Inovasi Perajin Gula Semut

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

PURWOREJO, (Tubas) – Desa Krendetan, Kecamatan Bagelan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, satu-satunya pembuat gula semut di kawasan itu. Mengapa dinamakan gula semut? Karena bentuknya butiran-butiran kecil (kristal) seperti semut.

Musringah adalah salah satu perajin gula semut yang kreatif dan inovatif. Pada umumnya desa itu kaya akan perajin gula kelapa. Gula semut sebagai pemanis, bisa dibawa ke mana-mana saat bersantai atau rekreasi keluarga. Karena butirannya kecil seperti gula pasir, lebih mudah larut dalam air.

Pembuatannya secara alami dan benar-benar bersih tanpa bahan pengawet, pewarna dan tanpa formalin, sehingga terjamin kebersihan dan kesehatannya. Dengan inovasi itu ternyata bisa menambah nilai jual, Rp 11.000 per kg. Sedang yang rasa jahe, temulawak, dan kencur sampai Rp 22.000 per kg. Gula semut bisa bertahan hingga 5-12 bulan, jika disimpan di tempat yang kering.

Pembuatan gula semut lebih rumit dibanding gula kelapa. Di samping lebih banyak, kebersihan bahan harus terjamin, dan yang lebih menentukan kualitas bahan bakunya. Mangkok harus benar-benar bersih, dibilas dengan air mendidih. Waktu pemanasan lebih lama di samping membutuhkan tenaga yang lebih lama. Dengan lamanya pemanasan maka persentase susut semakin besar.

Bahan yang digunakan harus benar-benar berkualitas. Apabila bahan berkualitas rendah atau jelek maka hasilnya juga tidak akan bisa mengkristal, tetapi tetap lengket. Pembuatan gula semut lebih lama daripada pembuatan gula kelapa. Bila akan dibuat bervariasi maka cairan rasa dituangkan bersamaan dengan bahan gula semut dimasak. Dari proses pembuatan nantinya akan diketahui bisa atau tidaknya menjadi gula semut. (ahmad)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS