Mati Sia-sia

Loading

Oleh: Sabar Hutasoit

ilustrasi

ilustrasi

SATU lagi korban tawuran, Wahyu Sugiarto (17), siswa salah satu SMK, tewas dibacok dalam satu aksi tawuran di Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur. Aksi tawuran itu terjadi, Minggu (14/4/2013) dinihari sekitar pukul 03.00 WIB.

Sebenarnya peristiwa seperti di atas sudah agak lama tidak terjadi lagi, menghilang dari langgam kehidupan warga ibukota Jakarta. Namun mendadak terjadi lagi dan peristiwa tersebut berlangsung subuh.

Seperti peristiwa tawuran selama ini, apa penyebab utamanya, selalu tidak jelas. Tidak pernah terungkap apa latar belakang aksi tawuran yang merenggut nyawa anak manusia secara sia-sia tersebut.

Yang pasti aksi tawuran anak-anak remaja sangat merugikan para orang tua, tidak hanya kerugian material. Tapi juga kerugian hilangnya nyawa anak, generasi penerus, harapan keluarga dan harapan bangsa.

Mati sia-sia. Begitulah kesimpulan atas peristiwa berdarah tersebut. Bagi pekaku pembunuhan itu sama sekali tidak ada keuntungan kendati ‘’lawan’’ tawurannya dibunuh. Demikian juga kelompok pembunuh atau gank pembunuh, sama sekali tidak bisa dikategorikan sebagai pemenang.

Kalau disebut pemenang, dari sisi mana dia jadi menyandang predikat pemenang dan kalau disebut kalah, apa ukurannya? Hanya karena lawannya mati terbunuh ? Mati sia-sia? Toch yang dibunuh adalah juga temannya, paling tidak pernah berteman di sekolah.

Namun demikianlah kenyataannya. Aksi tawuran terus berlangsung dan nyawa melayang-pun selalu atau sering mewarnai aksi tawuran dimaksud. Mau cari siapa yang bertanggungjawab? sudah amat sulit, apakah orang tua anak-anak siswa atau guru-guru di sekolah atau apakah kesalahan itu kita timpakan kepada aparat kepolisian yang dinilai kurang tanggap untuk mencegah?

Hampir tidak ada jawaban atas pertanyaan tersebut. Yang dapat kita saksikan pada saat tawuran adalah jalanan jadi macet karena kedua belah pihak yang sedang tawuran saling menyerang, melemparkan apa saja yang ada di tangannya, apakah batu, benda keras, besi, senjata tajam dan apa saja yang kemudian dapat kita lihat bertebaran di badan jalan.

Aparat kepolisian juga tampaknya kewalahan untuk melerai para remaja yang sedang tawuran tersebut. Acungan senjata api yang sering dilakukan aparat keamanan-pun sering tidak lagi dihiraukan mereka-mereka yang sedang asyik bertikai bahkan kehadiran aparat keamanan di tengah tawuran sering tidak ngaruh, tidak ada rasa takut sedikit-pun dari anak-anak yang sedang ‘’mabuk’’ tawuran itu.

Kendati kemudian polisi menggiring mereka ke kantor polisi kemudian dilepas setelah diberi nasehat, anak-anak remaja tidak berubah, tapi tetap saja melanjutkan tawuran pada hari-hari berikutnya.

Tampaknya aparat pemerintah, penegak hokum dan unsur pendidik serta para orang tua murid sudah perlu untuk duduk bersama membicarakan tindakan hukum apa saja yang layak dikenakan kepada para anak-anak remaja tersebut jika melakukan tawuran.

Tanpa ada tindakan hukum yang tepat dan pasti, rasanya anak-anak remaja tersebut tidak akan jera dan tidak ada rasa takut melanjutkan aksi tawuran sebaba hukuman yang mereka terima selama ini hanya sebatas peringatan. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS