Kedelai Impor Naik, Perajin Tempe Bertahan

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

ilustrasi

PURBALINGGA, (TubasMedia.Com) – Harga kedelai impor, bahan baku tempe, kembali naik. Namun, para perajin di Desa Gandasuli, Kecamatan Bobotsari, Purbalingga, masih bertahan. Saat ini harga kedelai impor mencapai Rp 7.500 per kilogram.

Erwin (34), salah seorang perajin tempe mengaku, dia hanya mampu membeli kedelai impor kualitas 2 (KW 2) karena untuk KW 1 harganya mencapai Rp 8.000 per kilogram. “Yang penting sudah nutup biaya produksi dan membeli bahan baku,” kata Erwin saat dikunjungi Wakil Bupati Purbalingga Sukento Ridho Marhaendrianto, belum lama ini.

Dalam sehari, seorang perajin seperti Erwin, membutuhkan 100 kilogram kedelai. Jika ditambah kebutuhan untuk membeli bahan lainnya, biaya yang dikeluarkan mencapai lebih dari Rp 800.000, belum termasuk upah tenaga kerja. Dari 100 kilogram kedelai bisa dijual tempe secara eceren Rp 1.250.000.

“Jika dikalkulasi, masih mendapatkan untung, meski tidak besar, karena belum memperhitungkan ongkos tenaga kerja,” kata Erwin.

Ekonomi Kerakyatan

Sementara itu, Wabup Sukento mengatakan, pemberdayaan ekonomi kerakyatan seperti halnya perajin tempe, perlu terus digalakkan. Kendala yang dihadapi perajin, seperti, permodalan atau pembinaan lainnya perlu terus diupayakan. “Namun, soal harga bahan baku kedelai, masih bergantung pada kebijakan pemerintah pusat yang mengimpor kedelai dan harga pasaran,” katanya.

Menurut Sukento, model ekonomi kerakyatan ini jika tersebar di desa-desa akan mampu mengurangi angka pengangguran. Warga desa juga tidak harus pergi ke kota untuk mencari nafkah keluarganya. ”Kami berupaya akan terus mendorong usaha mikro kecil menengah agar tetap mampu bertahan, meski dalam kondisi krisis sekalipun,” ujarnya. (joko suharyanto)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS