Mandirikan Bangsa di Bidang Engineering

Loading

Laporan: Apul D Maharadja

Budi Darmadi

JAKARTA, (Tubas) – Pemerintah terus berjuang mendirikan industri yang mampu memproduksi barang-barang modal sebagai upaya mencegah banyaknya devisa negara yang mengalir ke luar negeri untuk membiayai impor barang modal dimaksud sekaligus memperjuangkan kemandirian bangsa di bidang teknologi engineering.

“Kita memang belum mampu membuat mesin perkakas yang besar dan statis. Kemampuan kita masih sebatas membuat mesin kecil, dinamis seperti mesin bubut atau mesin injeksi plastik seperti yang dibuat di Surabaya atau Jawa Barat,” kata Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT), Kementerian Perindustrian, Dr Ir Budi Dharmadi, kepada Tim Redaksi Tubas pekan lalu di kantornya di Jakarta.

Tapi mesin besar yang statis yang masih harus kita impor dan biasanya dikunci oleh si produsen melalui Global Positioning System (GPS) sehingga tidak bisa dipindah-pindah untuk peruntukan mesin lainnya. ’’Misalnya, dari pembuat mesin tekstil, jadi pembuat mesin kapal,’’ ungkapnya.

Budi mengakui selama ini cukup banyak nilai devisa yang terpaksa dibelanjakan hanya untuk mengimpor barang-barang modal. Dan memang impor barang modal itu sangat diperlukan guna mendukung pembangunan di dalam negeri. Namun kalau hal itu terus dibiarkan, devisa kita bisa habis tergerus dan industri nasional akan sulit berkembang.

‘’Sebab itu kita berupaya untuk memperjuangkan kemandirian bangsa dalam bidang teknologi engineering sekaligus memacu perkembangan industri dalam negeri.Untuk mencapai itu, kita memerlukan tiga hal, yaitu teknologi, pengetahuan (knowledge) dan jam terbang sumber daya manusianya,” lanjutnya. Dikatakan, untuk menggunakan produk dalam negeri agar mandiri, tidak ada sekolahnya tapi berdasarkan pengalaman dan lamanya memakai teknologi, belajar dari pengalaman itu.

Sebab itu, Budi Dharmadi menekankan, kita harus berjuang untuk mencapai kemandirian bangsa dalam bidang teknologi (engineering) dan teknologi tidak pernah gratis, harus dipelajari atau ’dicuri’. Kita harus mempersiapkan diri untuk kemandirian dalam engineering itu, karena kita baru bisa memproduksi barang modal yang kecil dan dinamis.

’’Itu pun harus masih diberi insentif. Teknologi yang disebut minimum essential technology masih bisa kita produksi, tapi mesin besar dan statis masih harus diperjuangkan sehingga kita mampu memproduksi sendiri, ’’katanya menambahkan saat ini kita masih impor dan itu menyedot banyak devisa.

Menyayangkan

Sementara itu, Budi Dharmadi menyayangkan, karena kecenderungan kaum muda saat ini lebih menyukai design, padahal kita membutuhkan engineering untuk berjuang demi kemandirian bangsa di bidang engineering. Jadi, masih panjang perjuangan untuk mencapai kemandirian itu. Jalan panjangnya adalah meningkatkan kemampuan bangsa ini dalam bidang teknologi; dan pengalaman mengenai teknologi itu akan menjadi pelajaran untuk meningkatkan kemampuan itu.

”Kita yakin, kita mampu,” katanya sambil menambahkan, orientasi teknologi maju sekarang ini tertuju ke China, Eropa Barat, Jepang dan Amerika Serikat. Ditanya seberapa besar kemampuan SDM Indonesia memasuki industri barang-barang modal dikatakan masih kurang. Namun bisa dipacu dengan catatan beri kesempatan kepada para ahli untuk menyempurnakan kemampuannya. ’’Yakinlah, kita pasti bisa,’’ katanya mengakhiri pertemuan. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS