Site icon TubasMedia.com

Kritik Implementasi MP3EI

Loading

Oleh: Efendy Tambunan

Efendy Tambunan

Efendy Tambunan

MASTERPLAN Percepatan & Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) adalah proyek pemerintah pusat tahun 2011-2015. Tujuan MP3EI meningkatkan pemerataan kesejahteraan masyarakat di seluruh nusantara melalui pembangunan dan pengembangan infrastruktur dan peningkatan kualitas SDM.

Strategi utama MP3EI adalah pengembangan potensi ekonomi melalui koridor ekonomi, penguatan konektivitas nasional, penguatan kemampuan SDM dan iptek nasional. Koridor ekonomi nasional meliputi Koridor Ekonomi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali – Nusa Tenggara, Papua – Kep. Maluku.

Ketika MP3EI dirancang, aspek sosio kultural masyarakat, Rencana Jangka Menengah (RJM) dan Rencana Jangka Panjang (RJP) setiap wilayah provinsi tidak menjadi bagian integral perencanaan. Selain itu, MP3EI juga terkesan mengintervensi RJM dan RJP yang sudah direncanakan setiap provinsi.

Selain tidak membumi, konsep pembuatan MP3EI dinilai sentralistik karena tidak memasukkan kondisi tata ruang di wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali – Nusa Tenggara, Papua – Kep. Maluku. Alhasil, proyek infrastruktur yang mengacu pada MP3EI mengalami banyak hambatan.

Implementasi proyek MP3EI yang menuai masalah adalah terhentinya pembangunan jalan tol Balikpapan-Samarinda karena izin pembangunan jalan menembus Hutan Lindung Suharto tidak turun dari Kementerian Kehutanan. Masalah yang relatif sama adalah tertundanya pembangunan jaringan rel kereta api dari Muara Wahau ke Bengalon di wilayah Kabupaten Kutai Timur, Kaltim.

Masalah implementasi MP3EI di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa relatif berbeda. Di Pulau Jawa, konektivitas fisik seperti pembangunan jaringan jalan dan kereta api berjalan lamban karena terkendala dengan pembebasan lahan sedangkan di luar Pulau Jawa terbentur dengan izin pemakaian hutan lindung dan taman nasional.

Selain konektivitas fisik, konektivitas institusi juga berperan besar dalam mempercepat implementasi MP3EI. Dalam konektivitas institusi, koordinasi antar Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota kurang berjalan lancar. Implementasi MP3EI dalam waktu 5 tahun dengan target ambisius menyebabkan para pengambil keputusan dengan semua perangkat pendukungnya di daerah terkesan tidak siap untuk menyambut MP3EI.

Diantara konektivitas proyek MP3EI, hanya konektivitas infrastruktur telekomunikasi yang sudah terbangun dengan baik hingga ke wilayah pedesaan. Tetapi infrastruktur tersebut sudah dibangun sebelum MP3EI diluncurkan. Kemudian disusul dengan infrastruktur energi seperti pembangkit listrik tenaga uap yang mayoritas berlokasi di Pulau Jawa. Pembangunan pembangkit tenaga listrik di Koridor Kalimantan berjalan sangat lamban karena kurang memenuhi skala ekonomis.

Aspek lain yang belum diperhitungkan dalam MP3EI adalah dampak lingkungan dari pembangunan infrastruktur. Hingga saat ini, belum ada suatu kajian yang komprehensif mengenai tingkat kerusakan lingkungan akibat pembangunan infrastruktur transportasi dan energi.

Sumber Daya Manusia

Impelementasi MP3EI tidak sekedar membangun infrastruktur fisik tetapi juga meningkatkan sumber daya manusia di 6 koridor. Target utama peningkatan SDM adalah menciptakan 7.000-10.000 Ph.D. hingga tahun 2015. Target ini sangat ambisius dan tidak masuk akal.

Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, Indonesia hanya mampu menghasilkan lulusan S-3 sejumlah 600-800 mahasiswa setiap tahun. Ironisnya, jumlah pelajar Indonesia yang sekolah di luar negeri semakin berkurang dibandingkan pada era 1980-1990an.

Selain rendahnya jumlah doktor, prosentasi tenaga kerja produktif yang mempunyai keterampilan dan bersertifikat relatif sedikit. Penyebaran jumlah tenaga terampil antara Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa juga berbeda. Tenaga kerja trampil di luar Pulau Jawa jumlahnya lebih sedikit padahal pembangunan infrastruktur di luar Pulau Jawa membutuhkan lebih banyak tenaga kerja trampil.

Implementasi MP3EI harus menciptakan konektivitas yang lebih baik dan mempersiapkan sumber daya manusia yang mumpuni. Ketidakseimbangan pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia akan menciptakan asimetris dan ketimpangan antara kota dan desa.

Pembangunan infrastruktur tanpa berupaya meningkatkan SDM akan mengalami nasib seperti pembangunan jembatan yang menghubungkan Pulau Madura dan Surabaya. Setelah Jembatan Madura dibangun, terjadi eksodus besar-besaran tenaga kerja dari Pulau Madura ke Surabaya.

Pertumbuhan ekonomi di Pulau Madura tidak tumbuh signifikan setelah Jembatan Madura terbangun. Alhasil, seluruh potensi di Pulau Madura seolah tersedot ke Surabaya. Pada awalnya, pembangunan Jembatan Madura dimaksudkan untuk pengembangan industri dari Surabaya ke Pulau Madura. Tetapi ketidaksiapan Pulau Madura menyambut pembangunan Jembatan Madura memberikan dampak yang negatif pada masyarakat Madura.

Belajar dari pengalaman ini, implementasi MP3EI ternyata dapat memberikan dampak positif atau negatif terhadap masyarakat yang bermukim pada ke 6 koridor ekonomi. Kekuatan finansial dan human kapital yang tidak seimbang antara pusat dan daerah akan menciptakan kompetisi yang tidak seimbang dan tidak sehat antara kota dan daerah.

Kemajuan pembangunan infrastruktur transportasi, energi dan SDM berdasarkan proyek MP3EI berjalan sangat lamban. Target penyelesaian proyek MP3EI hingga tahun 2015 adalah mustahil tercapai. Artinya MP3EI tidak dilakukan berdasarkan fakta di lapangan, sangat politis dan ambisius. (penulis adalah Dosen Teknik Sipil UKI dan Direktur Toba Borneo Institut)

Exit mobile version