Site icon TubasMedia.com

Menjelang 10 November 2016 Diharapkan Gelar Pahlawan Nasional untuk Melanchton Siregar

Loading

news_54393.jpg2

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Menjelang peringatan Hari Pahlawan 10 November 2016,  pemerintah diharapkan mengabulkan permohonan dari berbagai elemen masyarakat di Tanah Air untuk menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Melanchton Siregar (1912–1975). Melanchton adalah pejuang kemerdekaan, tokoh pendidik pejuang, serta negarawan, dengan pengabdian terakhir Wakil Ketua MPRS-RI dan anggota Dewan Pertimbangan Agung.

Permohonan gelar Pahlawan Nasional dimaksud sesuai perundang-undangan diajukan pada 2013 dan 2015 oleh Panitia Nasional Mengenang 100 Tahun Melanchton Siregar Pengusul Pahlawan Nasional, yang diketuai Drs. Supardan MA, melalui Kementerian Sosial. Kemudian, April 2016, Panitia Nasional mengirimkan surat perihal permohonan gelar tersebut kepada Presiden RI.

Sekretaris Panitia Nasional Drs. Ronald M. Sihombing, Rabu (5/10/16), mengemukakan, kisah perjuangan Melanchton selama pra dan setelah kemerdekaan ditelusuri dari penjelasan para sejarawan, kesaksian (testimoni) teman-temannya sesama pejuang dan dari referensi kepustakaan.

Melanchton mengawali pengabdian dan perjuangan sebagai guru di Narumonda, Tapanuli dan beberapa tempat lainnya, setelah menyelesaikan pendidikan di Bandung pada 1938. Dia menolak tindakan diskriminatif yang ditunjukkan oleh pejabat-pejabat berkebangsaan Eropa.

Pada perjuangan fisik, dia ikut memanggul senjata dan memimpin Divisi Panah dengan pangkat Kolonel Tituler, yang berjuang di wilayah Sumatera Utara.

Pada masa pendudukan Jepang, dia pernah ditahan dengan tuduhan mata-mata. Sejumlah muridnya adalah pejuang rakyat yang aktif berjuang di medan pertempuran dan kemudian menjadi tokoh militer dan sipil.

Setelah kemerdekaan, dia memasuki partai politik dan terpilih sebagai anggota DPR, hasil pemilu pertama tahun 1955.  Dari DPR pengabdiannya berlanjut ke MPRS-RI sebagai salah satu wakil ketua. Terakhir, Melanchton anggota Dewan Pertimbangan Agung sampai tutup usia pada 24 Februari 1975 di Jakarta.

Panitia Nasional menyelenggarakan tiga kali seminar nasional tentang perjuangan Melanchton Siregar. Seminar pertama di Jakarta, 7 Agustus 2012; seminar kedua di Doloksanggul, 6 September 2012; dan seminar ketiga di Medan, Provinsi Sumatera Utara, 8 September 2012.

Seminar-seminar tersebut dihadiri banyak narasumber, antara lain, sejarahwan (Masyarakat Sejarahwan Indonesia Cabang Sumatera Utara), cendekiawan, pejuang rakyat, tokoh masyarakat, politikus dan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz N. Mehdawi.

Perjuangan dan pengabdian Melanchton Siregar, putra Indonesia kelahiran Humbang Hasundutan, pada 7 Agustus 1912, kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia telah dibukukan dalam 2 (dua) buku. Buku pertama berjudul, Melanchton Siregar Pendidik dan Pejuang ditulis oleh Prof. Dr. Payung Bangun, MA. Buku kedua berjudul, Melanchton Siregar Mempertahankan NKRI ditulis oleh wartawan senior Aco Manafe dengan kata sambutan, antara lain, dari Joko Widodo selaku Gubernur/Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Ronald mengatakan, semua dokumen yang berkaitan dengan permohonan penganugerahan gelar Pahlawan Nasional tersebut diproses oleh Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, serta kemudian disampaikan kepada Pemerintah RI. (ril/end)

 

 

Exit mobile version