Kursi

Loading

Oleh: Edi Siswojo

Ilustrasi

Ilustrasi

KURSI itu penting. Apa lagi dalam acara-acara penting, harus diatur siapa yang duduk di deretan kursi depan, tengah atau belakang. Kalau tidak diatur dengan jelas, bisa kacau orang bertumpuk duduk pada satu kursi atau ribut berebut kursi.

Tempat duduk yang satu ini menjadi isu kontroversial paling gres dari gedung DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) di Senayan. Isu itu mencuat bukan lantaran orang berebut–melalui Pemilu Legislatif–kursi anggota DPR yang jumlahnya terbatas. Tapi, kursi anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR diimpor dari jerman dengan harganya sekitar Rp 9.1 juta.

Kursi impor itu untuk menambah represantasi ruang baru Banggar DPR saat membicarakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diajukan pemerintah. Tidak hanya kursi yang diganti, ruanganya pun direnovasi. Alasanya, ruang lama Banggar di Gedung Nusantara I komplek parlemen Senayan sudah tidak memadai.

Ruang lama dirasakan terlalu sesak untuk 85 orang anggota dan pimpinan Banggar serta tamu-tamu (pemerintah) yang biasa mencapai 100 – 150 orang. Lampunya sudah redup, lapisan kedap suara dan sound sistemnya sudah tidak sempurna lagi.

Jadi anggota DPR memang enak. Apalagi anggota Banggar tidak hanya enak juga nikmat. Soalnya, ruangan baru Banggar yang luasnya 10 x 10 meter di Gedung Nusantara II diperbaiki dengan biaya sekitar 200 juta rupiah per meter persegi. Kursi-kursi di ruangan itu diimpor dari Jerman dengan harga sekitar Rp 9,1 juta.

Dana itu berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara- Perubahan (APBN-P) tahun 2011. Artinya, uang yang digunakan itu merupakan uang rakyat. Maka, wajar kalau berbagai kalangan di masyarakat melakukan berbagai hujatan karena dinilai mahal, mewah dan entah apalagi namanya karena rakyat sulit menghitung dan membayangkannya.

Tidak perlu repot-repot. Bandingkan saja dengan harga rumah kredit Bank Tabungan Negara (BTN) yang paling kecil–tipe 21–yang luas tanahnya 60 meter persegi. Satu meter ruang kerja Banggar bisa untuk membeli 10 rumah kredit BTN. Harga satu kursinya, bisa untuk 100 bangku siswa Sekolah Dasar (SD).

Gaya hidup hedonis tampaknya menjadi tren bagi anggota DPR. Gaya hidup bermewah-mewah itu sudah sering dan sudah banyak dipertontonkan oleh pejabat publik di lembaga legislatif itu kepada rakyat yang memilihnya. Mereka sudah tidak peduli dengan kritikan dan hujatan rakyat yang memilihnya seperti pepatah biarkan anjing menggonggong kafilah tetap berlalu. Oh, begitu ya! ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS