Kunjungan Kerja Menperin Saleh Husin ke Makassar

Loading

Menteri Perindustrian Saleh Husin dalam kunjungannya ke PT. Mars Symbioscience Indonesia mencoba bubuk cokelat disaksikan Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Abdul Rochim dan Vice President Supply Mars Asia Pasific Mr. Peter Whiteside pada kunjungan pabrik PT Mars Symbioscience Indonesia yang memproduksi bubuk coklat di Makassar, (3/8).

MENCICIPI – Menteri Perindustrian Saleh Husin dalam kunjungannya ke PT. Mars Symbioscience Indonesia mencoba bubuk cokelat disaksikan Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Abdul Rochim dan Vice President Supply Mars Asia Pasific Mr. Peter Whiteside pada kunjungan pabrik PT Mars Symbioscience Indonesia yang memproduksi bubuk coklat di Makassar, (3/8). (tubasmedia.com/istimewa)

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Menteri Perindustrian Saleh Husin melakukan kunjungan kerja ke Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (3/8). Kegiatan Menperin kali ini di Kota Anging Mammiri memiliki beberapa agenda, diantaranya: mendampingi Presiden Joko Widodo dalam acara pembukaan Muktamar Muhammadiyah ke-47 dan Muktamar Satu Abad Aisyiyah, serta menghadiri acara Pencanangan Gerakan Peningkatan Ekspor Sulawesi Selatan 3 (tiga) kali lipat dan Gerakan Sulawesi Selatan ber-SNI.

Setelah itu, Menperin melanjutkan kegiatannya dengan mengunjungi sejumlah objek industri di Makassar, yaitu PT Industri Kapal Indonesia (Persero), PT Mars Symbioscience, dan Kampus Politeknik Akademi Teknik Industri Makassar (ATIM). Menperin berharap kunjungan kerjanya tersebut dapat membawa dampak positif bagi pengembangan industri dalam negeri.

PT Industri Kapal Indonesia

Industri perkapalan nasional merupakan sektor strategis yang mempunyai peranan penting dalam mendukung konektivitas antar wilayah di Indonesia melalui optimalisasi transportasi laut. Industri perkapalan selama ini mampu menopang dan mendukung pengembangan armada kapal nasional baik melalui pembangunan kapal baru maupun jasa reparasi.

Oleh karena itu, Pemerintah terus berkomitmen untuk menumbuh kembangkan sektor industri perkapalan nasional secara luas melalui dukungan kebijakan dan iklim usaha yang kondusif sehingga sektor industri perkapalan nasional mempunyai daya saing yang tinggi.

Saat ini jumlah galangan kapal di Indonesia telah mencapai 250 perusahaan, dimana lima perusahaan berstatus BUMN. Galangan kapal nasional saat ini telah mampu membangun berbagai jenis dan ukuran kapal sampai dengan 50.000 DWT dan mereparasi kapal sampai dengan kapasitas 150.000 DWT.

Namun demikian, dari 250 galangan kapal nasional, hanya sekitar 10 perusahaan yang memiliki kapasitas produksi di atas 10.000 DWT dengan fasilitas graving dock terbesar yaitu 300.000 DWT yang berlokasi di Batam dan Banten.

“Sebanyak 105 galangan kapal ada di Batam, dan sisanya ada di luar Batam. Selama ini, galangan kapal yang tumbuh dan berkembang lebih banyak di Batam karena mendapatkan berbagai fasilitas, misalnya Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) untuk impor komponen kapal sebesar 5-12% dan pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10%.

Sedangkan di luar Batam hanya mendapatkan BMDTP sehingga kalah bersaing. Nah, inilah yang kami perjuangkan saat ini ke Kementerian Keuangan untuk mengubah fasilitas PPN dari dibebaskan menjadi tidak dipungut sehingga diharapkan industri galangan kapal di luar Batam dapat juga tumbuh dan berkembang,” papar Menperin kepada wartawan.

PT Industri Kapal Indonesia (Persero) merupakan salah satu BUMN yang bergerak dalam sektor industri perkapalan, mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat besar untuk meningkatkan kemampuan dalam menguasai teknologi terkini. Dengan visi dan misi untuk “Menjadi Perusahaan Galangan Kapal dan Engineering yang Berdaya Saing Global, PT IKI menyelenggarakan usaha pembuatan kapal, reparasi kapal, alat apung sejenisnya dan produk jasa lain dalam rangka diversifikasi usaha, dengan menerapkan kemajuan iptek secara tepat guna mendukung pembangunan angkutan laut nasional maupun Internasional.

Sementara itu, PT IKI telah menerapkan tata kelola usaha yang baik dan mengembangkan kerjasama usaha serta melakukan peningkatan nilai perusahaan sehingga dapat memberikan nilai tambah industri dan memberikan kontribusi terhadap upaya peningkatan penerimaan negara dan kesejahteraan karyawan Perseroan.

PT. Mars Symbioscience Indonesia

Mars Incorporated adalah salah satu perusahaan terbesar di dunia asal Amerika Serikat dengan segmen bisnis: cokelat, petcare, kembang gula, makanan dan minuman serta symbiocience (penelitian).

Sementara itu, PT. Mars Symbioscience Indonesia merupakan anak perusahaan yang bergerak di pengolahan kakao sejak tahun 2000 dengan memproses sebanyak 17.000 ton biji kakao menjadi lemak dan kakao bubuk per tahun. Selama ini perusahaan telah menanamkan investasinya sebesar USD 24,3 juta dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 150 orang.

Industri pengolahan kakao di Indonesia terus tumbuh setiap tahunnya. Dengan jumlah perusahaan 12 unit usaha, pada tahun 2014, total produksi kakao sebesar 390.000 ton per tahun atau naik dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai sebersar 324.000 ton per tahun. Sementara itu, penyerapan tenaga kerja juga meningkat, dari 5.300 orang pada tahun 2013 menjadi 5.800 orang tahun 2014, serta total investasi pada tahun 2014 sebesar USD 600 juta atau naik dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai USD 570 juta.

Menperin mengharapkan, PT. Mars Symbioscience Indonesia sebagai pelaku industri makanan dan minuman dapat terus melakukan upaya-upaya dalam peningkatan mutu, peningkatan produktivitas dan efisiensi di seluruh rangkaian proses produksi, sejalan dengan peningkatan kompetensi sumber daya manusia serta kegiatan penelitian dan pengembangan, sehingga dapat bersaing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015.

“Indonesia sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara seyogyanya memiliki industri dalam negeri yang memiliki daya saing tinggi agar tidak sekedar menjadi pasar negara-negara tetangga,” tegasnya.

Berbagai kebijakan yang telah dilakukan Pemerintah dalam upaya mendukung peningkatan investasi di industri pengolahan kakao, antara lain: (1) Penerapan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat di BKPM; (2) Mendorong perbaikan infrastruktur seperti akses jalan di sentra produksi kakao; (3) Mendorong peningkatan produktivitas dan produksi biji kakao di tingkat petani; (4) Promosi peningkatan konsumsi cokelat di dalam negeri dari 0,25 kg/kapita/tahun pada tahun 2012 menjadi 0,5 kg/kapita/tahun pada tahun 2015 melalui pelaksanaan penyelenggaraan hari kakao Indonesia sejak tahun 2013.

Selain itu, Pemerintah juga memberikan insentif fiskal berupa: Pembebasan Bea Masuk atas Impor Mesin serta Barang dan Bahan untuk Pembangunan atau Pengembangan Industri dalam rangka Penanaman Modal (PMK 176 tahun 2009), serta memberikan fasilitas tax allowance untuk industri pengolahan kakao dan industri makanan dari cokelat dan kembang gula sesuai PP 18 tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-daerah Tertentu.

Dari berbagai kebijakan yang telah dijalankan oleh Pemerintah, beberapa hal yang telah dicapai antara lain: (1) Penurunan ekspor biji kakao pada periode Januari-Desember tahun 2014 sebesar 66,4% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, dari 188,4 ribu ton menjadi 63,3 ribu ton; (2) Peningkatan ekspor kakao olahan pada periode Januari-Desember tahun 2014 sebesar 23,4% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, dari 196,3 ribu ton menjadi 242,2 ribu ton.

Selanjutnya, (3) Penurunan impor kakao olahan sebesar 22,8% pada periode Januari-Desember tahun 2014 dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, dikarenakan biji kakao dalam negeri sudah mulai terserap industri hilir kakao; (4) Beroperasinya 5 industri pengolahan kakao yang sudah mati suri yaitu PT. Effem Indonesia, PT. Jaya Makmur Hasta, PT. Unicom Kakao Makmur Sulawesi, PT. Davomas Abadi, dan PT. Maju Bersama Cocoa Industries; serta (5) Meningkatnya kapasitas produksi pada 8 industri pengolahan kakao dan cokelat yaitu PT. General Food Industry, PT. Bumitangerang Mesindotama, PT. Cocoa Ventures Indonesia, PT. Tedja Sekawan, PT. Kakao Mas Gemilang, PT. Gandum Mas Kencana, PT. Frey Abadi Indotama, dan PT. Sekawan Karsa Mulia yang semula 188.875 ton menjadi 281.950 ton.

Politeknik Akademi Teknik Industri Makassar
Politeknik Akademi Teknik Industri Makassar (ATIM) merupakan satu-satunya perguruan tinggi negeri Kementerian Perindusrian di Kawasan Timur. Politeknik ATIM menyelenggarakan pendidikan Diploma 3 yang terdiri dari 4 jurusan, yaitu Teknik Industri Agro (TIA), Teknik Manufaktur Industri Agro (TMIA), Otonasi Sistem permesinan (OSP), dan Teknik Kima Mineal (TKM).

Sebagai bentuk program vokasi, ATIM lebih menonjolkan praktek pada kurikulumnya. Politeknik ini juga telah mendapatkan ISO 9001:20208 sebagai jaminan Manajemen Mutunya. Oleh karena itu, Kemenperin terus mendorong kebijakan pengembangan pendidikan yang dapat meningkatkan pertumbuhan industri dalan negeri.

Selanjutnya, Politeknik ATIM akan terus mengembangkan beberapa program pendidikan sesuai kebutuhan masa mendatang, antara lain: pendidikan manufaktur, pengelasan, logistik, otomasi, dan pengolahan mineral. Hal ini dilakukan untuk menunjang perkembangan industri khususnya di kawasan timur Indonesia. Dalam upaya mendukung rencana pengembangan tersebut.

Politeknik telah mendapat dukungan dari Pusdiklat Kementerian Perindustrian, Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi serta beberapa lembaga lain, seperti program Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan melalui Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan (Sustainable Economic Development Through Technical and Vocational Education and Training/SED TVET) dari Jerman. (ril//sabar)

CATEGORIES
TAGS