Industri TPT Nasional Jadi Jaring Pengaman Sosial

Loading

MELIHAT PROSES – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melihat proses mesin auto-cutting PT Daese Garmin didampingi Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Gati Wibawaningsih (kanan), General Manager PT Daese Garmin Budi Prayogo dan Dewan Penasihat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Benny Soetrisno di Bandung, 7 April 2017.-tubasmedia.com/ist

BANDUNG, (tubasmedia.com) – Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional.

Industri yang termasuk dalam sektor padat karya berorientasi ekspor ini tengah diprioritaskan pengembangannya agar semakin berkinerja positif dan berdaya saing global.

“Industri TPT dapat menjadi jaring pengaman sosial karena banyak menyerap tenaga kerja, hingga saat ini mencapai tiga juta orang,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika meninjau pabrik produsen jas terbesar di Asean, PT Daese Garmin di Bandung, Jawa Barat, Jumat (7/4).

Kemenperin mencatat, pada tahun 2016, nilai investasi industri TPT mencapai Rp7,54 triliun dengan perolehan devisa yang signifikan dari nilai ekspor sebesar USD11,87 miliar dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 17,03 persen dari total tenaga kerja industri manufaktur.

Menurut Airlangga, pihaknya telah melakukan pemetaan atas paket kebijakan ekonomi yang dinilai masih belum terealisasi guna mendongkrak pertumbuhan industri manufaktur nasional, termasuk industri TPT.

“Hal ini kami lakukan karena dalam tataran operasional masih terdapat satu komoditi yang diatur oleh berbagai institusi lain. Untuk itu perlu koordinasi sehingga tujuan paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan pemerintah benar-benar bermakna bagi dunia usaha,” ungkapnya.

Apalagi, saat ini Kemenperin tengah menggodok regulasi khusus untuk industri padat karya berorientasi ekspor, di mana akan mengatur tentang pemberian insentif fiskal berupa investment allowance.

“Jadi, pelaku usaha akan mendapatkan diskon PPh yang harus dialokasikan untuk ekspansi usaha,” jelasnya.

Kemenperin juga sedang memacu kualitas produk industri TPT nasional agar mampu bersaing dengan kompetitor dari Bangladesh dan Vietnam. Indonesia memiliki potensi untuk unggul karena sektor ini telah terintegrasi dari hulu sampai hilir.

“Terkait perluasan pasar ekspor, kami juga mendorong untuk membangun perjanjian yang komprehensif dengan Eropa dan bilateral dengan Amerika Serikat agar bisa mendapat keringanan tarif yang lebih baik. Termasuk juga dengan industri kecil, kami akan fasilitasi untuk meningkatkan ekspor,” paparnya.

Airlangga menyampaikan, fenomena yang sedang terjadi saat ini adalah ada beberapa industri TPT yang memindahkan lokasi pabriknya dari Jawa Barat ke daerah lainnya terutama prioritas ke Jawa Tengah. Ia menilai ini bukan tolak ukur bahwa provinsi dengan ibukota Bandung ini sudah kurang menarik sebagai basis industri TPT.

“Namun, perlu dinilai bahwa kepindahan tersebut karena faktor ekspansi dan mendekati kepada potensi dengan tujuan pemerataan investasi,” tegasnya. Airlangga berharap, para pelaku industri di Jawa Barat tetap serius mengembangkan usahanya karena daerah ini masih lebih unggul dalam hal menghadapi berbagai tantangan karena telah lebih dahulu keberadaan industrinya. (ril/sabar)

 

CATEGORIES
TAGS