Mau Surplus? Ya Harus Fokus

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

RASANYA tidak ada satupun diantara kita sebagai komponen bangsa yang tidak setuju dengan judul opini ini. Karena itu, kita bersama-sama harus bisa mewujudkannya. Premis ini landasan pikirnya sangat sederhana, yakni kalau kita tidak bisa menghasilkan surplus, maka sudah hampir pasti yang akan kita peroleh adalah defisit.

Kalau defisit yang terjadi, maka berarti kita mengalami kerugian. Jika kerugiannya berlanjut dalam jangka waktu yang relatif lama, maka kebangkrutan pasti yang akan menimpa kita. Demokrasi dan desentralisasi yang sudah berhasil kita wujudkan harus didedikasikan untuk mewujudkan komitmen kita membangun negeri ini menjadi bangsa dan negara yang selalu bisa menghasilkan surplus dalam segala hal.

Surplus integritas dan moral, surplus pangan dan energi, surplus dalam neraca pembayaran, surplus anggaran dan ujungnya bangsa ini bisa punya tabungan yang besar untuk membangun negerinya tanpa harus bergantung pada bangsa lain di dunia. Surplus pasti akan mendatangkan manfaat dan memperkuat basis kepercayaan rakyat kepada para pengelolanya.

Demokrasi dan desentralisasi jika tidak bermuara ke arah itu sudah dapat dipastikan gagal karena berarti kita tidak berhasil mengelola dengan baik dan penuh tanggungjawab terhadap demokrasi dan desentralisasi. Kegagalan itu sebuah harga mahal yang harus dibayar karena hanya kerugian demi kerugian yang kita rasakan.

Azas manfaatnya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran menjadi sia-sia sehingga menjadi membuka potensi bagi rakyat untuk menggugat para pengelolanya. Kita merasakan sendiri apa yang sedang dihadapi negeri ini pada dewasa ini. Di bidang politik dan hukum karut marut. Di bidang ekonomi strukturnya rapuh dan tidak bersaing.

Nampak terkesan bahwa negeri ini akan dibangun dengan mengandalkan kekuatan dari luar. Elit di jajaran pemerintah sangat percaya diri bahwa untuk dapat menghasilkan surplus ekonomi daya ungkitnya adalah modal asing. Kemampuan sumber daya nasional seakan hanya dipandang dengan mata sebelah karena dinilai kapasitasnya terbatas.

Akibatnya hampir sebagian besar kebijakan ekonomi yang dibuat diarahkan untuk memfasilitasi kepentingan asing. Dan mereka diyakini yang mampu menciptakan surplus ekonomi di negeri ini. Kita tidak perlu berdebat panjang tentang apa yang seharusnya dikerjakan oleh bangsa dan negara ini untuk mensejahterakan dan memakmurkan seluruh rakyatnya.

Kita lebih baik fokus membangun komitmen bersama membenahi berbagai masalah di negeri ini agar Indonesia tidak gaga, tidak bangkrut tetapi bisa berhasil membangun jati dirinya sebagai bangsa dan negara yang berdaulat. Kita harus mengubah sikap, daya pikir dan daya tindak untuk fokus menghasilkan surplus sehingga kepribadian bangsa dan negara makin unggul dan bermartabat di mata rakyatnya sendiri maupun di mata bangsa lain di dunia.

Surplus harus menjadi obsesi kita bersama.Bangsa ini harus move on ke arah yang lebih baik dan lebih benar menurut norma apapun agar menjadi bangsa yang bersaing. Rombak sistem kelembagaan dan aturan main yang ada agar proses penciptaan surplus bagi kehidupan bangsa dan negara ini dapat berjalan.

Cadangan devisa sebesar US$ 97 miliar adalah terlalu kecil untuk sebuah negara sebesar Indonesia. Sangat tidak masuk akal kalau ekspor Indonesia hanya sekitar 25-30% dari total nilai PDB. Negara yang maju dan bersaing adalah yang surplus ekonominya besar dan tata kelolanya baik.

Kita masih berharap derap langkah pembangunan di negeri masih bisa dibenahi untuk mencapai cita-cita menjadi bangsa yang mandiri dan kuat.Surplus adalah kesejahteraan dan kemakmuran. Defisit adalah cermin kesembronoan dan ketidak seriusan untuk melakukan pembenahan dan perbaikan. ***

CATEGORIES

COMMENTS