Infrastruktur Indonesia Memprihatinkan, Kalah dengan Thailand

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

PEMAPARAN - Dirjen Pengembangan dan Perwilayahan Industri (PPI) Kementerian Perindustrian Imam Haryono (berdiri) saat memaparkan makalahnya disaksikan Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri (BP KIMI) Arianto Sagala dan M Ridwan selaku moderator pada Workshop Pendalaman Industri untuk Wartawan di Kuta, Bali, Jumat.-tubasmedia.com/sabar hutasoit

KUTA, BALI, (tubasmedia.com) – Dewasa ini Indonesia kurang diminati investor asing dan lebih memilih Thailand mengingat infrastruktur di negara gajah itu lebih unggul dibanding Indonesia. Dan jika Indonesia membiarkan kondisi ini dan tidak segera memperbaiki infrastrukturnya, daya saing Indonesia dalam menarik investor akan semakin anjlok.

Demikian benang merah yang mengemuka dalam diskusi dengan Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri (BP KIMI) Arianto Sagala dan Dirjen Pengembangan dan Perwilayahan Industri (PPI) Kementerian Perindustrian Imam Haryono pada Workshop Pendalaman Industri untuk Wartawan di Kuta, Bali, Jumat.

Arianto mengatakan bahwa sebenarnya keadaan Indonesia, khususnya penyediaan infrastruktur amat memprihatinkan. ‘’Bayangkan’’, katanya, Thailand yang memulai pembangunan infrastrukturnya tahun 2010 saja, sudah jauh lebih unggul dari Indonesia.

Pesatnya pembangunan infrastruktur di Thailand digambarkan Arianto melalui pengalamannya dimana tahun 1999 ketika dia berkunjung ke Thailand, lamanya perjalanan dari bandara ke hotel butuh waktu tiga jam. Tapi sekarang, lanjutnya paling lama setengah jam karena sarananya sudah dibenahi.

Tapi di Indonesia menurutnya, sarana transportase, baik kondisi jalan maupun angkutan, masih menjengkelkan, tidak hanya bagi investor, bagi orang Indonesia sekalipun, sarana tersebut masih jauh dari memadai dan ini pula-lah yang membuat daya saing Indonesia semakin melemah dibanding negara pesaing lainnya.

Menjawab pertanyaan kenapa hal itu bisa terjadi, Arianto mengatakan disebabkan ketidakkonsistenan kebijakan. Indonesia disebut tidak konsisten dalam menerapkan kebijakan.

Selain itu lanjutnya, pengalokasian anggaran pembangunan juga tidak merata karena lebih banyak dikucurkan di Pulau Jawa.

Untuk itu dia menyatakan, ke depan, dalam kaitan menjaring investor asing masuk ke Indonesia, pembangunan infrastruktur tidak bisa lagi ditelantarkan, akan tetapi harus dinomorsatukan. Anggaran pembangunan untuk memperbaiki infrastruktur juga harus diprioritaskan.

‘’Kita tidak salah kalau belajar dari Thailand yang tidak ada henti-hentinya menggenjot pembangunan infrastuktur,’’ tegasnya.

Sementara itu, Imam Haryono mengatakan politik anggaran sebaiknya mengarah kepada pembenahan infrastuktur. Andaikan sepertiga APBN dialokasikan untuk infrastruktur seperti jalan, listrik, telepon, air, gas dan sarana transportasi, kondisi infrastruktur kita sudah dapat diandalkan dan pasti lebih unggul dibanding negara lain.

‘’Bicara soal infrastruktur, harus ada keberpihakan sebab tanpa keberpihakan, jangan diharap ada percepatan pembangunan infrastruktur,’’ tegas Imam. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS