Menperin Airlangga Ajak Presiden Tajikistan Kerjasama Industri

Loading

BERSAMA - Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto berjalan bersama Presiden Republik Tajikistan HE Mr Emomali Rahmon ketika menyambut kedatangan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, 31 Juli 2016. Kedatangan Presiden Tajikistan dalam rangka menghadiri pertemuan World Islamic Economic Forum (WIEF) ke-12 pada 2-4 Agustus 2016 di Jakarta Convention Center, Jakarta. –tubasmedia.com/ist

BERSAMA – Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto berjalan bersama Presiden Republik Tajikistan HE Mr Emomali Rahmon ketika menyambut kedatangan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, 31 Juli 2016. Kedatangan Presiden Tajikistan dalam rangka menghadiri pertemuan World Islamic Economic Forum (WIEF) ke-12 pada 2-4 Agustus 2016 di Jakarta Convention Center, Jakarta. –tubasmedia.com/ist

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto mengharapkan kunjungan Presiden Republik Tajikistan Emomali Rahmon di Indonesia dapat menguatkan hubungan bilateral sekaligus menjalin kerjasama ekonomi khususnya sektor industri.

Kunjungan kenegaraan Presiden Emomali di Indonesia inim dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi tubasmedia.com disebut, merupakan kali ketiga selama berlangsungnya hubungan diplomatik kedua negara sejak tahun 1994. Kali ini, Emomali bersama delegasi akan menghadiri pertemuan World Islamic Economic Forum (WIEF) ke-12 pada 2-4 Agustus 2016 di Jakarta.

“Selama ini kedua negara belum ada kerjasama investasi di sektor industri. Untuk itu, kedatangan Presiden Emomali ini menjadi kesempatan emas untuk menawarkan kerjasama industri yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian kedua negara,” ujar Menperin usai mendampingi Presiden Joko Widodo melakukan Bilateral Meeting dengan Presiden Emomali di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (1/8).

Airlangga menyampaikan, pada tahun 2003, kedua negara telah memiliki kesepakatan dalam bentuk MoU dan agreement yang ditandatangani di Jakarta, antara lain mencakup pembentukan Joint Commission, persetujuan perdagangan, serta kerja sama ekonomi dan teknik.

Sedangkan, dalam upaya menjalin kerjasama di sektor industri, Airlangga mengusulkan beberapa hal, yaitu mengaktifkan Joint Commission for Bilateral Cooperation sebagai sarana untuk mendiskusikan lebih lanjut kemungkinan kerja sama di bidang industri yang lebih erat di antara kedua negara.

Selanjutnya, memfasilitasi pelaksanaan Trade Mission guna penguatan kerja sama antara bisnis kedua negara (B2B) untuk meningkatkan volume perdagangan khususnya produk-produk industri. “Dan, membentuk kerja sama teknis di bidang industri potensial dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing produk industri pada kedua negara,” tuturnya.

Tajikistan merupakan negara pecahan Uni Sovyet yang terletak di Asia Tengah. PDB Tajikistan tahun 2015,  USD 7,8 miliar atau setara 9 persen PDB Indonesia dengan pertumbuhan PDB 4,2 persen. Jumlah penduduk Tajikistan sebanyak 8,2 juta dengan pendapatan per kapita  USD 925,9 per tahun (27 persen rakyat Indonesia).

Pada tahun 2015, ekspor Indonesia hanya USD 67.400 sementara impor USD 2.400. Ekspor Indonesia adalah serat sintetis, produk sabun-sabunan dan furnitur. Sementara impor Indonesia, kulit mentah.

Sektor industri di Tajikistan menyumbang 17,3 persen dari output nasional dengan industri utamanya alumunium, semen dan minyak nabati.

Ekspor utama Tajikistan adalah alumunium, bijih mineral, logam mulia, dan kapas. Negara tujuan utama ekspornya adalah Turki, Kazakstan dan Swiss.(sabar)

CATEGORIES
TAGS