Lakon Ekonomi Indonesia, Menggelembungkan Surplus Perdagangan dan Cadangan Devisa

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

 

PERTAMA, global supply agregat ada dimana-mana, begitu pula global demand agregat juga terjadi di berbagai belahan dunia. Inilah postur sederhana mekanisme ekonomi global akan tumbuh atau sebaliknya. Karena itu benar jika ada pendapat yang mengatakan bahwa perbaikan perekonomian dunia akan berlangsung bila ditopang oleh peningkatan global agregat demand yang akan mampu menopang pertumbuhan global supply agregat. Global agregat demand adalah konsumsi, investasi dan ekspor. Perbaikan permintaan global mendorong aktivitas perdagangan antar negara.

KEDUA, sekarang ini mekanisme ekonomi global pergerakannya terganggu karena pandemi COVID-19 yang kemudian memicu terjadinya resesi ekonomi. Saat ini adalah memasuki tahap pemulihan yang targetnya adalah agar mekanisme ekonomi global bergerak kembali normal sehingga aktivitas perdagangan antar negara bergairah kembali.

Lakon Indonesia yang harus dimainkan adalah lakon tunggal, yakni merespon peningkatan global agregat demand di berbagai belahan dunia. Strategi dasarnya adalah membuka akses dan pengembangan pasar internasional.

Selain itu adalah melakukan pembukaan akses pada sumber daya ekonomi dan industri, disertai upaya pemanfaatan jaringan rantai pasok global sebagai sarana peningkatan produktifitas ekonomi dan industri, yang pada akhirnya akan mendorong  peningkatan investasi, baik investasi fisik langsung maupun investasi portofolio.

KETIGA, makna di balik skenario tersebut, kita dituntun untuk expected income ketika kita mampu menjebol tembok-tembok  dalam hubungan ekonomi internasional.

Target besarnya adalah meraih posisi net export barang dan jasa sebesar-besarnya , yang dengan capaian ini akan menjadi push factor bagi peningkatan investasi, baik investasi langsung maupun portofolio. Net export Indonesia saat ini berada pada kisaran 21-23% terhadap PDB ekonomi nasional. Sedangkan investasi pisik pada kisaran 30% terhadap PDB ekonomi nasional. Konsumsi rumah tangga sekitar 56%, dan belanja pemerintah sekitar 9-10% .

Ketika orientasinya expected income, maka akses ke pasar global harus dimaksimalkan  sehingga porsi net export barang dan jasa dari Indonesia bisa mencapai sekurang-kurangnya 60% terhadap PDB ekonomi. Dengan capaian ini , kita harapkan kinerja investasi fisik akan tumbuh dan bisa mencapai minimal 40% berkontribusi terhadap PDB ekonomi. Cash flow keuangan Indonesia harus dihimpun dari keberhasilan merespon pertumbuhan global agregat demand untuk memperkuat basis pendapatan negara, maupun pendapatan perusahaan, dan pendapatan masyarakat agar semuanya memilki kemampuan daya beli, baik yang diperoleh dari perdagangan global maupun dari perdagangan domestik. Push factor paling kuat mendorong pertumbuhan supply agregat adalah jika kita mendapatkan akses yang luas dalam jaringan ekonomi internasional.

KEEMPAT, dari diskursus selama ini, kita tahu bahwa perluasan ekspor barang dan jasa, terutama dari sektor manufaktur terbukti merupakan bagian penting dari keberhasilan industrialisasi di negara-negara berkembang manapun di dunia.

Ada dua alasan yang menyertainya, yakni : 1) bahwa pasar domestik, bahkan yang terletak di negara berkembang terbesar sekalipun, seperti China,India dan Indonesia, umumnya tidak cukup besar guna mendukung efisiensi skala produksi sektor industrinya. 2) untuk menghasilkan output industri secara efisien pada tingkat harga yang berlaku di pasar dunia, diperlukan jalur pemasokan barang modal dan barang antara dengan biaya terendah, yang pada gilirannya menyiratkan adanya permintaan valas yang umumnya tidak mampu dipenuhi melalui kegiatan ekspor barang primer.

Expected incomenya berarti harus bisa diraih dari sumber Devisa Hasil Ekspor (DHE) produk manufaktur, dan baru dikuti oleh perolehan valas dari investasi . Rendahnya PMI manufaktur (di bawah angka 50) menjadi salah satu faktor yang mengisyaratkan  bahwa industri belum berhasil merespon pertumbuhan global agregat demand secara maksimal akibat sistem produksi dan distribusinya belum efisien. Masih banyak distorsi yang menghambat sehingga menimbulkan kontraksi pada PMI manufaktur.

KELIMA, dalam hubungan ekonomi internasional, maka semua negara pasti berfokus pada upaya expected income untuk bisa menghimpun pendapatan yang  sebesar-besarnya agar negara dan masyarakatnya mampu menabung dan berinvestasi, dan berdaya beli tinggi.

Sumber -sumber pendapatan tersebut secara potensial dapat diraih jika  sistem ekonomi nasional mampu meraih manfaat besar dalam pertumbuhan global agregat demand yang juga menjadi rebutan negara lain. Periode industrialisasi merupakan tahapan penting dalam proses transformasi ekonomi.

Secara historis, tahapan ini diwujudkan melalui kenaikan permintaan konsumen, produksi, ekspor dan kesempatan kerja. Karena itu, di pasar manapun yang aksesnya bisa kita buka adalah menjadi pembuka jalan bagi industri untuk merespon peningkatan permintaan konsumen, peningkatan ekspor dan investasi dengan mitra dagang Indonesia di seluruh dunia, termasuk peluang  memanfaatkan kontribusi Indonesia dalam global supply/value chain.

KEENAM, dengan penjelasan seperti itu, maka pada dasarnya apa yang berlangsung dalam perekonomian global adalah sebuah bentuk persaingan berebut space to creat income  untuk kemakmuran seluruh rakyatnya. Berarti negara itu berlaga di pasar global guna mendapatkan income yang besar dengan cara menguasai segmen dalam bisnis GDP, yang demand agregatnya terdiri dari belanja konsumen, belanja investasi dan ekspor-impor.

To creat income bagi kepentingan negara, perusahaan dan masyarakat yang sumbernya ada dalam praktek bisnis GDP global . Valas yang masuk atau rupiah yang kita terima dapat dipakai untuk membentuk tabungan dan cadangan guna membiayai pembangunan dan investasi. Uang untuk keperluan pembangunan dan investasi datang dari masyarakat seiring dengan upaya pemerintah meningkatkan gerakan tabungan dan investasi.

Pendapatan perusahaan sebagian harus disisihkan untuk re-investasi. Pendapatan negara dipakai untuk sebesar-besarnya mendukung progam pendidikan ,progam kesehatan dan pelayanan publik. Semua upaya tersebut perlu distreamline dengan tujuan agar negara tidak perlu lagi pada bergantung pada aliran modal dari luar negeri yang fluktuatif. Terkait dengan ini, maka pemerintah dirasa perlu menetapkan nisbah antara dana simpanan dan cadangan baik dalam bentuk valas, rupiah atau emas terhadap PDB, misal 25-30%.

Data yang pernah dirilis beberapa tahun lalu, China memilki dana simpanan 40% terhadap PDB. AS hanya sekitar 15%.Di Singapura, sekitar 42% pendapatan dari upah/gaji wajib disimpan dalam Provident Fund.

Di negara lain seperti Jepang, lembaga-lembaga untuk menabung yang diciptakan oleh pemerintah, jauh merambah ke pedesaaan, dengan menyediakan cara yang aman dan mudah bagi penduduk untuk menabung. China dan Singapura sebagai contoh berhasil menciptakan surplus perdagangannya sangat besar sehingga cadangan devisanya menggelembung begitu besar.

Mereka membentuk Sovereign Wealth Fund (SWF) yang dananya sebagian diambil dari cadangan devisa dan diinvestasikan di SWF. Lembaga ini dikontrol oleh negara dengan tujuan mendapatkan investasi yang menguntungkan di negara-negara lain di dunia. Indonesia baru akan mulai dengan membentuk Lembaga Pengelolaan Investasi.

Semoga berhasil, dan mampu menghimpun dana masyarakat seiring dengan rencana pemerintah untuk mengembangkan keuangan inklusif sehingga Indonesia berdaulat mengelola sistem keuangannya secara mandiri.

KETUJUH, ketika Indonesia telah hadir dalam percaturan ekonomi dunia maka pilihannya hanya ada satu, yakni bisa menarik manfaat yang sebesar-besarnya dalam bisnis GDP global dengan target menggelembungkan surplus perdagangan yang besar dan menggelembungkan cadangan devisa hasil ekspor yang kemudian sebagian dicuplik untuk dinvestasikan ke dalam SWF/LPI.

Terkait dengan ini maka seluruh peran Indonesia dalam ber bagai forum kerjasama ekonomi, perdagangan, investasi dan industri secara bilateral,regional dan multilateral membawa satu misi bersama antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, yakni menggelembungkan surplus perdagangan dan cadangan devisa hasil ekspor barang dan jasa. Saatnya kita rapikan seluruh tatanan kebijakan dan regulasi agar misi tersebut bisa terwujud.

One policy and one direction yang kita butuhkan. Sinkronisasi dan sinergi yang kita butuhkan , dan lupakan fragmentasi dalam kebijakan dan regulasi. UU-CK menghadapi tantangan berat untuk membawa misi semacam itu. Arahnya sudah benar, namun implementasinya harus semakin baik dan benar untuk menjawab tantangan zaman. Lakonnya harus tunduk pada skenario dan skrip yang berkualitas, diringi dengan tata panggung yang menarik, dan di dukung para aktor pelaku pasar  sebagai bagian dari bangsa industri dan bangsa niaga yang tangguh dan kompetitif guna mewujudkan misi tersebut di atas. (penulis adalah pemerhati ekonomi dan industri tinggal di Jakarta)

CATEGORIES
TAGS