Kapitalisme Membuat Dunia Limbung

Loading

IMG_7716

Oleh: Fauzi Aziz

KINI hampir semua negara di dunia, khususnya di bidang ekonomi tidak ada yang merasa dirinya sehat. Penyakit yang paling umum ditakuti adalah ancaman krisis dan kebangkrutan. Inilah gejala yang dapat ditangkap dari fenomena ekonomi yang berlangsung hingga kini. Ibarat penyakit pada tubuh manusia, semua yang kini menjadi ancaman krisis dan kebangkrutan adalah karena terjadinya pelanggaran atas azas kepatutan, azas disiplin dan norma-norma yang dibangun sendiri.

Pelanggaran demi pelanggaran terjadi karena ternyata sistem kapitalisme terlalu percaya diri dan terlalu sombong mengurus kepentingannya sendiri. Tidak mau tunduk dan patuh pada norma-norma kepatutan karena dinilai menghambat kerja mereka dalam melakukan kapitalisasi aset yang dimiliki para kapitalis di negara manapun di dunia.

Krisis dan kebangkrutan negara seakan bukan menjadi urusan para pemodal/para kapitalis. Dunia menjadi limbung karena ulahnya. Dunia maju dan dunia yang sedang tumbuh perekonomiannya mendapat ancaman yang sama, yakni krisis dan kebangkrutan. Negara dibuat repot oleh perilaku para kapitalis yang kini sudah menjadi aktor casino capitalism di pasar uang dan pasar modal di seluruh dunia.

Negara bekerja hanya sibuk mengurus kepentingan mereka karena pemerintahnya sudah terbius bahwa para kapitalislah yang menggerakkan ekonomi. Tapi negara/pemerintah lupa bahwa mereka pulalah yang menguras cadangan devisa dan mereka pulalah yang membuat utang negara membengkak.

Mitigasi resiko dikembangkan dimana-mana untuk menjaga agar ekonomi tidak bangkrut. Dalam kasus di Indonesia, kini pemerintah sibuk mengegolkan RUU Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) agar para kapitalis mau melakukan repatriasi aset likuid yang mereka simpan di negara yang paling bisa melindungi asetnya.

Sengsara dialami oleh masyarakat miskin dan termarginalkan dan nikmat hanya menjadi propertinya para kapitalis di negara manapun, termasuk di negeri ini. Fasilitas negara seperti keringanan/pembebasan pajak, mereka yang menikmati. Fasilitas kredit korporasi mereka yang memanfaatkan. Lahan, mereka pula yang menguasai, baik di kota maupun di desa.

Hutan lindung, hutan konservasi diubah menjadi hutan beton, sehingga perubahan iklim dan
pemanasan global menjadi ancaman nyata bagi kehidupan seluruh mahluk. Konflik sosial dan rusaknya kohesi sosial terjadi dan berlangsung sepanjang waktu karena kesenjangan antara si kaya dan si miskin jurangnya makin lebar.

Kasus reklamasi di Teluk Jakarta adalah contoh paling nyata betapa para kapitalis dengan nalarnya sendiri telah menjadi raja yang mengusai 17 pulau di Teluk Jakarta, tanpa memikirkan rusaknya lingkungan sosial dan lingkungan hidup. Kapitalisme selalu berkolaborasi dengan penguasa atau para birokrat.

Karena itu, lahirlah sistem kapitalisme-bi rokrat yang bekerjasama secara sistemik menciptakan nilai tambah bagi kepentingan para kapitalis dan para penguasa negeri ini. KKN adalah mainan utamannya. Sebab itu, tidak aneh mereka ramai-ramai mau mengubah UU KPK dan berbagai peraturan perundangan lainnya.

Deregulasi dan fasilitas adalah alat utama bagi bekerjanya sistem kapitalisme. Para kapitalis telah merasa paling berjasa mengubah wajah ekonomi sehingga mereka memantaskan dirinya sebagai pihak yang paling pantas diberikan fasilitas dan kemudahan oleh negara. Lingkungan sosial dan lingkungan hidup bukan urusan para kapitalis karena mereka telah membayar pajak, kendati mereka pulalah yang memanipulasi pajak.

Ulah para kapitalis telah membuat negara maju dan negara berkembang terjebak oleh beban hutang besar. Bahkan seperti yang dihadapi Uni eropa, hutang negara anggotanya sudah melanggar azas kepatutan, yakni melampaui angka 60% dari PDB masing-masing negara. Hutang Indonesia memang masih dapat dikendalikan dan posisinya kini berada pada kisaran sekitar 30% dari PDB.

Ratio defisit anggaran negara Uni Eropa juga melanggar azas kepatutan, yakni di atas angka 3% dari PDB masing-masing negara. Indonesia defisit anggarannya berada pada kisaran 2,3% dari PDB. Uni Eropa menghadapi ancaman kebangkrutan. Begitu pula AS menghadapi situasi yang sama ketika krisis hutang mengancam mereka tahun 2008.

Kapitalisme memang telah banyak memberikan kemajuan ekonomi di negara maju dan di negara-nega ra emerging economy. Tapi kapitalisme pulalah yang membuat dunia menjadi limbung dan tidak berdaya sehingga pertumbuhan ekonominya semua mengalami perlambatan yang cenderung bersifat laten.

Kemiskinan kini sudah menjadi perhatian dan permasalahan global. Konsensus Washington yang mendorong negara melakukan liberalisasi ekonomi dan perdagangan bebas telah kehilangan wibawa. Kepercayaan atas bekerjanya sistem kapitalisme dan liberalisme kian terpecah belah karena mudratnya lebih besar dari manfaatnya. Kapitalisme dan liberalisme telah banyak melahirkan konflik dan kerusakan lingkungan.

Kegagalan dalam menciptakan stabilitas di bidang lingkungan hidup akan mengakibatkan bencana besar di masa mendatang. Tanpa mengurangi kerusakan lingkungan, konservasi penggunaan energi dan sumber daya alam lainnya, serta menghambat pemanasan glo bal, bencana akan mengintai kita.

Sebagai warga negara yang baik, penulis mengingatkan kepada pemerintah agar jangan lupa diri bahwa ketika kebijakan ekonomi dan deregulasi dibuat supaya mengakomodasi pertimbangan lingkungan sosial dan lingkungan hidup. Ini penting agar negara dapat terbebas dari kutukan sumber daya alam yang kini telah banyak menimbulkan kerusakan lingkungan sosial maupun lingkungan hidup.

Yang pasti, sistem kapitalisme telah merusak nilai-nilai kemartabatan dan nilai keadaban.
“Pana ma Papers” adalah contoh perilaku mereka paling tidak terpu ji. Inilah fakta yang kita lihat dan semua menjadi susah dibuatnya. Negara dibuat limbung. Rakyat miskin dibuat semakin tidak berdaya. Fungsi sosial hak milik atas tanah telah berubah dan mengarah kepada fungsinya yang baru sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi. (penulis adalah, pemerhati masalah ekonomi dan industri).

CATEGORIES
TAGS