Korupsi dan Salah Urus

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Ilustrasi

Ilustrasi

ADALAH dua penyakit akut bak cancer di tubuh kita yang bisa mengakibatkan kerusakan pada sistem sel pada tubuh yang lama-kelamaan akan bisa mendatangkan kematian. Korupsi dan salah urus yang melanda pada sistem politik dan birokrasi negara kalau terus-menerus dipelihara tentu akan berakibat pula rontoknya organisasi negara dan tidak tertutup kemungkinan membuka peluang terjadinya cheos di masyarakat.

Rontok dan chaos sama saja mengantarkan sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara menuju kebangkrutan dan kehancuran. Manusia yang bernalar dan mudah-mudahan nalarnya sehat dan tidak mati rasa menyadari akan hal itu karena dampak dari perbuatan korupsi dan salah urus dapat berakibat fatal bagi sebuah peradaban.

Mari kita telusuri kembali sejarah masa lalu bagaimana imperium romawi runtuh dan kala itu hampir tidak ada yang menyangka bahwa roma akan jatuh. Cikal-bakalnya adalah tak jauh dari soal kehidupan para penguasa yang korup. Kemewahan yang sangat vulgar dipertontonkan oleh elit penguasa romawi tanpa pernah memikirkan kehidupan rakyatnya. Kerajaan makin tidak terurus.

Pemerintahannya diseluruh negeri diisi oleh orang-orang yang bekerja dengan tidak jelas dan korup. Kemewahan dan kesenangan dunia yang dibiayai dengan uang hasil korupsi dan perilaku birokrasinya kala itu yang bekerja asal-asalan membawa kehancuran imperium romawi. Dalam catatan sejarah kejayaan negara dan bangsa diabad lampau hampir tidak ada yang dengan sukses membangun peradabannya dengan cara mengelola pemerintahannya melalui cara-cara yang tidak terpuji seperti korupsi.

Semua pasti akan terlena dan mabuk dengan kesenangan dunia hingga tidak menyadari bahwa negerinya sudah diambang kehancuran. Korupsi dan salah urus pada umumnya selalu menimbulkan kehidupan yang paradox. Disatu sisi para penguasa elitis bisa hidup dengan kemewahan dengan materi yang diperoleh dari hasil korupsi, di sisi yang lain kehidupan rakyat melarat dan miskin.

Sebagai catatan kritis perlu disampaikan bahwa kemiskinan dapat membuat kejahatan merajalela. Pembunuhan, perampokan dan pemerkosaan terjadi dimana-mana. Nyaris tidak ada hukum, kecuali yang melindungi para penguasa yang dzalim. Orang-orang yang terkena/menjadi korban kejahatan paling-paling hanya bisa menagisi/meratapi nasibnya.

Tidak ada kettertiban dan keamanan dan masyarakat selalu hidup dalam ketakutan yang akut. Lagi-lagi ini terjadi di zaman romawi. Saat itu yang terjadi hanyalah hukum rimba, siapa yang kuat, dia yang berkuasa dan bisa berbuat semau gue. Banyak masyarakat yang hidup bersama tuan mereka dalam benteng-benteng kayu untuk hidup sedikit lebih aman (dalam keterpaksaan ngawulo).

Perjalan dari desa ke kota atau sebaliknya sangat menakutkan dan membahayakan. Infrastruktur rusak parah tak terurus sehingga mobilitas perdagangan tidak berjalan lancar. Inilah gambaran sekilas kalau negara tidak dikelola dengan baik dan benar dan korupsinya merajalela, seperti yang terjadi dizaman yang lampau, di kerajaan romawi.

Namun faktanya kondisi seperti itu ternyata masih berlangsung hingga sekarang dimana-mana. Paling gres terjadi di Nigeria, dimana negeri ini adalah penghasil minyak nomor 5 di dunia. Namun karena korupsi merajalela dan salah urus, Nigeria menjadi tidak memiliki sarana pengolahan minyak mentah dan akibatnya kebutuhan BBM harus dipenuhi dari impor.

Saat negerinya mengalami kesulitan ekonomi dan pemerintahnya memutuskan untuk mencabut subsidi BBM, rakyat menjadi marah. Harga BBM naik 120% dari harga saat disubsidi, yaitu 65 naira (sekitar Rp 3.700 per liter) menjadi 140 naira (sekitar Rp 8000/liter). Akibatnya tentu terjadi kenaikan inflasi, harga barang kebutuhan pokok naik, begitu biaya transportasi juga mengalami kenaikan.

Jatuhnya imperium romawi dan case yang terjadi di Negeria saat ini adalah sebuah contoh nyata kalau negara dikelola dengan cara yang salah disertai dengan perilaku korup merajalela dimana-mana, dampaknya sangat negatif dan merugikan bagi upaya untuk membangun sebuah kekayaan bangsa yang tujuan utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran. Dan lebih spesifik bisa mengarah menjadi sebuah bangsa dan negara yang gagal mengembangkan peradabannya.

Pendek kata perilaku korup dan salah urus adalah sekeping mata uang yang potensinya sangat destruktif bagi pembangunan sebuah bangsa. Negeri ini bukan kerajaan romawi dan bukan pula Negeria. Negeri ini adalah Indonesia, tapi kita pasti tidak akan rela dipersamakan dengan negeri romawi kala itu dan juga sama dengan Nigeria. Namun contoh keduanya harus bisa membangun kesadaran yang fondamental bahwa sehebat apapun sistem dibangun kalau landasannya terselip perilaku-perilaku korup yang akut dan salah urus yang berkepanjangan, maka hal ini sama saja mengantarkan dengan sadar negeri ini kelembah kehancuran.

Semua aspek kehidupan yang serba salah urus dan korup, hasil akhirnya sami mawon alias podo wae alias sama saja, yaitu kehancuran, kebangkrutan dan kesemprawutan dan sebagainya. Zona Eropa nyaris bangkrut karena salah urus hutangnya. Amerika Serikat yang menyandang gelar negara adidaya nyaris bangkrut juga karena salah urus hutangnya. Kita tentu tidak mau terjebak dalam fenomena kehidupan yang korup dan salah urus.

Rekomendasinya sederhana saja :1) tobat nasuha sebelum ajal menjemput, 2) rekonsiliasi nasional, 3) rekonstruksi sistem kehidupan sosial ekonomi yang mengakomodasi pada kearifan lokal, adat istiadat yang baik dan budaya membangun yang konstruktif, yang kemudian melahirkan sistem kehidupan sosial ekonomi khas Indonesia yang berketuhanan, berperikemanusiaan, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa, selalu bermusyawarah dan bermufakat dan berkeadilan sosial. Mari kita rajut kembali demi kejayaan negeri ini, jangan sampai terjajah dan dijajah kembali.***

CATEGORIES
TAGS