Menperin Dorong Pabrikan Otomotif Bangun Pabrik Mesin di Indonesia

Loading

 Menteri Perindustrian Saleh Husin memperhatikan komponen shockbreaker didampingi Presiden Direktur SGMW Motor Indonesia Xu Feiyun dan Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan serta Plt. Direktur Industri Alat Transportasi Darat Ignatius Warsito di pabrik SAIC-GM-Wuling (SGMW) Automobile di Qingdao, Tiongkok, Jumat (4/12/2015). SGMW berencana membangun pabrik shockbreaker dan komponen lainnya bersama pabrik mobil yang tengah dibangun di Cikarang senilai total USD 700 juta atau Rp 10-11 triliun. (tubasmedia.com/istimewa)

MEMPERHATIKAN – Menteri Perindustrian Saleh Husin memperhatikan komponen shockbreaker didampingi Presiden Direktur SGMW Motor Indonesia Xu Feiyun dan Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan serta Plt. Direktur Industri Alat Transportasi Darat Ignatius Warsito di pabrik SAIC-GM-Wuling (SGMW) Automobile di Qingdao, Tiongkok, Jumat (4/12/2015). SGMW berencana membangun pabrik shockbreaker dan komponen lainnya bersama pabrik mobil yang tengah dibangun di Cikarang senilai total USD 700 juta atau Rp 10-11 triliun. (tubasmedia.com/istimewa)

QINGDAO, TIONGKOK, (tubasmedia.com) – Pemerintah memastikan bakal mengawal pabrikan otomotif yang membangun industri di Indonesia hingga benar-benar berproduksi. Iklim investasi dan usaha terus dijaga untuk menumbuhkan aktivitas industri yang bernilai tambah dan membuka lapangan kerja.

Hal itu ditegaskan oleh Menteri Perindustrian Saleh Husin saat mengunjungi ketika mengunjungi pabrik SAIC-GM-Wuling (SGMW) Automobile di Qingdao, tenggara Beijing, Jumat (4/12).

“Kita harus merawat investor global yang menanamkan modal di industri otomotif Indonesia. Fokusnya ada dua, pertama dari sisi kita menciptakan atmosfer kondusif dan kedua, sebaliknya mereka juga harus pastikan benar-benar berproduksi,” kata Menperin Saleh Husin.

SGMW merupakan perusahaan patungan bentukan SAIC Motor Corporation Ltd dengan porsi saham 50,1 persen, General Motors Company (44 persen) dan Guangxi Automobile Group, sebelumnya bernama Liuzhou Wuling Automobile Group (5,9 persen).

Di Indonesia, melalui PT SGMW Motor Indonesia, mereka telah melakukan peletakan batu pertama pada Agustus lalu untuk pembangunan pabrik perakitan mobil MPV dengan investasi sekitar USD 700 juta atau mencapai Rp 10-11 triliun.

Berlokasi kawasan industri Deltamas, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, pabrik tersebut berdiri di lahan seluas 60 hektare dan bakal menggunakan merek Wuling di Indonesia.

Lebih lanjut, Saleh mengungkapkan kunjungan itu untuk memastikan investasi SGMW sesuai rencana, dan berharap pabrik lebih cepat berproduksi. “Ini juga untuk menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia mendukung investasi SGMW,” katanya.

Saleh juga mengapresiasi rencana pemilik pangsa pasar mobil terbesar di Tiongkok itu ke depan. “Mereka terus terang bakal membangun pabrik mesin di Indonesia. Memang idealnya, industri otomotif adalah yang mau dan berani membangun engine factory, tidak hanya perakitan,” ujarnya.

Meski Wuling diproduksi untuk pasar domestik, Menperin menantang SGMW menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk diekspor ke ASEAN dan Australia. Sebelumnya pabrikan Tiongkok itu telah berekspansi ke beberapa negara Afrika , Amerika Latin dan Asia.

Presiden Direktur SGMW Motor Indonesia, Xu Feiyun mengatakan pihaknya menargetkan pabrik berproduksi pada Juli 2017 dengan memproduksi mobil Wuling sebanyak 150 ribu unit per tahun.

“Kami juga membawa industri komponen ke Indonesia, salah satunya shockbreaker dan juga bermitra dengan suplier komponen asal Indonesia,” paparnya sembari menyebut target komponen lokal atau Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai 50 persen.

Menurutnya Menperin, salah satu tantangan yang tengah dihadapi oleh produsen otomotif Tiongkok adalah meningkatkan kualitas produksi mereka agar bisa diterima seluruh negara. “Kualitas dan merek selama ini masih menjadi isu utama yang dihadapi oleh mereka ketika bersaing dengan merek yang sudah mapan,” katanya.

Selama ini produk otomotif di Indonesia disesaki oleh produk asal Jepang, Korea Selatan, Eropa dan AS. Kehadiran mobil Tiongkok, diharapkan meramaikan industri kendaraan.

Berdasarkan data Kemenperin, tenaga kerja yang terserap di sektor ini mencapai 1,3 juta orang, dimana telah terserap pada industri perakitan, industri komponen, perbengkelan dan jaringan purna jual.

Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Eletronika (ILMATE) Kemenperin, I Gusti Putu Suryawirawan, mengatakan harapan pemerintah ialah memperbanyak lokalisasi produksi melalui pabrikasi di Indonesia dan pengembangan industri komponen.

“Industri komponen di dalam negeri harus kuat, sehingga tidak akan banyak impor, menaikkan nilai tambah dan menggerakkan penghiliran industri bahan baku,” tambahnya. Hal tersebut dapat mendorong peta jalan industri otomotif nasional, yang menargetkan produksi mobil sebanyak 2,5 juta unit pada tahun 2020. (sabar)

CATEGORIES
TAGS