Menghindari Cemas

Loading

Oleh: Sunarti S.

ilustrasi

ilustrasi

PERNAHKAH kita mempunyai perasaan cemas? Pernah jugakah kita merasa takut, tetapi ternyata berani mengatasinya? Tetapi rasa cemas tiba-tiba saja menghantui kita, apabila kita ditinggal seorang diri. Kita mungkin pernah menjumpai seorang yang harus masuk rumah sakit untuk menjalani operasi berat. Mula-mula ia sangat takut, tetapi tidak mengkin mengelak. Dengan segala kekuatan yang masih tersisa, ternyata ia masih dapat memberesi segala urusannya sebelum masuk rumah sakit.

Bahkan ia lebih tenang diripada keluarganya. Tetapi kelak setelah operasi berhasil dengan sukses, ia masih diharuskan kontrol secara teratur. Maka tiba-tiba saja ia menjadi cemas, perasaannya tidak menentu. Bagaimanakah gerangan kata dokter nanti? Apa pula yang masih harus dia hadapi? Bakan 1 minggu sebelum kontrol, ia sudah gelisah.

Memang manusia bisa dihinggapi rasa takut. Takut ujian, takut sakit, takut operasi, takut mati, dll. Takut… tetapi akhirnya karena mau tidak mau hal itu harus dilalui, manusia menjadi berani. Manusia juga bisa dicekam rasa cemas. Cemas menghadapi hal-hal yang belum diketahui, sehingga melumpuhkan semua keberanian hidup. Sadarkah kita perbedaan antara keduanya? Antara rasa takut dan cemas? Anak kecil yang belajar berenang, mungkin sekali takut air, tetapi akhirnya berani juga ia melompat terjun ke dalamnya.

Walau dengan jantung berdegup-degup ia meloncat sebab sang pelatih berada di sampingnya dan siap menolong apabila terjadi sesuatu. Tengah malam jika anak tersebut terbangun dari mimpi buruk, ia menangis; sekitarnya gelap suci mencekam. Ia baru tenang kembali, setelah ayah/ibunya datang mendekapnya dan meletakkan tangannya yang sejuk di atas kepala si kecil yang panas membara itu.

Sesuatu yang menakutkan dapat kita ungkap dengan kata-kata; dapat kita tunjukkan dan kita lawan. Bahkan dapat kita pegang dan jika perlu dapat kita tangkap dan lumatkan. Perasaan cemas sulit dituangkan, tidak dapat kita pegang tetapi dapat dirasakan. Kiranya kita hanya dapat tertolong apabila kita mampu membedakan keduanya: antara rasa takut dan cemas.

Ketakutan dapat kita atasi. Tetapi perasaan cemas… .Ya, kita hanya bisa terbebaskan, misalnya: karena hasil pemerisaan laboratorium ternyata baik; atau karena kesibukan seluruh perhatian kita tercurah, sehingga kita tidak sempat memikirkan masalah hari depan dlsb. Tetapi “kemenangan” tersebut hanya bersifat sementara. Perasaan cemas itu akan datang kembali besok lusa, minggu depan atau beberapa waktu kemudian. Maka semuanya menjadi tidak menentu, gelap….

Sebenarnya hanya ada satu cara untuk membebaskan diri dari rasa cemas. Yakni: kita bisa terbebas dari kecemasan karena merasa selalu bersama Tuhan. Jika kita selalu mengiringkan jejak dan langkah-Nya mengatur hidup kita sesuai dengan kehendak-Nya. Tuhan mengenal kita seperti apa adanya: mengenal kelemahan-kelemahan kita, mengetahui masalah maupun duka derita kita.

Dia mengenal benar watak kita, mengetahui harapan maupun desah penyesalan, kekecewaan dan kesedihan kita. Maka sebaiknya segera kita berserah diri kepada-Nya. Percayakan segala permasalahan kepada-Nya dan mohon dengan setulus hati agar dibebaskan dari perasaan cemas yang menghimpit itu. Dia setiawan, tidak pernah ingkar janji. God is love that’ll not let you go!

Tiada guna mencemaskan hari esok. Sebab seorang yang beriman tidak pernah sendirian. Mungkin cobaan datang bertubi-tubi, dunia seolah makin gelap, tetapi ia tetap tegar. Tuhan mengetahui benar kekuatan kita dan apa-apa/berapa yang kita butuhkan. Beban yang diberikan kepada kita, tidak akan melebihi daya angkat kita. Kita harus yakin bahwa dengan memberi cobaan Dia sekaligus memberi kita kekuatan dan kemampuan untuk menghadapinya.

Kesetiaan-Nya akan menguatkan kita hari demi hari. Kasih-Nya akan menyapu kecemasan hati kita. Kita harus menerima dan mensyukuri apa yang kita peroleh pada hari ini. Kita tunaikan tugas-tugas kita hari ini dengan dedikasi dan tanggung jawab. Setiap hari kita dapat memohon pertolongan, kasih, tuntunan dan perlindungan-Nya, cukup untuk hari ini saja. Sedang besok, lusa, masa mendatang? Itu ada di tangan-Nya, masa depan adalah hasil usaha hari ini yang kita lakukan dengan kesabaran, tanpa mengenal surut.

Kita harus yakin, apabila Tuhan telah menolong kita kemarin dan hari ini, pasti besok lusa dan selanjutnya Dia tidak akan melupakan kita. Jadi, tiada guna kita merasa-rasakan jauh dekatnya waktu yang masih harus kita tempuh. Time goes on, but we’re the navigator. Waktu berjalan terus, tetapi kitalah mualimnya. Kita bisa menjadi mualim yang tangguh, apabila kita senantiasa mewibawakan Tuhan dalam hidup kita. Beserta Allah kita akan keluar dari himpitan kecemasan. Beserta Allah, kita akan sapai juga di tempat yang kita tuju. Amin. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS