Kilas Balik Hari Jadi ke 76 Kabupaten Tapanuli Utara 5 Oktober 1945 – 5 Oktober 2021 HF Situmorang, Bupati Multi Jabatan Era Orde Lama

Loading

SEJARAH selalu  meninggalkan nama untuk diingat, dikenang atau ditulis, bahkan direnungkan.Terbentuknya Kabupaten Tapanuli Utara, 5 Oktober 1945, tak hanya perlu disimak dari untaian narasi sejarahnya, tetapi juga pentingnya mengingat figur-figur yang secara historis melekat dalam sejarah tersebut.

Misalnya, figur-figur bupati yang pernah memimpin pemerintahan di Kabupaten itu, sejak awal berdirinya Kabupaten. Zamannya pun berbeda yakni Masa Orde Lama, Orde Baru, Orde Reformasi dan kelak entah orde apa lagi namanya.

Pada kesempatan peringatan Hari Jadi ke 76 tahun 2021 ini (5 Oktober 1945 – 5 Oktober 2021), penulis menurunkan sekilas sosok HF Situmorang, salah satu bupati Tapanuli Utara di masa silam.

Tulisan tentang sosok bupati Humala Fredrick Situmorang  merupakan observasi dan wawancara blogger Leonardo TS Simanjuntak dengan keluarga pihak terkait beberapa waktu lalu, melalui proses yang lumayan ruwet. Meski pun profil pemimpin Tano Batak berikutnya tak disajikan secara berurutan, semoga ada manfaatnya menambah wawasan pembaca. Kilas biografi ini dipadatkan dari tulisan aslinya.

Masa kepemimpinan Humala Fredrick Situmorang (alm),tak banyak berbeda dengan mantan pemimpin pemerintahan lainnya yang pernah mengabdi di Kabupaten Tapanuli Utara,khususnya di masa perjuangan sebelum dan sesudah kemerdekaan.

Dalam situasi kondisi pasca kemerdekaan yang diwarnai berbagai kemelut, HF Situmorang merupakan salah satu tokoh sentral yang patut dikenang. Kondisi pada masa kepemimpinan HF Situmorang (seterusnya disingkat HFS), juga dialami Cornelis Sihombing (Bupati Taput pertama), demikian juga bupati penerus lainnya F Siagian, RPN Lumbantobing, P Manurung, Farel Pasaribu, Madja Purba, dan SM Simanjuntak.

 

Memimpin pemerintahan pada masa perang kemerdekaan maupun beberapa tahun sesudahnya, memang sangat riskan. Ancaman tertembak Belanda atau Jepang, bahkan ancaman masuk penjara sudah menjadi risiko yang mengintai setiap saat. Memimpin di tengah medan gerilya harus dilaksanakan sebagai pertanggungjawaban amanah untuk kepentingan daerah, bangsa dan negara.

Monang Situmorang SH putra bungsu alm HFS kepada penulis menambahkan berbagai aspek seputar perjalanan hidup dan karir ayahandanya. Demikian halnya penuturan tambahan dari Minar boru Purba, salah seorang menantu almarhum.

Monang Situmorang belakangan tinggal di Jakarta sebagai pensiunan jaksa, sedangkan Minar br Purba istri Mangiring Situmorang (alm), yakni anak ke tiga dari HFS, ditemui penulis di rumahnya yang sederhana di Jalan Sei Bingei No 36, Medan, beberapa waktu lalu. Untuk kelengkapan informasi tentang ayahnya, Monang Situmorang mengirimkan beberapa catatan melalui faksimili.

Alm HF Situmorang lahir pada tahun 1900 (tanggal dan bulan tak dijelaskan) di Dusun Lintong, Desa Partukko Naginjang,Kecamatanl  Harian Boho, Samosir. Beliau meninggal dunia pada 15 September 1978 di kampung kelahirannya,meninggalkan banyak kenangan bersejarah bagi keluarga dan Tano Batak.HF Situmorang adalah putra pertama dari Ompu Babiat Situmorang/Boru Sagala. Dalam sejarah perjuangan Raja Sisingamangaraja XII, Ompu Babiat terkenal sebagai salah satu ujung tombak pasukan Sisingamangaraja XII.Ompu Babiat juga adalah ipar dari Sisingamangaraja XII (ibunda dari Sisingamangaraja XII adalah namboru dari ayah Ompu Babiat Situmorang.

Pada tahun 1907, Desa Partukko Naginjang digempur tentara Belanda dengan persenjataan lengkap, karena Belanda mensinyalir Sisingamangaraja XII dan keluarganya berada di Desa tersebut. Akibat gempuran berantai tentara Belanda, Desa Partukko Naginjang hancur berantakan. Seluruh penduduk mencari tempat persembunyian, sementara pasukan Sisingamangaraja melakukan perlawanan cukup berarti. Dalam pertempuran sengit yang berlangsung cukup lama, ibunda HFS boru Sagala tewas diberondong peluru. Sedangkan Humala Fredrick yang saat itu masih berusia 7 tahun bersama neneknya boru Sinaga (ibunda Ompu Babiat) ditangkap tentara belanda, dan ditawan bersama sejumlah anggota keluarga Sisingamangaraja XII di tangsi militer Belanda di Tarutung.

Terjun Ke Medan Gerilya

Peristiwa itu tidak menyurutkan semangat para pejuang Batak menentang Belanda. Ompu Babiat Situmorang terus mendampingi iparnya Raja Sisingamangaraja XII melancarkan perang gerilya dari hutan ke hutan dan pegunungan,membuat Belanda makin beringas dan kelabakan.

Setelah Sisingamangaraja XII gugur dalam pertempuran bergelora di kawasan Parlilitan tahun 1907, Ompu Babiat turun ke Harian Boho, dan sempat menjadi Kepala Nagari di sana. Ada pun putranya Humala Fredrick waktu itu disekolahkan ke HIS Balige sampai tamat.

Jiwa kejuangan yang diwariskan ayahnya Ompu Babiat rupanya mengalir pada darah HFS. Itu terbukti saat HFS pada masa Agresi I dan Agresi II (1946-1949) terjun ke medan gerilya sampai penyerahan kedaulatan tahun 1949.

Ternyata pengabdian dan pengorbanannya membuahkan kepercayaan dari pemerintah, dengan diangkatnya HFS menjadi Sekretaris Residen Dr Ferdinand Lumbantobing di Sibolga. Bahkan, pada tahun itu juga HFS diangkat menjadi Bupati Kabupaten Tapanuli Utara sampai tahun 1950, sebelum kemudian pindah ke Kantor Gubernur di Medan.

Kepercayaan pemerintah kepada HFS semakin menguat.Pada tahun 1952 beliau diangkat lagi menjadi Bupati di Nias berkedudukan di Gunung Sitoli. Jabatan itu diembannya hingga tahun 1954. Kemudian dari Nias, HFS diangkat menjadi Bupati Simalungun di Siantar sampai tahun 1956. Pada fase berikutnya, tahun itu juga HFS dipercyakan kembali menjabat Bupati Tapanuli Utara sampai tahun 1958. Dari sana lah almarhum kembali bertugas di Kantor Gubernur Sumatera Utara, sampai tiba saatnya pensiun.

Data Keluarga

Sekilas tentang silsilah keluarga HF Situmorang sebagaimana dituturkan putranya Monang Situmorang, bahwa setelah kakeknya Ompu Babiat kembali ke Harian Boho dari medan gerilya, beliau (Ompu Babiat) kawin lagi dengan boru Simbolon. Dari perkawinan tersebut, lahirlah 9 (Sembilan) anak yang menjadi saudara dari HF Situmorang.  Ke-9 anak tersebut,yakni: Labina br Situmorang (alm)/Manik (alm), Abner Situmorang (alm)/boru Sihotang (Abner Situmorang adalah pensiunan Residen di Kantor Gubernur Sumut),Tini br Situmorang (alm)/Sihombing (alm), Mulia Situmorang (alm)/boru Simbolon (alm) (Pensiunan Patih di Sidikalang), Timbul Situmorang (alm)/boru Tamba, Sitor Situmorang/boru Sinaga (alm)/ Barbara, Joram Situmorang/boru Manurung, Hilderia br Situmorang (alm)/Sitanggang, dan Jarikkot Situmorang/ boru Sinaga (alm)/boru Hutagalung.

Yang disebut terakhir adalah pensiunan Kantor Bupati Taput (Kantor Inspektorat),  berdomisili di Tarutung. Seperti diketahui, Sitor Situmorang salah seorang penyair terkemuka Indonesia telah meninggal dunia di Belanda dan jenazahnya dimakamkan di kampung asalnya Harianboho, Samosir. (Lihat artikel terkait di Ekspresiana)

Sitor Situmorang, salah satu dari saudara HFS, dikenal sebagai penyair terkemuka Indonesia, yang namanya termasuk daftar seniman legendaris, seperti halnya Chairil Anwar, Iwan Simatupang, Taufik Ismail, Rendra, dan lain-lain. Dunia sastra Indonesia kehilangan seorang tokoh pelopor puisi nostalgik setelah Sitor meninggal belum lama ini.

Humala Fredrick Situmorang menikah dengan R boru Purba dari Simalungun. Dari perkawinan tersebut, mereka dikaruniai 4 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Mereka adalah, Intan Situmorang (alm)/ J. Sidakutan (alm, Minar br Situmorang/ Brigjen JH Sinaga SH (alm), Mangiring Situmorang (alm)/Minar br Purba, Albert Situmorang (alm)/ boru Simorangkir, Sahat Situmorang (alm)/boru Sagala (alm), Dameria br Situmorang/ Kolonel (L) WR Limbong SH (alm), dan Monang Situmorang SH/ R boru Purba.

Berbagai buku yang mengisahkan perjuangan di masa gerilya selalu mencantumkan nama HF Situmorang sebagai salah satu tokoh yang tak terpisahkan dalam proses terbentuknya pemerintahan sipil dan militer di Sumatera Utara. Dalam buku Perjuangan Rakyat Semesta Sumatera Utara yang diterbitkan Forum Komunikasi Ex Sub-Territorioum VII Komando Sumatera Jakarta, nama HF Situmorang disebut-sebut ikut berperan dalam banyak hal, terutama menyangkut koordinasi penyelenggaraan atau pembentukan pemerintahan. Pada halaman 432 buku tersebut, disebutkan peranan pengawasan pembentukan pemerintahan sipil di setiap kabupaten, dimana seorang gedelegeerd Bupati (utusan dengan status Bupati) ditetapkan oleh Gubernur Militer. Pada waktu itu, untuk Sibolga ditetapkan Mangaraja Sorimuda, untuk Padang Sidempuan Muda Siregar, untuk Silindung diangkat Saladin Sarumpaet dibantu Farel Pasaribu, untuk Humbang Melanthon Siregar dibantu oleh Bupati HF Situmorang, dan

untuk Tobasa adalah Patuan Natigor.

HF Situmorang memang telah tiada. Namun nama dan jasa perjuangannya akan terus melekat dalam sejarah pemerintahan di Sumatera Utara, khususnya di Tano Batak. Almarhum HFS, seperti juga Farel Pasaribu dan SM Simanjuntak, adalah sosok pemimpin yang tangguh di setiap situasi, termasuk di medan gerilya. (tony & leonardo simanjuntak)

CATEGORIES
TAGS