Konektivitas Pariwisata ASEAN

Loading

Oleh: Efendy Tambunan

Efendy Tambunan

Efendy Tambunan

KONEKTIVITAS pariwisata ASEAN sudah dimulai. Kualitas infrastruktur transportasi di negara-negara ASEAN menjadi tolok ukur tingkat keberhasilan konektivitas pariwisata ASEAN. Untuk menyambut konektivitas ASEAN, Indonesia harus berbenah supaya dapat meningkatkan daya saing pariwisata dalam menarik kunjungan wisatatawan dari negara-negara ASEAN dan mancanegara.

Jumlah kunjungan wisata menjadi tolok ukur daya saing pariwisata negara-negra ASEAN. Sebagai gambaran, jumlah kunjungan wisatawan di antara negara ASEAN tahun 2012 mencapai 36 juta. Pertambahan kunjungan wisatawan di antara negara-negara ASEAN, salah satunya dipengaruhi oleh penerbangan bertarif murah.

Dalam Konektivitas Pariwisata ASEAN, bandara, jaringan jalan dan kereta api memegang peranan kunci. Bandara berfungsi sebagai pintu masuk, sedangkan jaringan jalan dan kereta api adalah prasarana bandara menuju objek wisata.

Karena peranan bandara sangat strategis, bandara yang dekat dengan lokasi wisata perlu ditingkatkan statusnya menjadi bandara internasional. Status bandara internasional akan memungkinkan penerbangan langsung dari negara-negara ASEAN ke bandara dekat objek wisata.

Infrastruktur Transportasi

Akses langsung dan murah ke tempat wisata akan menambah daya tarik tersendiri bagi wisatawan dari negara-negara ASEAN. Sebagai contoh, Bandara Silangit dekat daerah wisata Parapat cocok ditingkatkan statusnya menjadi bandara internasional. Peningkatan status Bandara Silangit menjadi bandara internasional sedang dalam kajian Angkasa Pura II.

Pengembangan bandara memberikan dampak positif pada suatu daerah. Sebagai contoh, Setelah Bandara Internasional Husein Sastranegara Bandung dapat disinggahi pesawat berbadan lebar seperti pesawat A320, sejumlah maskapai penerbangan menawarkan penerbangan langsung dari Malaysia ke Bandung. Alhasil, banyak wisatawan dari Malaysia belanja pakaian di Pasar Baru Bandung atau di sentra pakaian Bandung lainnya dengan harga yang sangat kompetitif dan relatif murah dibanding harga pakaian di Malaysia.

Daya tarik suatu objek wisata tidak hanya ditentukan dari keindahan alam semata tetapi juga dipengaruhi oleh budaya masyarakat, sumber daya manusianya dan aksesibilitasnya. Perpaduan keempat faktor tersebut akan menambah daya tarik wisata. Bali adalah contoh perpaduan keindahan objek wisata, budaya, SDM dan infrastruktur transportasi.

Indonesia sebagai negara kontinental membutuhkan sistem transportasi yang mumpuni. Padahal, masalah kondisi jaringan jalan transportasi masih memprihatinkan. Banyak lokasi wisata yang sulit diakses karena buruknya infrastruktur transportasi. Dampaknya, waktu tempuhnya lebih lama dan biaya transportasinya mahal.

Raja Ampat di Papua adalah contoh objek wisata yang mempunyai daya tarik wisata tinggi tetapi akses ke daerah wisata tesebut relatif sulit sehingga biaya transportasinya mahal. Sekalipun terdapat banyak objek wisata di Indonesia, tetapi warga Indonesia lebih tertarik melakukan kunjungan wisata ke Malaysia dan Thailand karena banyak maskapai penerbangan menawarkan paket wisata murah dan aksesibilitasnya relatif baik ke lokasi objek wisata.

Konektivitas ASEAN

Pada tahun 2015, negara-negara ASEAN sudah sepakat untuk memberlakukan Konektivitas ASEAN yang dimulai dari sektor pariwisata. Konsep Konektivitas ASEAN didasarkan pada tiga pilar kerjasama regional, yaitu keamanan, sosial-budaya dan integrasi ekonomi.

Secara khusus Konektivitas ASEAN diharapkan untuk: (1) meningkatkan perdagangan, investasi, pariwisata dan pengembangan, (2) mempersempit kesenjangan pembangunan, dan (3) memfasilitasi hubungan individual (people to people contact).

Karena sektor pariwisata dianggap lebih siap, maka sektor ini didahulukan kemudian disusul dengan Konektivitas ASEAN. Perjalanan tanpa fiskal antar negara-negara ASEAN dan kehadiran maskapai penerbangan berbiaya murah (Low Cost Carrier), antara lain Lior Air, Air Asia dan Citilink, turut memicu peningkatan jumlah wisatawan antarnegara ASEAN.

Untuk mempersiapkan Konektivitas ASEAN, Indonesia harus meningkatkan konektivitas domestiknya sebagai prasyarat dapat berperan dalam Konektivitas ASEAN. Untuk memenuhi tujuan tersebut, konektivitas fisik harus dibangun melalui pembangunan dan pengembangan infrastruktur transportasi.

Indonesia memainkan peranan penting dalam Konektivitas ASEAN karena Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai daya tahan ekonomi terhadap imbas krisis ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat. Ekonomi Indonesia tetap bisa tumbuh sekitar 6% karena ekspornya hanya 30% dari PDB (produk domestik bruto) dan permintaan konsumsi dalam negeri masih relatif tinggi.

Selain konektivitas fisik, negara-negara ASEAN harus membantu memberdayakan ekonomi lokal, sebagai upaya untuk mempersempit kesenjangan pembangunan di ASEAN. Timbul pertanyaan apakah pemberdayaan ekonomi lokal sudah didukung oleh SDM yang handal? Tanpa mempersiapkan SDM yang berkualitas, pemberdayaan ekonomi lokal sulit tercapai.

Konektivitas ASEAN tahun 2015 dan Konektivitas Pariwisata ASEAN yang sudah dimulai menjadi momentum untuk memacu pembangunan infrastruktur transportasi dan peningkatan kualitas SDM warga Indonesia supaya mampu bekerja di negara-negara ASEAN.

Peluang sudah terbuka luas, pertumbuhan ekonomi lagi on the track dan Konektivitas Pariwisata ASEAN sudah dimulai. Pemerintah bersama masyarakat Indonesia harus bekerja keras, lebih kreatif dan inovatif untuk meningkatkan daya saing bangsa khususnya dalam sektor pariwisata. ***

(Dosen Teknik Sipil UKI dan Direktur Toba Borneo Institute)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS