Mencetak Pengembang Industri, Adakah Sekolahnya ?

Loading

index

Oleh: Fauzi Aziz

MEMBANGUN pabrik relatif mudah asal ada investornya. Teta pi mencetak menjadi pengembang industri bukan perkara mudah, meskipun Indonesia telah mempunyai lembaga perguruan tinggi negeri maupun swasta yang menyelenggarakan berbagai bidang studi dari jenjang S1, S2 dan S3.

Menjadi pengembang industri, bukan seperti mencetak tukang, bengkel atau bahkan mencetak seorang profesional. Pertanyaannya apa menjadi pengembang industri ada sekolahnya. Jika kita jawab tidak, rasanya tidak benar juga. Tetapi kalau dikatakan ada, nyatanya kita susah mencari seorang sosok industriawan sejati di negeri ini.

Fenomena ini menarik karena ketika Indonesia telah bertekad menjadi negara industri tangguh, mencari industriawan nasional yang tangguh tidak banyak kita temukan. Inilah yang menyebabkan Indonesia dibanjiri modal asing dalam pembangunan industri di Indonesia. Masuk akal ketika Bappenas menugaskan Kemenperin melalui RPJMN untuk menambah populasi industri sebanyak 9000 dan 22.000 populasi Industri Kecil dan Industri Menengah dalam jangka waktu lima tahun.

Jumlah ini tidak kecil dan angka tersebut dapat difahami sebagai upaya menambah industriawan baru agar mampu menjadi pengembang industri di berbagai sektor prioritas.Tantangan ini tidak mudah dan menjawab tantangan ini harus dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif, berkelanjutan dan harus ada kebijakan pemerintah yang bersifat afirmatif.

APBN Kemenperin semestinya difokuskan untuk mencetak pengembang industri sebagai wirausahawan industri. Kegiatan inkubator industri dan bisnis adalah menjadi wahana paling utama yang harus digunakan sebagai instrumennya. Jepang dan Korea Selatan merupakan contoh terbaik di Asia sebagai model pembelajaran yang kini kedua negara tersebut menjadi negara industri tangguh di dunia.

Industri global asal Jepang bisa kita sebut diantaranya adalah Toyota, Sony, Mitsubishi, Nissan, Nec, Toshiba dan lain. Di Korea Selatan,kita bisa sebut, Samsung, Hyundai, Luky Gold Star, KIA dan lain-lain. Di Taiwan muncul ribuan IKM yang mampu menjangkau pasar global.

Sebagai contoh pada tahun 1980-an, ekspor komponen dari Taiwan sudah mencapai nilai yang fantastik, yakni sekitar 60 miliar dolar AS. Sekarang muncul kekuatan baru sebagai negara industri, yakni Tiongkok dan India. Dengan demikian industrialisasi hakekatnya dilakukan melalui suatu proses pembelajaran berkelanjutan dimana di dalamnya ada unsur pendidikan, unsur kewirausahaan dan yang paling penting digarisbawahi adanya pengembangan riset dan teknologi, inovasi sebagai backbound industrialisasi.

Modal dan pasar hakekatnya adalah sebagai faktor stimulan karena industrialisasi memang memerlukan dana investasi dan jaminan pasar. Semua aspek tersebut memerlukan kebijakan afirmasi dari pemerintah bahkan dalam batas-batas tertentu secara wajar, pemerintah dapat memberlakukan kebijakan proteksi.

Berdasarkan pemahaman seperti itu,maka untuk menjadi negara industri tangguh, pemerintah memang perlu mencetak pengembang industri sebagai wirausaha industri nasional yang tangguh. Tanpa mencetak wirausaha industri, maka kita tidak akan mempunyai industriawan nasional. (penulis adalah pemerhati masalah ekonomi dan industri).

CATEGORIES
TAGS