Kata dan Perbuatan Adalah Permohonan

Loading

Disarikan dari tulisan : N. Arief
di Majalah Dwija Wara

ilustrasi

ilustrasi

SEBENARNYA semua kata-kata atau ucapan yang keluar dari mulut dan perbuatan yang kita lakukan adalah suatu permohonan kita sendiri atau merupakan suatu cetusan kehendak jiwa atau “bahasa jiwa”, baik disengaja maupun tidak. Disengaja atau tidak keduanya akan berakibat pula kepada diri sendiri baik langsung atau tidak langsung.

Seperti halnya apabila kita dalam keadaan susah, kita tidak menunjukkan sikap sedang susah; ini berarti bahwa kita ingin gembira (“bahasa jiwanya” ingin tidak susah), demikian juga bilamana kita belajar, maka dalam “bahasa jiwanya” kita ingin pandai (tidak bodoh).

Oleh karena itu, apa yang kita ucapkan; yaitu kata-kata yang kita keluarkan, hendaknya dapat menjadi sebagai dasar pembentukan watak atau budi pekerti dalam hidup sehari-hari. Jika kita menginginkan memiliki budi pekerti yang luhur, maka ucapan dan perbuatan kita juga harus dilatih yang sesuai dengan pembentukan budi pekerti luhur itu, dengan menyadari bahwa diri kita kecil dan tidak berarti dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan.

Dengan pengertian ini, maka sikap kita kepada Tuhan Yang Mahakuasa tidak ada cara lain kecuali hanya menyerah kepadanya. Jika kita mau bersikap menyerah, karena telah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa sungguh-sungguh dengan sepenuh hatinya, mudah bagi kita menyerahkan jiwa dan raga kita dalam tuntunan dan lindungan-Nya.

Ketika kita sudah menyerah dan sadar berada dalam kekuasaan Tuhan, maka kita tidak lagi mempunyai gambaran atau khayalan yang aneh-aneh, kecuali hanya menyerah kepada kebijaksanaan Tuhan atas keadaan hidup yang kita terima, dengan mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan kepada kita. Dengan demikian kita tidak akan membayangkan hal-hal yang belum terjadi, dan tidak mau mempercakapkan sesuatu yang bukan wewenang kita sebagai umat. Kepercayaan dan sikap menyerah inilah dasar seseorang memiliki “bahasa jiwa” yang baik.

Dalam perjalanan kehidupan seseorang tidaklah selalu mulus. Terkadang muncul halangan, cobaan secara tiba-tiba. Misalnya tiba-tiba terkena penyakit yang cukup berat. Bagi orang yang telah menyerah di bawah kekuasaan Tuhan, hal itu tidak menjadikan dirinya susah atau sedih. Walaupun badannya sakit, tetapi ia tetap bersemangat melaksanakan kehidupannya dengan taat berobat sebagaimana mestinya, karena ia sadar bahwa hal itu adalah keadilan Tuhan. Walaupun badannya menderita namun perasaannya selalu positif, selalu gembira.

Tidak pernah menunjukkan sikap negatif. Hal ini menunjukkan bahwa ia memiliki “bahasa jiwa” yang baik; yaitu memohon agar segera sembuh dari penyakitnya. Sehingga ia pun akan dapat segera sembuh, dan sehat kembali.

Lawan dari orang yang memiliki “bahasa jiwa” yang baik, ialah orang yang terlalu mencintai dirinya sendiri, atau badannya sendiri. Badannya sakit sedikit saja ia telah mengeluh, merintih-rintih minta dikasihani. Ia tidak mengerti, bahwa dengan bersikap demikian “bahasa jiwanya,” ia ingin sakit yang lebih berat dari yang dideritanya sekarang.

Akibatnya ia tidak akan memiliki daya kekuatan, sebab seolah-olah setiap hari hanya merasakan penderitaan saja; mengeluh, merasa sebagai manusia yang paling sengsara dan selanjutnya, seolah-olah malas berusaha untuk sembuh (selalu melanggar nasehat dokter dsb.)

Kita haruslah teliti terhadap “bahasa jiwa,” sebab seperti telah diuraikan di atas, baik disengaja maupun tidak, keduanya akan berakibat pula kepada diri sendiri.

Dalam membangun budi pekerti yang baik sedapat mungkin kita selalu berusaha menciptakan suasana gembira dan berpikir positif. Ini berarti kita menyelaraskan cara hidup kita, cara berpikir kita, cara berbicara kita dan sebagainya untuk menjadi orang yang berbudi pekerti luhur. Jangan kita mendahului kehendak Tuhan, sebab akibatnya akan menimpa kepada diri kita sendiri.

Hal yang baik-baik pada diri kita akan mudah terwujud dari “bahasa jiwa” yang baik bilamana kita sungguh percaya kepada Allah saja dengan sepenuh hati dan sebagai pelaksanaanya kita selalu mendekat dan menyerah kepada-Nya. Semoga. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS