kalau pemerintah menjadikannya sebagai industri unggulan yang bisa menghela perekonomian nasional,’’ lanjut Ramon.

Prospek pertumbuhan Industri TPT katanya akan semakin baik dikarenakan permintaan pasar di dalam negeri yang meningkat serta tingginya konsumsi dunia. Peluang Indonesia untuk memanfaatkan pasar dunia akan semakin besar dengan adanya pembatasan masuknya TPT.

Kondisi ini juga didukung dengan mahalnya biaya tenaga kerja di Pantai Timur China yang merupakan basis industri TPT Tiongkok, sehingga Industri TPT Tiongkok akan mengalihkan industrinya ke negara lain seperti Bangladesh, Vietnam, termasuk ke Indonesia.

“Indonesia bersaing ketat dengan negara-negara tersebut untuk menarik investasi. Biaya tenaga kerja di Indonesia relatif lebih tinggi dari kedua negara tersebut walau di Cina juga biaya buruh sudah mengalami kenaikan. Maka itu Indonesia harus mempunyai keunggulan,’’ katanya. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS