Menperin: Industrialisasi di Wilayah Timur Akan Berkembang Pesat

Loading

Menteri Perindustrian Saleh Husin seusai berdialog dengan Mahasiswa UTS menerima cenderamata yang diserahkan Rektor UTS Dr. Arief Budi Witarto M, Eng di kampus UTS Sumbawa, 30 Mei 2015

CENDERAMATA – Menteri Perindustrian Saleh Husin seusai berdialog dengan Mahasiswa UTS menerima cenderamata yang diserahkan Rektor UTS Dr. Arief Budi Witarto M, Eng di kampus UTS Sumbawa, 30 Mei 2015. (tubasmedia.com/istimewa)

SUMBAWA, (tubasmedia.com) – Menteri Perindustrian Saleh Husin memberikan kuliah umum di Universitas Teknologi Sumbawa, Sabtu (30/5/2015). Ia antara lain menyampaikan keyakinan bahwa industrialisasi di wilayah timur akan semakin berkembang pesat. Setelah itu, Menperin mengunjungi PT Newmont Nusa Tenggara.

Dalam kuliah umum itu, Menperin memaparkan, kontribusi PDB sektor industri sangat dominan disumbangkan oleh industri-industri yang berlokasi di Jawa, sebesar 75%. Namun, secara perlahan sektor industri pengolahan non-migas mulai bergeser ke luar Pulau Jawa, yaitu dari 24,63 persen pada 2008 menjadi 27,22 persen pada 2013.

Kontribusi wilayah Papua, Maluku, Nusa Tenggara, dan Sulawesi terhadap nilai tambah sektor industri non-migas nasional relatif sangat kecil, yaitu sekitar 2,78 persen. Hal lain yang menggembirakan adalah pertumbuhan sektor industri non- migas di luar Jawa yang sebesar 6,56 persen lebih tinggi dari pertumbuhan di Pulau Jawa yang sebesar 5,99 persen

“Mengingat wilayah Timur Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam, khususnya mineral dan hasil laut, maka saya memiliki keyakinan besar bahwa industrialisasi di wilayah timur akan semakin berkembang pesat,” papar Menperin.

Saat ini arah kebijakan pembangunan industri nasional akan difokuskan pada pengembangan perwilayahan industri di luar Pulau Jawa. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah akan membangun 14 kawasan industri baru di luar Pulau Jawa dan memfasilitasi pembangunan 22 sentra industri kecil menengah dalam jangka waktu 5 tahun ke depan.

Arah kebijakan pembangunan industri juga dilakukan dengan penumbuhan populasi industri dengan target penambahan sebesar 9.000 usaha industri berskala besar dan sedang, di mana 50% tumbuh di luar Pulau Jawa, serta 20.000 unit industri kecil serta peningkatan daya saing dan produktivitas, khususnya peningkatan nilai ekspor dan nilai tambah per tenaga kerja.

“Maka saya mengajak civitas akademika Universitas Teknologi Sumbawa ikut berperan aktif menyumbangkan pemikiran yang kreatif dan membuat terobosan baru dalam upaya memajukan industri di wilayah timur Indonesia serta memberikan respons terhadap permasalahan industri di kawasan timur Indonesia,” kata Menperin, seperti dkutip dari siaran pers Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenperin, Hartono.

Sementara itu, dalam kunjungannya di PT Newmont Nusa Tenggara, Menperin mengemukakan, pengembangan industri berbasis mineral dilakukan dengan meningkatkan nilai tambah melalui pengolahan sumber daya mineral, sehingga industri logam mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dan memiliki daya saing di tingkat regional dan internasional.

Dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun 2015-2035, Kemenperin menargetkan, Industri Pengolahan dan Pemurnian Logam Dasar Bukan Besi sebagai salah satu industri prioritas, d iantaranya, kelompok produk katoda tembaga.

“Untuk meningkatkan nilai ekspor produk logam, pemerintah mendorong peningkatan nilai tambah bahan baku mineral di dalam negeri, sehingga produk yang diekspor memiliki nilai tambah yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor produk mineral hasil pertambangan. Maka, pemerintah mendorong agar konsentrat tembaga dapat diproses di dalam negeri menjadi katoda tembaga,” katanya. (ril/ender)

CATEGORIES
TAGS