Lebih Baik Berprestasi Daripada Berorasi

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Ilustrasi

Ilustrasi

SIAPAPUN di antara kita, pasti ingin berbuat sesuatu yang menghasilkan prestasi. Karena itu, mari kita bangun semangat kita bersama untuk menciptakan prestasi di bidang apapun. Tua muda, laki perempuan, dari etnis manapun, tanpa kecuali harus berprestasi. Kalau tidak berprestasi, pertanda kita ini lebay, malas, maunya enak tapi tidak mau berkeringat.

Siapa yang berprestasi, pantas untuk diberi penghargaan, yang belum berprestasi, harus dididik dan dilatih supaya berprestasi. Maka itu, agama mengajarkan lebih baik tangan di atas daripada tangan di bawah. Yang tersirat dari ajaran ini adalah tak lain agar kita selalu berkarya dan berpestrasi. tidak menjadi orang yang malas, bisanya ngomel doank, nrocos bicara ngalor ngidul, omdo alias omong doang tanpa pernah berprestasi sekalipun.

Orang yang tidak pernah berprestasi hampir pasti tidak akan pernah dikenang. Tidak berprestasi berarti tidak akan pernah dicatat dalam sejarah peradaban manusia sedunia, tidak pernah akan masuk dalam daftar rating atas dari orang, masyarakat, bangsa dan negara yang berprestasi. Karena itu, marilah kita bersama berlomba dalam kebaikan untuk berbuat, berkarya yang menghasilkan prestasi.

Jangan berlomba lomba untuk melakukan orasi. Orasi memang tidak dilarang, tapi sebaiknya hanya terjadi di dunia kampus saja, yaitu orasi ilmiah dalam konteks pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di luar kampus, tugas kita semua sebagai anak bangsa, apakah dia seorang pemimpin atau bukan, adalah berkarya dan membuat prestasi dan membuat legacy yang mendatangkan manfaat riil bagi kehidupan, kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Ini tolok ukurnya yang bersifat universal, tentu ada tolok-tolok ukur yang bersifat spesifik, baik dalam ranah yang berdimensi makro maupun mikro.

Berdemokrasi dan melaksanakan desentralisasi adalah sah secara politis dan konstitusi. Dengan berdemokrasi dan melaksanakan desentralisasi, para politisi dengan kekuasaan yang diraihnya dituntut untuk pandai berprestasi, berkarya dan berbuat nyata untuk mensejahterakan dan memakmuran semua manusia yang hidup di negara bersangkutan.

Termasuk berprestasi untuk mensejahterakan dan memakmurkan alam dan makhluk hidup lainnya agar tidak terjadi ketidak seimbangan (diseequalibrium) dalam tatanan kehidupan manusia dengan alam dan makhluk hidup lainnya. Tim sepakbola nasional memenangkan pertandingan dan bahkan dapat menjadi juara, tidak harus juara pertama-pun kita semua pasti merasa senang dan bangga. Mereka berarti telah berprestasi dan habis itu pasti dikenang dan disayang. Coba kalau kalah melulu dan tidak berprestasi sekaiipun, maka yang datang sebagai penghargaan adalah berolok-olok, gemes dan kecewa berat.

Pelatihnya dianggap gagal dan tidak becus, sementara pemainnya dianggap tidak berjuang dengan sungguh untuk memenangkan sebuah pertandingan. Menjadi hal yang wajar kalau kemudian para penontonnya dan para pendukung setianya merasakan kekecewaan yang maha berat dan habis itu mulai tumbuh bibit ketidak percayaan. Menjadi tekstual dan kontekstual judul rubrik ini, “lebih baik berprestasi daripada berorasi” dengan situasi dan kondisi bangsa ini. Para politisi, peneliti, ilmuwan, mahasiswa, pelajar dan birokrasi, mari kita bersama-sama berprestrasi dan berhentilah berorasi di sepanjang waktu.

Pada diri kita, banyak potensi dan kekuatan yang kita miliki, tapi pada saat yang sama juga terdapat kelemahan dan kekurangan. Itulah salah satu ciri ketidak sempurnaan manusia. Berorasi dan berolok-olok memandang orang lain bodoh dan tidak bisa berbuat banyak adalah tidak bijaksana karena yang berolok-olok tadi, suka membodoh-bodohkan orang lain, mungkin lupa atau tidak menyadari bahwa pada dirinya juga terdapat bibit kebodohan, kekurangan dan juga kelemahan.

Tapi juga diyakini pada dirinya juga terdapat kekuatan yang kalau didayagunakan dengan baik pasti akan menghasilkan prestasi. Menyongsong masa depan yang lebih gemilang agar mendapatkan pangakuan dan penghargaan sebagai bangsa yang berperadaban pilihannya hanya dua, yaitu mau berprestasi atau mau terus-terusan berorasi, meskipun dua-duanya diperlukan. Tapi kita harus sepakat memilih menjadi masyarakat, bangsa dan negara yang berprestasi.

Seluruh kekuatan kita organisir dan kita konsolidasikan untuk menghasilkan karya-karya besar dan prestasi menakjubkan yang menghasilkan nilai guna bagi kehidupan, bermanfaat bagi kemanusiaan, pembangunan dan peradaban. Bangsa yang besar adalah yang banyak melahirkan prestasi, bukan bangsa yang hanya pandai berorasi.

Kalau mainstream ini dapat kita sepakati, maka mari mulai hari ini kita niatkan bersama untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang berprestasi. Menjadi politisi yang berprestasi, birokrat yang berprestasi, ilmuwan dan cendekiawan yang berprestasi, menjadi wartawan berprestasi, pengamat yang berprestasi, pelajar mahasiswa yang berprestasi dan menjadi masyarakat berprestasi.

Jadi sederhana saja bukan? Untuk menghasilkan sebuah kinerja yang baik hanya bisa dijawab dengan berkarya dan berprestasi tidak dengan berorasi. Orasi tidak akan pernah menghasilkan pertumbuhan, kesejahteraan dan kemakmuran. Oleh sebab itu, lebih baik berprestasi daripada berorasi. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS