Komoditi Berbasis Agro asal Indonesia, Jagoan di Pasar Dunia

Loading

Laporan: Redaksi

Dirjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian, Panggah Soesanto

Dirjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian, Panggah Soesanto

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Tidak kurang dari sepuluh jenis produk agro industri tampil menjadi jagoan di pasar dunia. Dan posisi tersebut bisa lebih maju lagi bahkan kesepuluh komoditas itu bisa menjadi super star di pasar internasional, jika tiga kementerian mau dan rela untuk bersinergi.

Hal itu diungkapkan Dirjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian, Panggah Soesanto dalam obrolan dengan tubasmedia.com di ruang kerjanya, Jumat. Tiga kementerian dimaksud adalah Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian dan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

‘’Ketiga kementerian ini wajib memiliki satu visi tentang kesepuluh komoditas yang melibatkan perindustrin, pertanian, kelautan dan perikanan,’’ kata Panggah.

Kesatuan visi tersebut katanya teramat penting agar ketiga kementerian tersebut tidak saling tarik menarikakan tetapi menjadi satu langgam, satu langkah serta satu selera demi memajukan basis ekonomi nasional di sektor agro bisnis.

Dikatakan bahwa langkah konkret membangun basis ekonomi nasional di sektor agro amat penting dan punya alasan. Pasalnya produk-produk nonpangan berbasis agro yang fokusnya pada keunggulan komparatif, hilirisasi secara tradisional, Indonesia sangat unggul.

Dia sebut misalnya, sawit bisa mensuplay minyak nabati dunia. Demikian juga teh seharusnya bisa diolah lebih jauh lagi sehingga tidak hanya mengekspor mentah sementara kopi dan kakao juga demikian posisinya.

‘’Secara jujur, kesepuluh komoditi agro tersebut, belum sampai lima puluh persen ditangani kemampuannya, tapi posisi kita di luar negeri sudah menjadi jagoan. Apalagi kita kelola secara full, Indonesia bisa lebih hebat lagi. Maka itu perlu satu visi tadi,’’ jelasnya.

Untuk mengelola kemampuan dari komoditi berbasis agro tersebut kata Panggah perlu dibuat menjadi satu kesatuan antara prosesing dengan bahan baku. Hal itu lanjutnya mengacu kepada kepemilikan lahan yang sebagian besar masih dikuasai rakyat.

Lahan kopi 90 persen dikuasai rakyat, sawit, 48 persen, teh 45 persen, karet 80 persen, kakao dan rotan malah seratus persen dikuasai rakyat. Melihat data ini kata Panggah, kelembagaan petani rakyat dengan prosesing harus digarap secara bersama-sama sehingga mutu produknya bisa semakin sempurna.

Ditanya bisakah semuanya itu dilakukan dan diwujudnyatakan, Panggah dengan tegas mengatakan, bisa. ‘’Apa yang tidak bisa kita lakukan. Kuncinya satu, yakni ada kemauan dan pegang teguh idiologi. Kalau ada kemauan, kita pasti bisa. Mau apa enggak? Itu saja dijawab,’’ kata Panggah. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS