Kemungkinan Pasar Obligasi Terkonsolidasi Sementara

Loading

obligasi

JAKARTA, (tubasmedia.com) – NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) Head of Research Reza Priyambada memaparkan, pasca menguat di pekan sebelumnya, laju pasar obligasi berbalik melemah. Meski terdapat sentimen dari penurunan BI rate yang diperkirakan akan membuat pendanaan beralih melalui obligasi dan adanya rilis kenaikan cadangan devisa namun, belum cukup ampuh membuat pasar obligasi bertahan di zona hijaunya karena terhalangi dengan laju Rupiah yang terus mengalami pelemahan.

Sebelumnya disampaikan, tidak jauh berbeda dengan pekan sebelumnya dimana meski nilai tukar Rupiah menjadi sentimen negatif yang dapat berpotensi melemahkan laju pasar obligasi namun, tampaknya pelaku pasar mendapat sentimen positif dari turunnya BI rate dan belum adanya indikasi The Fed akan menaikkan suku bunganya dalam waktu dekat.

Dengan demikian, diharapkan adanya minat dari para pelaku pasar untuk kembali meramaikan pasar obligasi. “Kami pun masih berharap laju pasar obligasi bisa kembali mengalami peningkatan lebih baik dari pekan sebelumnya. Sepanjang pelaku pasar tidak banyak melakukan aksi jualnya maka laju pasar obligasi pun tidak akan turun negatif signifikan,” kata Reza, Senin (9/3/15).

Harapan akan berlanjutnya kenaikan tampaknya tidak terwujud. Kemungkinan pasar obligasi terkonsolidasi sementara pasca mengalami kenaikan sebelumnya. Terlihat pergerakan harga obligasi, khususnya harga obligasi Pemerintah yang berbalik turun seiring dengan kembali naiknya yield yang merata pada seluruh tenor.

Penurunan yield rata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor panjang (8-30 tahun). Pergerakan yield tenor pendek justru mengalami penurunan. Sementara tenor menengah bergerak naik. Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan rata-data yield 7,18 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yield sekitar 20,64 bps; dan tenor panjang (8-30 tahun) turut mengalami kenaikan yield hingga 28,31 bps. Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo ±5 tahun cenderung menurun harganya hingga 73,44 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo ±10 tahun berbalik turun harga hingga 273,6 bps.

Di pekan kemarin, pemerintah Indonesia telah melaksanakan Lelang Surat Utang Negara (SUN) untuk seri Seri SPN 03150604 (new issuance) dengan kupon diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 4 Juni 2015; Seri SPN 12160304 (new issuance) dengan kupon diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 4 Maret 2016; Seri FR0070 (reopening) dengan kupon sebesar 8,38% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Maret 2024; Seri FR0068 (reopening) dengan kupon sebesar 8,38% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Maret 2034.

Total penawaran yang masuk sebesar Rp22,84 triliun dimana seri FR0070 memiliki penawaran yang masuk lebih tinggi sebesar Rp 7,02 triliun dengan nilai yang dimenangkan ialah sebesar Rp 3,90 triliun. Di sisi lain, untuk total keseluruhan penawaran yang dimenangkan hanya Rp 10 triliun. Total penawaran yang masuk lebih rendah dari total penawaran yang masuk sebelumnya sebesar Rp 36,09 triliun dengan penyerapan yang lebih rendah. Dari empat seri SBSN yang di tawarkan, Pemerintah menyerap seluruh seri SUN. Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan untuk setiap seri a.l Seri SPN03150604 (5,32%); Seri SPN12160304 (5,89%); FR0070 (6,93%), dan Seri FR0068 (7,34%).

Dari sisi bid to cover ratio memperlihatkan bahwa angka yang paling besar rasionya senilai 5,67x pada seri Seri SPN03150604 sehingga memberikan gambaran bahwa banyak pelaku pasar yang masih lebih memilih lelang obligasi jangka pendek untuk ditransaksikan karena lebih likuid dan berdurasi lebih pendek. Seri SPN-S11082015 memiliki jatuh tempo yang lebih cepat / pendek dibandingkan dengan jatuh tempo suku bunga SUN lainnya.

Kali ini meski pada lelang, pergerakan dari yield sempat mengalami penurunan namun, secara mingguan cenderung mengalami kenaikan sehingga diikuti oleh penurunan harganya. Sentimen positif dari turunnya BI rate; belum adanya indikasi The Fed akan menaikkan suku bunganya dalam waktu dekat; hingga rencana realisasi stimulus tampaknya belum cukup mampu mempertahankan laju pasar obligasi di zona hijaunya.

“Meski berpotensi melanjutkan pelemahan namun, kami masih berharap laju pasar obligasi bisa kembali mengalami peningkatan lebih baik dari pekan sebelumnya. Dengan demikian, jikapun terdapat pelemahan lanjutan maka kami harapkan tidak akan terlalu dalam pelemahannya. Kemungkinan laju harga obligasi akan bergerak dengan rentang ±78 hingga 125 bps. Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada,” tutur Reza. (angga)

CATEGORIES
TAGS