Kisruh PSSI Bisa Berimbas ke Demokrat?

Loading

FIFA_Logo

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit mengingatkan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono untuk meminta Sekretaris Jenderal Partai Demokrat yang baru ditunjukkan Hinca Panjaitan untuk mundur dari kepengurusan PSSI. Jika Hinca dibiarkan tetap mengurus PSSI, maka kebobrokan PSSI akan berdampak pada Partai Demokrat juga.

“SBY harus meminta jaminan dari Hinca untuk meninggalkan PSSI yang bobrok kalau tidak mau kebobrokan PSSI berdampak dan merusak pada Partai Demokrat. SBY juga seharusnya meminta jaminan dari Hinca bahwa dirinya tidak pernah terlibat dalam berbagai kasus korupsi maupun kasus-kasus lainnya di PSSI seperti pengaturan skor dan lain-lainnya,” ujarnya saat dihubungi, Minggu (31/5/2015).

Hinca menurutnya pun harus bisa bersikap tegas dan memilih satu jabatan karena bagaimanapun jabatan sekjen dan wakil ketua umum PSSI bisa saja bertabrakan. Hinca tentunya tidak bisa berselingkuh antara jabatannya di partai dan PSSI dan untuk itu dia harus kemukakan secara jujur padaSBY, PD dan publik bahwa dirinya tidak pernah berurusan dengan kasus-kasus di PSSI.

”Bagaimana kalau PD dalam kasus PSSI mendukung sikap Jokowi untuk membekukan PSSI? Kan jadi ada konflik kepentingan antara jabatan sebagai sekjen dan jabatan sebagai waketum PSSI. Apa dia berani nanti bersikap melawan keputusan partainya yang setuju pembekuan PSSI?” Jelasnya.

Ini tegas Arbi menjadi penting, terlebih dalam tubuh organisasi bola internasional atau FIFA saja banyak sekali sekarang pengurus-pengurusnya yang ditangkap aparat keamana karena berbagai kasus korupsi.”Kalau di tubuh FIFA saja korupsinya begitu banyak dan banyak pejabatnya yang ditangkap, apa mungkin pengurus di PSSI bersih?Padahal PSSI lebih carut marut daripada FIFA sendiri,” imbuhnya.

Hinca menurutnya bisa mencontoh Saan Mustopa yang meski sebelumnya dikenal dekat dengan Mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, tapi bisa melepaskan dirinya dari bayang-bayang sebagai orangnya Anas dan kemudian bisa masuk kembali di kepengurusan.

“Jadi biarpun Saan sempat dikenal sebagai orangnya Anas yang kemudian bermasalah dengan kasus-kasus korupsi, Saan bisa melepaskan diri dari bayang-bayang itu dan kini dipercaya kembali jadi wasekjen. Hinca pun harus seperti itu, dia harus bisa melepaskan bayang-bayang dari kepengurusan PSSI yang dikenal korup,” tegasnya.

Dengan kondisi ini,langkah SBY untuk bisa lepas dari berbagai kasus korupsi di masa lalu dan melepaskan diri dari bayang-bayang sebagai partai oligarki dan partai keluarga menurutnya juga bisa berbahaya jika tidak hati-hati denga penunjukkan Hinca.

“Saya lihat SBY tidak memasukkan Ibas sudah baik, karen selain Ibas adalah anak kandungnya, Ibas juga sudah kerap disebut-sebut dalam berbagai kasus korupsi oleh para saksi-saksi yang juga kebanyakan sudah dipidana seperti Nazaruddin, Sutan Bhatoegana dan lain-lain. Tapi tetap juga harus hati-hati, jangan sampai meski tidak memasukkan anaknya, tapi kader-kader yang dipilihnya ternyata juga bobrok,” ujar Pengamat yang dikenal sangat vokal ini lagi.

Turunnya perolelah suara PD pada pemilu lalu, menurut Arbi harus menjadi cermin bagi SBY karena merosotnya suara PD bukan karena SBY tapi karena oknum-oknumnya sendiri. “Kalau SBY bisa berhati-hati, maka potensi naiknya suara PD untuk naik lagi sangat besar dan publik bisa mempercayai lagi PD dan SBY. Kalau tidak maka penurunan suara PD bisa lebih besar lagi di pemilu berikutnya,” paparnya.

Terakhir dia pun mengingatkan SBY untuk bisa membawa PD mengambil sikap yang tegas dan tidak berdalih dalam sikap sebagai penyeimbang.Jangan dalih penyeimbang dijadikan kedok untuk menutupi ketidakjelasan sikap PD dan SBY selama ini.

“Seperti pada kasus PSSI, kalau memang mau membenahi PSSI, SBY harus bisa bersikap tegas dan mendukung langkah pemerintah membenahi PSSI.Demokrat juga harus berani menolak usulan interpelasi. Jangan terus berkedok penyeimbang, padahal Cuma ingin menutupi ketidakjelasan sikap,” pungkasnya. (nisa)

CATEGORIES
TAGS