Kemenperin Tambah Anggaran Implementasi Industri 4.0, Komisi VI DPR Setuju

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Komisi VI DPR RI menyetujui usulan tambahan anggaran Kementerian Perindustrian sebesar Rp2,57 triliun untuk menindaklanjuti agenda nasional yang tertuang di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0.

Program strategis yang akan dilakukan Kemenperin, antara lain pengembangan terhadap lima sektor industri manufaktur yang menjadi pionir dalam penerapan revolusi industri keempat di Tanah Air.

“Lima sektor tersebut adalah industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronika serta kimia. Selain itu, kami akan berupaya meningkatkan kualitas dan saya saing sumber daya manusia (SDM) industri melalui program pendidikan vokasi,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Rabu (11/7).

Komisi VI DPR RI menyetujui usulan tambahan anggaran Kemenperin itu sebagai hasil rapat kerja pada 9 Juli 2018, yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Dito Ganinduto. Pada kesempatan yang sama, Komisi VI DPR RI menerima pagu indikatif anggaran Kemenperin tahun 2019 sebesar Rp2,73 triliun, sehingga total anggaran Kemenperin pada tahun depan menjadi Rp5,31 triliun.

Menperin menyebutkan, anggaran Rp2,73 triliun tersebut akan dialokasikan guna pelaksanaan sembilan program strategis. Pertama, yakni pengembangan SDM industri dan dukungan manajemen Kemenperin. Kedua, penumbuhan dan pengembangan industri berbasis agro, yang di antaranya digunakan untuk fasilitasi penerapan Cara Produksi Pangan Olahan Yang Baik (CPPOB) untuk 100 perusahan industri makanan dan minuman.

Ketiga, untuk program penumbuhan dan pengembangan industri kimia, tekstil, dan aneka (IKTA), beberapa upaya yang akan dilakukan adalah perbaikan alur aliran material pada sektor industri tekstil, pengembangan proyek percontohan untuk industri daur ulang sampah plastik, dan memacu daya saing industri bahan baku obat.

Program keempat bagi industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika (ILMATE), antara lain perbaikan alur aliran material untuk industri otomotif, pengembangan peta potensi dan peningkatan produksi bahan baku di sektor ILMATE, serta penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) terhadap produk-produk ILMATE.

Sementara, program kelima, yaitu penumbuhan dan pengembangan industri kecil dan menengah (IKM), yang meliputi pengembangan 600 produk IKM melalui fasilitasi peningkatan kualitas dan desain produk, bahan baku serta sarana produksi.

Kemudian, fasilitasi untuk peningkatan daya saing 87 sentra IKM melalui pelatihan manajemen dan teknis produksi serta batuan mesin dan peralatan.

“Kami juga akan terus melaksanakan pengembangan e-smart IKM, fasilitasi penumbuhan 1.775 wirausaha industri melalui pelatihan kewirausahaan dan teknis produksi, serta pemberian bantuan startup capital,” papar Airlangga.(ril/sabar)

 

CATEGORIES
TAGS