Jokowi – Foke Bersaing Ketat

Loading

Oleh: Anthon P.Sinaga

Ilustrasi

PERSAINGAN pasangan Joko Widodo (Jokowi) –Basuki Tjahaja Purnama (Basuki) dengan pasangan Fauzi Bowo (Foke) – Nahrowi Ramli (Nara) merebut kursi nomor satu di DKI Jakarta, pada putaran kedua 20 September nanti, semakin ketat. Berbagai cara, khususnya oleh kubu Foke, dilakukan untuk merebut simpati calon pemilih. Bahkan, Haji Rhoma Irama sempat diadili di Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu), karena dianggap melanggar aturan menyebarkan isu suku, agama, ras dan antargolonbgan (SARA) terhadap salah satu calon untuk memenangkan calon lain.

Kemenangan Jokowi-Basuki pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) putaran pertama 11 Juli yang lalu, tampaknya sudah menunjukkan bahwa warga DKI Jakarta menginginkan adanya perubahan kepemimpinan di Ibukota ini. Warga kota sudah muak dengan janji-janji dan berbagai masalah tampaknya tidak bisa lagi diserahkan kepada orang-orang yang hanya disebut sebagai ahlinya. Jakarta ingin pemimpin baru yang tegas, berani dan benar-benar terjun mendalami masalah ke lapangan. Foke-Nara, dimana salah satu sebagai pemimpin petahana (incumbent), ternyata dikalahkan.

Fauzi Bowo dalam pertemuan dengan pendukungnya pada acara halalbilhalal di GOR Bulungan, Jakarta Selatan, 2 September lalu mengatakan, selama 5 tahun, ada beberapa hal yang menjadi prioritasnya, antara lain pendidikan dan pemberantasan korupsi. “Pendidikan wajib 12 tahun dengan kualitas tinggi adalah hasilnya,”kata Fauzi waktu itu. Memang, sebelumnya pun, ia yang masih menjabat Gubernur melalui anak buahnya, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta sudah gencar membagi-bagikan kartu wajar (wajib belajar) 12 tahun kepada sekolah-sekolah di DKI. Kunjungan-kunjungan ke mesjid dan pemberian santuan dari APBD DKI untuk berbagi lembaga lain pun, gencar dilakukan sendiri, menjelang Pilkada putaran kedua 20 September nanti.

Sementara itu, Jokowi yang juga dalam waktu hampir bersamaan mengadakan silaturahmi dalam rangka halalbihalal Idulfitri dengan para sukarelawannya di Jakarta, meminta seluruh pendukungnya agar tidak takut dan terus bergerak. “Memang, kita digenjet kanan-kiri, dipepet atas-bawah, baik dengan isu SARA, maupun kampanye negatif lain. Akan tetapi, yang saya rasakan, masyarakat DKI sudah tidak mempan dengan itu,”ucap Jokowi. Dia juga memastikan, duet Jokowi-Basuki berkomitmen membenahi Jakarta dalam lima tahun mendatang.

Kampanye 14-16 September

Masa kampanye untuk putaran kedua Pilkada DKI yang ditetapkan KPU DKI hanyalah tanggal 14-16 September ini. Hal ini harus dipatuhi. Namun, singkatnya masa kampanye ini, diakui oleh Ketua Panwaslu DKI Ramdansyah, membuat para kandidat mencuri-curi kesempatan “berkampanya terselubung” Sebagai kandidat, kata Ramdansyah, keduanya pasti ingin menang. Mereka ingin menyebarkan visi, misi dan program mereka kepada pemilih, agar menjadi acuan menentukan pilihannya.”Namun, dengan waktu yang singkat, bagaimana bisa menyampaikan visi, misi dan programnya kepada pemilih. Idealnya, kampanye bisa dimulai setelah kandidat diumumkan maju ke putaran kedua,” katanya. Sekalipun demikian, bukan berarti pengedaran sapanduk dan cara-cara kampanye terselubung, dibiarkan.

Melihat kenyataan, kandidat petahana, Fauzi Bowo, yang masih terus menjabat dan melaksanakan tugas-tugasnya sebagai gubernur selama ini, bisa diartikan punya kelebihan waktu melakukan “kampanye terselubung”. Semua program APBD DKI yang pro-rakyat, digencarkan oleh semua jajarannya sekarang ini untuk menarik simpati.

Seolah-olah dari kantong sendiri. Sedangkan kandidat lainnya, Joko Widodo, praktis diam, hanya tunggu waktu, karena dia sibuk memimpin rakyatnya di Solo. Maka tidak adil juga, bila simpatisan Jokowi dari Assosasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) mendapat teguran dari Panwaslu DKI maupun Komisi Penyiaran Indonesai (KPI) atas tayangan iklan yang mendukung Joko Widodo sebagai Gubernur DKI Jakarta di empat televisi swasta di Jakarta, 27 Agustus yang lalu.

Ketua Harian APPSI, Soepriyatno mengatakan, sebagai organisasi pedagang pasar-pasar tradisional yang independen, APPSI memiliki keinginan untuk mencari pemimpin yang sesuai dengan ideologi dan visi-misinya. “Kami mengenal Jokowi sejak beberapa tahun lalu. Dia telah menjadi ikon APPSI. Kami beberapa kali memberi contoh Jokowi sebagai pemimpin yang mendukung kemajuan pasar tradisional ke daerah-daerah.

Dukungan ini kami lakukan jauh sebelum Pilkada Jakarta,” kata Soepriyatno memberi alasan. Sehingga, dianggap tidak salah untuk mengungkapkan isi hati nurani mereka. Kita tunggu sajalah hasil nyata pada hari libur lokal 20 September nanti. ***

CATEGORIES
TAGS
NEWER POST
OLDER POST

COMMENTS