Kita Belum Mampu Mengelola Demokrasi

Loading

pil-kada-55b5e1876f7e611312

Oleh: Fauzi Aziz

 

DALAM kehidupan demokrasi yang sedang menuju pendewasaan  memerlukan penyikapan dalam berfikir dan bertindak secara baik. Bisa saling menjaga emosi dan ke-akuan harus bisa diubah menjadi ke-kita-an.

Negeri ini belum berhasil mengelola demokrasi dengan baik dan masih jauh dari bijaksana, apalagi menyejukkan. Para pemimpin boleh saja sering menyampai kan ucapan bombatis bahwa kita perlu menciptakan kesejukan, memelihara persatuan dan kesatuan, tetapi di balik itu, mereka gontok-gontokan, saling curiga.

Pikiran dan tindakannya tidak sejalan. Nalar dan nurani masih terkontaminasi oleh nafsu berkuasa yang berlebihan. Rezim baru menghantam rezim lama, rezim baru merasa lebih clean and clear dan selalu mengambil posisi merasa lebih baik dan lebih mampu mengatasi berbagai masalah bangsa dan negara.

Pemimpin mudah berujar bahwa jika ada perbedaan pendapat, pikiran dan tindakan, itulah demokrasi. Fenomena demokrasi di Indonesia masih lebih dimanfaatkan untuk saling menista pendapat atau pikiran sesama elit politik.

Demokrasi penuh dengan paradoks. Para politisi berfikir kritis, tetapi tidak produktif membangun masyarakat demokrasi yang sehat, konstruktif dan produktif dengan menghasilkan kebijakan politik yang menyebabkan nasionalisme dan patriotisme tidak terpelihara dengan baik, apalagi persatuan dan kesatuan.

Menganjurkan persatuan dan kesatuan, tetapi tidak pernah bisa bersatu diantara sesama elit politik, bahkan tidak pernah bisa saling memaafkan, sehingga permusuhan cenderung bersifat langgeng. Politik yang berkuasa tega melakukan kriminilasi lawan politiknya, ketika terjadi masalah politik di dalam negeri.

Pe nulis buku “Dynamic goverment”, Bon Sion Neo Geraldine Chen, mengatakan bahwa bangsa yang unggul terjadi bukan karena demokrasi, namun lebih tergantung dari pentingnya pemerintah yang efektif hadir.

Para pemimpin atau para elit politik pasca demo damai 4 nopember 2016, menyampaikan bahwa kita harus bisa menciptakan kesejukan dalam berbangsa dan bernegara. Setuju seribu persen ajakan dan himbauan tersebut dan patut kita terima sebagai nasehat orang tua kepada anak atau nasehat guru kepada muridnya.

Tapi tidak bisa serta merta digugu dan ditiru ajakan semacam itu, kalau yang mengajak dan memberi nasehat juga hobi “berkonflik” karena perbedaan pandangan atau karena ada perbedaan kepentingan. Di dalam negeri tidak pernah terjadi harmonisasi untuk menuju Indonesia berkemajuan.

Para pemimpin dan elit politik, paling bisa berbasa-basi dalam mengelola bekerjanya sistem politik nasional. Para pemimpin harus menciptakan iklim politik yang kondusif, jika menghendaki adanya kesejukan. Tetapi kalau tidak mampu, jangan berharap kesejukan itu akan datang karena pada kenyataannya cenderung memanas.

Ini tidak sehat dan sebagai rakyat biasa tentu muak melihat gaya berpolitik pemimpin kita yang miskin dengan wawasan kebangsaan yang paripurna dan matang. Sering langkah pragmatisme yang kita saksikan, ketimbang langkah politik yang bijaksana dan berkeadilan ketika menangani dan menyelesaikan masalah politik yang terjadi.

Lebih sering berkata normatif ketika terjadi konflik dengan kalimat pamungkasnya, yaitu biarlah masalahnya diselesaikan melalui proses hukum karena Indonesia adalah negara hukum.

Pemerintah tidak akan melakukan intervensi dalam bentuk apapun, tetapi rakyat tidak mudah percaya begitu saja akibat praktek penegakan hukum masih seringkali terjadi tumpul ke atas dan tajam ke bawah.

Sejuk, damai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangat diperlukan agar stabili tas politik dan keamanan terpelihara dalam jangka panjang yang akan berdampak positip bagi pelaksanaan pembangunan di Indonesia pada berbagai bidang.

Jadilah pemimpin politik yang Pancasilais sejati, bukan sekedar basa-basi. Elit politik harus bertanggungjawab penuh atas segala peristiwa politik yang terjadi di negeri ini. Jangan bermain di air keruh mengurus kehidupan politik dan kehidupan berbangsa dan bernegara di negeri ini. Akhirnya, apapun kejadian yang ada di muka bumi ini, dimana terdapat sejumlah manusia ditunjuk sebagai pemimpin politik dan apalagi terlibat langsung dalam memimpin sistem ketatanegaraan, di pundak merekalah kesejukan harus diciptakan karena salah satu peran yang wajib dikontribusikan adalah membuat kebijakan politik yang baik dan mampu menciptakan iklim politik yang kondusif dan tidak berpotensi menghasilkan konflik sosial.(penulis adalah pemerhati masalah sosial ekonomi).

CATEGORIES
TAGS