Konflik Laut China Selatan Segera Diatasi

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

CHINA, (Tubas) – Konflik Laut China Selatan sudah lama berlangsung secara verbal karena kepulauan yang disengketakan baru sebatas klaim-mengklaim Kepulauan Spratley dan gugusannya di kawasan Laut China Selatan. Kalau melihat di peta, maka kepulauan itu dekat dengan Vietnam di sebelah barat, Malaysia dan Brunei Darussalam di selatan, Filipina di timur, dan tentunya China di sebelah utara.

Sebab itu, ketika terjadi lagi perang mulut antara China dan Filipina soal kepulauan di laut lepas itu, negara-negara ASEAN langsung mengagendakan untuk membahas masalah itu di forum resmi. Sepuluh negara anggota ASEAN sepakat mempercepat proses implementasi perilaku yang harus menjadi norma bagi sejumlah negara yang terlibat dalam sengketa Laut China Selatan. Pedoman itu disebut sebagai Deklarasi Perilaku Para Pihak di kawasan Laut China Selatan atau Declaration on the Conflict of Parties (DOC).

Pihak-pihak yang terkait dengan konflik di perairan itu diharapkan untuk menerima usul sepuluh negara ASEAN untuk menciptakan perdamaian di kawasan ini. ASEAN sudah mau mulai menyusun dan membahas kode etik DOC yang akan diterapkan di wilayah perairan itu. Kemudian kode etik itu akan dibahas dengan pihak China.

Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN, Kementerian Luar Negeri Djauhari Oratmangun setelah memimpin pertemuan pejabat senior ASEAN di Surabaya, Rabu (8/6) lalu. Negara-negara ASEAN yang terlibat sengketa sepakat agar solusi diambil, antara lain dengan mengimplementasikan DOC dan kode etiknya.

Sebab, selama ini implementasi DOC di Laut China Selatan menghadapi kebuntuan, karena belum ada kesepakatan tentang pedoman bersama. Sejumlah negara termasuk China berkomitmen agar perairan itu damai, aman dan stabil.

Sementara itu, surat kabar Hong Kong Commercial Daily melaporkan hasil wawancara khusus dengan Kepala Staf Jenderal Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China Chen Bingde yang mengakui bahwa Angkatan Bersenjata China sedang membangun kapal induk eks Uni Soviet, tapi belum selesai. Ini pertama kalinya terungkap pengakuan terbuka pejabat Angkatan Bersenjata China tentang pembangunan kapal induk.

Namun, China menjamin, kapal induk itu tidak akan digunakan untuk mengancam negara lain. Kapal induk itu dibangun di Pelabuhan Dalian, China Timur Laut. Kapal sepanjang 300 meter ini mampu membawa 17 pesawat tempur sekelas Sukhoi Su-33 dan Su-25 serta 24 helikopter sekelas Ka-27. (apul)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS