Kelesuan Pasar Memukul Industri Mebel Nasional

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

BOGOR, (TubasMedia.Com) – Kelesuan pasar global dan dan domistik membuat industri mebel kayu atau furniture dan kerajian Jepara tidak bergairah. Pertumbuhan keuntungan dari Industri ini tidak pernah lebih dari dua persen. Sdang Cina dapat melesat hingga 16 persen dan Vietnam sebesar 30 persen.

Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO) Jepara, Akhmad Fauzi mengatakan harga hasil olahan kayu di Jepara masih belum layak. Kondisi itu berdampak pada keuntungan minimum petani kayu yang mendapatkan margin keuntungan paling kecil.

Pasalnya, hasil olahan kayu dari Jepara masih dihargai murah. Sementara, ketika keluar dari daerah Jepara harganya melambung berkali-kali lipat. Sementara petani kayu tidak memperoleh keuntungan dari kelipatan itu.”Setidaknya, harus ada win-win solution dari semua pihak yang terkait, mulai dari produksi hasil hutan hingga produksi hasil pohon semua diuntungkan,” kata Akhmad.

Dia mengharapkan perlu ada peraturan pemerintah pusat dalam penataan harga kayu. Alasanya, menaikan harga jual sulit. Yang diuntungkan konsumen dan petani kayu keuntunganya kecil. Jika keadaan terus seperti ini maka akan banyak petani kayu yang hijrah ke usaha lain dalam mengelola lahan yang dimilikinya. Artinya, ketersediaan bahan baku kayu akan menurun dan melemahkan posisi bisnis furniture baik domestik maupun global.

Industri furniture maupun mebel kayu berperan sekitar 26 persen terhadap ekonomi Kabupaten Jepara, yaitu sekitar Rp 1,2 triliun per tahun dengan lebih dari 120 ribu pekerja yang terlibat dalam mata rantai nilai industri mebel. Di tingkat nasional, nilai ekspor industri ini menyumbangkan lebih dari Rp 12 Triliun. Kelesuan pasar, bahkan pernah menyumbangkan penurunan keuntungan dari 200 juta dlar AS menjadi 112 juta dolar AS. (sis)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS